"Seseorang yang setia berdiri denganmu bahkan di saat semua orang mencurigaimu, dialah orang yang memendam perasaan yang cukup dalam kepadamu. Dan seharusnya kau menyadari itu."- Ragas Biantara -
***
Sebuah video CCTV saat Hiza memasuki auditorium. Itulah video singkat yang Daren kirimkan di group chatt. Entah darimana cowok itu mendapatkan video tersebut, namun hal itu cukup membuat Hiza merasa was-was. Semua orang akan segera mencurigainya setelah ini jika ia tak segera menjelaskan sebenarnya.
Suara langkah kaki Hiza dan Kavindra yang memasuki ruangan auditorium membuat Daren, Callista, Dion, dan Alzian yang berada di tempat itu menoleh. Mereka berempat duduk di kursi tepian auditorium.
Lengang, semua orang di ruang itu masih menatap ke arah Hiza, sedangkan yang ditatap tampak tengah menetralkan deru nafasnya yang berembus tak aturan.
"Dari mana lo dapat video itu?" tanya Hiza menatap Daren dengan serius. Ia masih berusaha menetralkan deru nafasnya.
Tak langsung menjawab, Daren tampak menyunggingkan salah satu ujung bibirnya. "Kenapa? Panik lo?"
"Gue tanya, dari mana lo dapat video itu, hah?" Kavindra bertanya setengah membentak, cowok itu sudah hendak melangkah maju mendekati Daren jika Hiza tak segera meraih lengannya dan menahannya.
"Gue emang ke sini semalam, kenapa emangnya?" tanya Hiza berterus terang.
"Oh! Jadi emang lo Anonim itu, hah?"
Semua orang terkecuali Hiza dan Kavindra mengalihkan pandangan mereka ke asal suara. Ke arah Ayarra yang baru saja datang bersama dengan Ragas. Setelah mendapat pesan dari Daren tadi, mereka berdua juga segera beranjak meninggalkan ruang OSIS.
Emosi Hiza telah mulai naik sejak tadi pagi karena sikap Ayarra, dan emosinya semakin tersulut begitu mendengar tuduhan yang Ayarra lontarkan. Hiza memutar tubuhnya, menatap tajam Ayarra yang baru saja datang. Ia baru saja hendak bersuara, namun suara Alzian telah lebih dulu mendahuluinya.
"Jaga mulut lo itu, Ra. Percuma lo pinter kalau cuma buat nuduh orang sembarangan," sarkas Alzian. Melihat sikap Ayarra beberapa hari terakhir juga cukup membuatnya naik pitam. Semua orang ingin mencari jalan untuk menghentikan permainan ini, namun Ayarra terus saja memancing suasana untuk saling tuduh.
"Kenapa? Gue bener, ya?" balas Ayarra sembari menaikkan salah satu alisnya.
Alzian memutar bola matanya dengan malas. "Jadi, kenapa lo ke sini sendirian semalam, Za?" tanyanya, mengalihkan pembicaraan pada topik utama mereka.
Dalam benak Hiza berterima kasih pada Alzian, jika cowok itu tak menyanggah Ayarra, bisa saja saat ini ia meluapkan emosinya dan berujung kembali saling tuduh dengan Ayarra.
KAMU SEDANG MEMBACA
Hide and Seek [END]
ActionSepuluh murid dari kelas XII IPA-3 di SMA Garista terlibat permainan mematikan. Permainan klasik bernama 'petak umpet' yang harusnya adalah permainan yang menyenangkan berubah menjadi permainan pertaruhan nyawa yang mengerikan. Awalnya, mereka adal...