17. Last Conversation

44 19 3
                                        

"Andaikata lo nggak sekhawatir itu, mungkin percakapan terakhir di antara kita tak akan seindah ini

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Andaikata lo nggak sekhawatir itu, mungkin percakapan terakhir di antara kita tak akan seindah ini."

- Callista Lauren Naisha -

***

"Thanks," ujar Hiza pada Kavindra yang baru saja kembali dengan segelas teh hangat di tangannya. Kavindra mengangguk lantas duduk di tepian ranjang UKS, menatap wajah Hiza yang masih sedikit basah.

Kavindra beranjak bangkit dari duduknya, ia mengambil sebuah handuk kecil dari almari. Cowok itu kemudian menyeka rambut Hiza yang basah, perlahan mengeringkannya dengan handuk tersebut.

Hiza terdiam di tempatnya, gadis itu mendongakkan kepalanya, menatap ke arah Kavindra yang mengeringkan rambutnya dengan penuh perhatian. Sebuah perasaan gugup tiba-tiba menyapanya, membuatnya semakin menggenggam gelas di tangannya dengan erat. Kedua pipinya terasa memanas, bahkan ia sungguh merasa jantungnya tidak aman saat ini. Gadis itu bahkan menggigit bibir bawahnya demi menahan senyumnya.

Kedua tangan Kavindra terhenti sejenak, ia menurunkan tatapannya, menatap sejenak ke arah Hiza lantas tersenyum tipis. Setelah selesai, ia lantas menanggalkan handuk tersebut di atas nakas.

"Gimana? Masih dingin?" tanya Kavindra lantas duduk di sebuah di atas kursi sebelah ranjang.

Hiza menggelengkan kepalanya pelan sebagai jawaban. Sebaliknya, gadis itu merasa hangat sekarang. Termasuk perasaannya yang ikut menghangat.

"Lo gimana? Nggak ganti baju dulu?" tanya Hiza menatap ke arah Kavindra yang masih mengenakan kemeja seragamnya yang basah.

Kavindra menatap ke arah seragamnya lantas tersenyum tipis, "Bentar, lagi diambilin Ragas," balasnya yang kemudian dijawabi dengan anggukan pelan oleh Hiza.

Tak berselang lama kemudian, Ragas datang memasuki ruang UKS dengan sebuah kaos berwarna putih di tangannya. Cowok itu lantas memberikannya pada Kavindra.

"Thanks," ujar Kavindra. Cowok itu lantas menerima kaos tersebut dan beranjak bangkit dari duduknya. Ia berjalan menjauh dari tempat Hiza dan Ragas saat ini.

Dengan posisi membelakangi, cowok itu mulai melepas kancing kemeja seragamnya dan menggantinya dengan kaos yang Ragas bawakan.

Dari tempatnya, Hiza bisa melihat dengan jelas tubuh atletis serta kulit seputih salju milik cowok itu. Kedua mata Hiza tak berpaling sedetik pun. Lihat, bahu yang terlihat begitu kokoh, otot lengan yang terbentuk dengan begitu indahnya dan punggungnya yang putih bersih. Mana bisa ia melewatkan pemandangan seindah itu.

Hide and Seek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang