Sepuluh murid dari kelas XII IPA-3 di SMA Garista terlibat permainan mematikan. Permainan klasik bernama 'petak umpet' yang harusnya adalah permainan yang menyenangkan berubah menjadi permainan pertaruhan nyawa yang mengerikan.
Awalnya, mereka adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Semuanya, sungguh akan selesai pada waktunya."
- Ragas Biantara -
***
Langit oranye di atas sana perlahan berubah temaram. Lampu-lampu di pinggir jalan mulai menyala, memancarkan cahayanya tuk menerangi jalan. Memberi penerangan bagi siapapun yang berada di lintasannya. Udara sejuk di sore hari tak lagi terasa. Tergantikan hembusan angin malam yang membuat dingin setiap kulit yang disapanya.
Di bawah temaramnya sang langit, seorang cowok berkaus putih dengan balutan kemeja biru denim berlengan sesikut terlihat menghentikan langkahnya. Menatap sosok lelaki yang kini tengah berdiri di depan sebuah batu nisan bertuliskan nama 'Kalea Michelle'.
Ragas, cowok yang berdiri di hadapan batu nisan itu menyadari ada seseorang yang datang menghampirinya. Meski begitu, ia sama sekali tak ingin menolehkan kepalanya meski hanya untuk melihat siapa yang datang. Bahkan tanpa bertanya pun, ia tahu siapa orang tersebut.
"Udah cukup main-mainnya?" tanya Ragas membuka suara tanpa mengalihkan pandangannya sedikitpun.
"Menurut lo?"
Kavindra, cowok berbalut kemeja biru muda itu balas bertanya. Pertanyaan yang sepintas lebih tepat dikatakan sebagai pernyataan. Kedua mata cowok itu menatap Ragas yang memunggunginya dengan lekat.
Ragas memutar tubuhnya, balas menatap Kavindra. "Kalau gitu, biarin gue lepas dari permainan konyol yang lo buat ini."
Kavindra menyunggingkan salah satu ujung bibirnya lantas membalas perkataan Ragas. "Lihat apa yang gue dapat dari permainan yang lo sebut konyol ini."
Tak ada balasan dari Ragas, cowok itu hanya diam di tempatnya dan menatap Kavindra dengan tanpa ekspresi. Apalagi yang perlu ia perlihatkan pada Kavindra? Bahkan hanya untuk membalas perkataan cowok itu pun ia sungguh merasa tak punya tenaga. Semua hal yang terjadi selama beberapa hari terakhir sungguh membuatnya hampir gila.
Kavindra menurunkan senyumnya. Dengan kedua mata yang masih setia menatap Ragas, ia lantas bertanya, "Sejak kapan lo tahu?"
Pertanyaan yang telah lama ingin ia lontarkan pada Ragas. Kapan cowok itu mengetahui bahwa dialah Anonim itu sebenarnya. Ia yakin, Ragas tak sebodoh itu hanya untuk tak bisa menebak dengan tepat siapa Anonim tersebut.
"Sejak gue tahu kalau permainan ini adalah balas dendam atas kematian Kalea," balasnya.
Tepatnya, ia mengetahui bahwa Kavindra-lah Anonim itu saat Anonim berkata di grup chatt bahwa Daren-lah penyebab Kalea meninggal. Ia memang curiga pada Daren, namun itu hanyalah pengalihan. Karena tak mungkin bahwa Daren-lah Anonim itu. Singkatnya, sejak saat itu ia yakin bahwa permainan ini adalah pembalasan dendam atas kepergian Kalea.