Waktu berlalu dengan terasa sangat cepat. Kali ini Leonora harus kembali mengajar di kelas Shawn.
Dia sebenarnya merasa berat untuk bertemu dengan pemuda itu. Pemuda yang sudah menuangkan minuman pada tubuhnya, pemuda yang sudah sangat kejam padanya, pemuda yang begitu lancang dalam setiap tindakan, dan pemuda yang sebenarnya tidak boleh dia usik.
Leonora sebenarnya tidak ingin masuk kelas, tapi sebagai Dosen yang baik dan dia juga masih sangat baru, tidak ada alasan apa pun tentang itu.
Dia menghela napasnya berat. Menatap wajahnya pada cermin. "Apa yang seharusnya aku takutkan? Aku tidak boleh mengkhawatirkan apa pun." mencoba menata kembali kepercayaan dirinya.
Jauh dalam pandangannya, sekuat apa pun dia berharap 'Tidak' namun ingatan buruk itu langsung terbayang lagi, seakan memang tidak akan ada hak baik yang dia temui setelah berhadapan dengan Shawn.
Dia bergegas keluar dari apartemennya dengan pakaian yang sopan dan rapi, celana yang panjang hitam dengan blouse biru polos, rambutnya dia biarkan terurai.
Menuruni anak tangga dengan terus berdoa sepanjang jalan, hingga bertemu dengan taxi pesanannya. Selalu cuek dan tenang. Setelah beberapa saat kemudian, akhirnya tiba di Golden University.
Wanita itu turun dan menatap sebuah kampus megah dan bergengsi. "Haaaaahh!" dia lagi-lagi menghela napasnya.
Hari ini dia hanya mengajar satu kelas saja, yaitu kelas Shawn pada pukul 15.00.
Dengan berat hati membawa langkahnya memasuki pekarangan kampus yang megah dan besar itu, akan tetapi keindahan di tempat itu tidak lagi dia rasakan, karena sekarang hanya ada tekanan yang besar yang menumbuk batinnya. Yaitu tentu saja karena pemuda bernama Shawn.
"Selamatkan aku Tuhan, selamatkan aku." Doanya tidak henti dia ucapkan dalam mulut mungilnya. Takut, khawatir, tertekan apalagi saat Shawn mengatakan akan membuatnya keluar dari kampus yang sangat dia gantungkan.
"Aku tidak boleh keluar dari sini, aku harus tetap bekerja di sini, bagaimana hidupku nantinya? Bukankah ini baru saja dimulai? Tapi kenapa seperti sudah akan langsung terlepas?" ia menggigit bibir bawahnya cukup kuat.
Dia melamun cukup lama rupa, hingga dia terhenyak saat mendengar suara dari beberapa siswa yang berlari dari arah belakang. Leonora memalingkan wajah dan menatap seorang gadis tertawa dengan temannya.
"Sudah jam berapa ini?" Leonora melirik jam tangannya, ternyata dia menghabiskan waktu 35 menit hanya untuk melamun.
"Lima belas menit lagi kelas akan segera dimulai," gumamnya, yang langsung bergegas menuju ruangan yang telah ditentukan oleh Mahasiswanya.
"Kemarin aku mengajar di lantai satu, sekarang aku harus ke lantai tiga, menggunakan lift yang sebelah sana, kan?" 'Leonora memperhatikan kembali sebuah lift dari kejauhan. Berlari kecil dan memasuki lift tersebut.
Sebenarnya dia tidak siap, pikirannya sangat kacau dan tidak terarah. Setelah lift berganti, dia membawa langkahnya menelusuri koridor menuju kelas yang sudah ditentukan oleh mahasiswanya di grup chat.
"Apakah sekarang dia akan masuk di kelasku? Aku berharap dia bolos saja, lagipula dia bukan anak yang rajin. Dia seperti berandalan yang hanya tahu dalam menggertak orang lain." Leonora berharap ada sebuah keajaiban dan dia juga sangat tidak ingin bertemu dengan Shawn hari ini.
Dia hanya ingin tenang tanpa Shawn yang mengganggu dirinya. Dia menatap lurus ke depan sebuah ruangan dengan pintu tertutup agak rapat, kelas yang membuat jantungnya ingin copot.
Dia memompa napasnya perlahan hingga tenang. Memantapkan dirinya sendiri untuk berani masuk ke dalam.
"Hufftt!" Leonora mengulurkan tangan kanannya dia pun menggenggam erat daun pintu, mendorong pelan dan di saat bersamaan sebuah ember biru berisi air langsung tumpah di tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++
RandomHancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah? Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak menyangka hal itu akan menjadi awal kehancurannya. Berhadapan dengan pemuda seperti Shawn Howard; m...