Di dalam ruangan yang cukup besar, terdengar suara carian infus yang bergerak perlahan. Seorang wanita dengan wajah yang sayu perlahan membuka matanya. Awalnya keningnya mengerut hingga sepasang mata hazelnya memandangi sebuah tempat dengan aroma obat yang khas.
Leonora mengedarkan pandangannya, dia menggerakkan jemari tangan kanannya dan baru sadar jika dia sedang di infus.
"Sudah jauh lebih baik sekarang." dia mencoba bangkit dengan menyandarkan punggungnya pada kasur di belakang.
Kepalanya sudah tidak terlalu sakit lagi, dia merasa tubuhnya juga ringan. Namun, dia teringat kembali kejadian sebelumnya.
"Siapa yang membawaku kemari ya?" gumamnya yang terheran-heran. Dia kembali mengingat Shawn, tapi dia menyangkal jika pria itulah yang membawanya ke ruangan medis.
"Tidak mungkin juga pemuda itu, kan? Dia memiliki temperamen yang mengerikan, mungkin saat itu dia sudah menjatuhkan aku di lantai lalu seseorang membantu membawaku kemari." Leonora menyambung prasangkanya lagi.
Menghela napasnya perlahan. Dia mencoba bangkit dari kasur putih yang menjadi pembaringannya. Ia menatap jam tangan di pergelangan kanannya. "Astaga, sudah pukul 14.30!" dia membelalakkan sepasang matanya dengan sempurna, tidak menyangka sudah sangat sore.
Jam dinding pun menunjukkan waktu yang sama. Leonora terlihat panik dan segera duduk tegap, melihat lengan yang diinfus, segera ia mencabutnya dan hendak meninggalkan ruangan medis tersebut.
"Aku harus pergi, tidak boleh berlama-lama di sini!" turun dari ranjang dan melangkahkan kaki ingin keluar ruangan.
Tiba-tiba saja muncul seorang wanita dengan pakaian putih, wanita itu adalah tenaga medis di sana, melihat Leonora yang hendak pergi langsung menghalanginya. "Anda ingin pergi ke mana? Anda sedang sakit, sebaiknya kembali ke ranjang anda," pinta wanita itu dengan segera menyentuh tubuh Leonora.
Leonora sangat bersikeras untuk pergi meninggalkan ruangan medis tersebut. "Tidak, saya tidak boleh tetap berada di sini, saya harus mengajar, pukul 13.00 tadi ada kelas yang harus saya ajar, dan kini saya sudah sangat terlambat," ucap Leonora dengan khawatir. Dia terus berusaha untuk meninggalkan tempat tersebut apa pun yang terjadi.
Wanita tinggi itu menatap tajam Leonora yang keras kepala. "Saya tidak peduli, Anda adalah seorang pasien sekarang, Anda juga belum sembuh, Anda harus tetap istirahat terlebih dahulu, mari saya antar." Wanita tersebut langsung membawa Leonora kembali ke kamarnya. "Lagipula jam pelajaran dikosongkan, jadi Anda tidak perlu terlalu khawatir," lanjutnya memberitahu.
Leonora mendengar jawaban itu tentu saja membuat dirinya sangat tenang, dia tidak menyangka akan ada keajaiban seperti itu di hidupnya. "Kalau begitu terima kasih," sambut Leonora dengan tegas.
Dia langsung duduk di ranjang dengan perasaan tenang. Mengusap wajahnya gusar, mengikuti perintah dari tim medis yang berjaga.
"Terima kasih sekali lagi atas bantuan Anda, perawatan ini sungguh membantu saya," kata Leonora dengan suara lembutnya. "Kini tubuh saya jauh lebih enak, enteng dan bertenaga, sekali lagi terima kasih." Leonora merasa sangat bersyukur atas kebaikan yang diberikan oleh mereka kepada dirinya. Perawatan yang sungguh baik dan memuaskan.
Wanita yang masih berdiri di hadapan Leonora langsung memberikan resep obat. "Tidak masalah, sudah menjadi tugas kami membantu seseorang yang sedang sakit, oh iya! Ini obat tolong dibawa pulang," balas wanita itu memperlihatkan sekatung barang yang diikat.
Leonora merasa semakin tenang, dia pun mengambilnya dan meletakkannya segera ke dalam tas hitamnya.
"Itu ada obat penurun demam, jika malam nanti kembali kambuh langsung di minum saja, sesudah atau sebelum makan boleh, satu tablet ya," pesan wanita itu mengingatkan Leonora.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++
RandomHancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah? Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak menyangka hal itu akan menjadi awal kehancurannya. Berhadapan dengan pemuda seperti Shawn Howard; m...