Novel ini di wattpad update 3 kali seminggu : Minggu, Rabu dan Jum'at. Tapi kalo mau baca lanjutannya lebih dulu, bisa baca di KaryaKarsa karena di sana sudah tamat.
Cara baca di KaryaKarsa : download aplikasinya terlebih dahulu, lalu cari di pencarian 'SecretZR'. Di sana ada karya author yang ini dan yang lainnya. ❤
***
Kehidupan yang jauh dari kesengsaraan tidak pernah ada dalam rencana seorang Leonora. Dia hidup kacau balau, seluruh harapannya tidak terwujud, karena jangankan terealisasikan tapi sekedar untuk memiliki harapan hidup saja dia tak punya.
Hari-hari yang buruk berhasil dilalui, tapi untuk kali ini dia mulai meragukan kemampuan dirinya untuk mampu bertahan hidup di kemudian hari. Semua berkat ulah Shawn dan teman-temannya yang memberikan Leonora sebuah luka di hatinya. Tak bisa dipungkiri, rasa sakit hati itu perlahan berubah menjadi benci yang menggunung untuk Shawn.
Kini, tepat sudah lima hari dia mengurung dirinya sendiri. Tidak ada interaksi dengan orang lain, tidak ada ambisi pula untuk mencari pekerjaan seperti yang diimpikan olehnya sejak berbulan-bulan lalu. Dia hanya terduduk lemas di lantai tanpa berganti pakaiannya yang lusuh.
Ia merangkak, membawa gelas yang juga sudah berhari-hari tidak dicuci dan dia menggunakannya terus menerus. Selama ini, dia hanya bertahan dengan air mineral yang dimiliki untuk tetap terhidrasi. Dan selama itu pula, tidak ada bahan makanan yang masuk, dia membiarkan bayinya hidup tanpa ternutrisi.
Ia mengurung diri tanpa rasa bosan karena sejauh ini hatinya hanya diselimuti dengan perasaan sakit hati terhadap Shawn. Bentuk dari sakit hati itu terwujud dengan banyaknya air mata yang telah terbuang hingga mulai kering dan tangis Leonora tak terdengar merintih lagi.
Air matanya telah mengering, kesedihannya yang berlarut-larut masih menggenang tersisa di hati. Namun, dia sudah tak bisa melampiaskan kesedihan yang berpadu dengan kemarahan. Tak ada cara lain selain hanya merenung, mencari jawaban dari pertanyaan yang bergumul di kepalanya; mengapa takdir membawanya sejauh ini hanya untuk menderita?
Ia menoleh ke jendela yang tirainya tak tertutup beberapa hari. Hanya langit cerah yang terkadang meruntuhkan hujan, memberikan hiburan terhadap jiwa sunyi Leonora. Meski lama kelamaan, dia selalu meminta pada Pencipta agar menjemputnya untuk pulang saja.
Malam pun berlalu dengan cepat, kakinya dipaksa menekuk saat perutnya semakin membuncit, Leonora terlelap hingga di kemudian hari dia terbangun karena hujan telah membasahi bumi dengan derasnya.
Petir di pagi hari terlihat seperti membelah langit, membuat Leonora bangkit. Dia duduk menepi di tempat tidur dan mengusap matanya yang mendadak mengucurkan air mata. Dunia masih sangat pagi, saat dilihat pada jam dinding usang, ternyata masih pukul lima pagi tapi semesta membangunkannya terlalu dini.
"Kumohon, cukup ...." Leonora meminta dirinya sendiri. Dia tidak ingin jika harus menahan rasa sakit hati berkepanjangan. Dia ingin bernafas tanpa beban dan penuh keraguan.
Siang ini juga dia memutuskan untuk membersihkan diri. Rambut lepek yang menipis dibersihkan dengan sampo yang hanya tersisa sedikit. Tubuhnya juga diusap dengan lembut. Di depannya sebuah cermin dengan panjang setengah badan, mampu memberikan pantulan diri dari tubuhnya yang saat ini benar-benar tak bisa dikatakan sehat.
Ia mengusap perutnya dan mulai tersadar, anak yang tak dianggap oleh ayahnya itu harus bertahan hidup. Kemudian sesuatu memacu Leonora untuk bersiap sekalipun dengan tenaga yang hanya tersisa sangat sedikit tapi dia berusaha untuk bertahan.
Hingga tepat saat jarum jam menunjuk angka tujuh lebih tiga puluh menit, Leonora memutuskan untuk mencari pekerjaan lain tanpa sempat melihat apakah ada lowongan yang tersedia di luar sana.
KAMU SEDANG MEMBACA
KONSPIRASI CINTA DAN DENDAM (Mengandung Benih Mahasiswa Berandalan) 21++
De TodoHancur sudah hidupnya. Setengah usia ia habiskan untuk menderita? Adilkah? Hanya karena tidak sengaja mengotori pakaian seorang pemuda, Leonora tidak menyangka hal itu akan menjadi awal kehancurannya. Berhadapan dengan pemuda seperti Shawn Howard; m...