Halo, maaf ya author udah jarang update di sini, tapi hari ini author udah menggantinya kok dengan update 4 bab sekaligus. Dari bab 19 hingga 23.
Jika ingin membaca kisahnya terlebih dahulu, bisa baca di Nih Buat Jajan dan KaryaKarsa ya. Di sana sudah update hingga bab 45.
***
Tidurnya tidak pernah lagi nyenyak setelah kemarin dia merasakan sensasi mual yang hebat. Dan pagi ini, Leonora terbangun karena rasa mual yang membuat perutnya seperti diacak-acak. Tidak sempat duduk untuk melamun seperti biasanya, dia segera beringsut turun dari ranjang dan berlari memasuki kamar mandi.
Ia berekspektasi jika rasa mual yang tak tertahankan itu akan mengeluarkan sisa-sisa makanan yang disantap terakhir kali. Namun, berulang kali Leonora mencoba untuk memuntahkan isi perutnya, tidak ada satu pun potongan bekas makanan yang keluar melalui kerongkongan.
Cairan kental yang warnanya sedikit keruh, dia tahu jika itu bukan bentuk muntahan yang biasa terjadi. Hanya saja, di tengah kebingungannya, Leonora masih meredakan sensasi mula yang semakin terdorong hingga ke kerongkongan.
“Hoek ….” Tangannya bertumpu pada tepian kloset.
Ia keheranan, mengapa rasa mual yang saat ini dirasakan malah tidak menunjukkan hasil yang sebenarnya. Tetapi karena rasa mual itu pula, dia juga sudah bertekad tidak akan meninggalkan kamar mandi sebelum muntahannya berhasil dikeluarkan.
Ia tidak ingin menikmati sensasi mual yang membuatnya mengeluarkan suara-suara yang khas dan memberikan sedikit rasa aneh di kerongkongan. Leonora terdorong untuk menggunakan banyak cara agar muntahannya bisa dikeluarkan pagi ini juga.
“Oh, ayolah … jangan seperti ini,” keluhnya sambil mengusap dada.
Perutnya yang terasa sangat kacau lantas membuat Leonora bingung untuk mendiagnosis dirinya sendiri. Jika sebelumnya dia menganggap rasa mual adalah karena banyaknya angin yang masuk ke dalam tubuh, tapi kali ini dia menarik diagnosisnya lagi.
Ia mulai sadar jika saat ini, kondisinya bukanlah karena masuk angin semata. Ada hal yang lebih parah tapi dia tak tahu apa itu. Hari juga masih terlalu pagi, uang pun tak cukup dimiliki jika harus mendatangi klinik dan memeriksa keadaannya sendiri.
Terlebih lagi, denyutan di kepalanya membuat dia kelimpungan. Saat beristirahat setelah berusaha memuntahkan isi perutnya, Leonora memegang perut dan tangan sebelahnya memijat kepala yang terasa nyeri.
Paduan yang gila menurutnya. Karena rasa mual yang digabung dengan pusing di kepala, hanya memberikan rasa sakit yang berada di level berbeda. Rasanya, Leonora tak pernah merasakan penyakit yang menyerangnya semenyakitkan ini.
“Penyakit apa sebenarnya ini, huh ….”
Kakinya lemas sebab berjongkok sejak tadi, tengkuknya pun pegal karena harus tertunduk lama menghadap kloset yang diharapkan bisa menjadi tempat pembuangan muntahan. Tapi apa boleh buat, yang diharapkan tak kunjung terjadi.
“Ugh!”
Bokongnya mendarat keras di lantai kamar mandi yang dingin. Dengan tangan yang masih memegang pinggiran kloset, ia berusaha mengatur nafasnya terlebih dahulu.
“Tidak bisa seperti ini terus, aku akan tersiksa jika situasi sekarang berlanjut.”
Ia menggunakan lututnya untuk menopang bobot tubuhnya. Tangan menapak kuat di tepian kloset dan tengkuknya kembali merunduk. Kali ini, ia ingin mencoba cara paling klasik untuk mengeluarkan isi perutnya.
Ia memasukkan jari telunjuknya ke dalam mulut bahkan hingga menyentuh sebuah benda yang menggantung di atas langit-langit mulut. Sensasi yang paling tak ingin Leonora rasakan sejak dulu, kini justru dilakukan sendiri.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++
RandomHancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah? Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak menyangka hal itu akan menjadi awal kehancurannya. Berhadapan dengan pemuda seperti Shawn Howard; m...