Sepuluh murid dari kelas XII IPA-3 di SMA Garista terlibat permainan mematikan. Permainan klasik bernama 'petak umpet' yang harusnya adalah permainan yang menyenangkan berubah menjadi permainan pertaruhan nyawa yang mengerikan.
Awalnya, mereka adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Setiap orang dalam permainan ini menyimpan rahasia mereka."
- Alzian Nolan -
***
Suara canda tawa terdengar ramai, mendengung bak kawanan lebah di ruang kelas XII IPA-3 itu. Hari ini tidak ada pelajaran yang berlangsung. Seluruh sekolah tengah disibukkan dengan persiapan acara ulang tahun sekolah yang akan diadakan dua hari lagi.
Sebagain besar siswa menyiapkan diri mereka untuk penampilan dan sebagian lagi membersihkan sekolah bersama-sama.
"Hiza, dipanggil pak Harto di ruang Bk," ujar salah seorang siswa di kelas itu yang baru saja datang. Hiza mengangguk, lantas beranjak bangkit dari duduknya. Namun sejenak, langkahnya terhenti saat seorang siswi memasuki ruang kelas.
Hiza terdiam di tempatnya, saling tatap dengan orang tersebut dalam diam. Mereka seolah berbicara melalui tatapan mereka. Percakapan yang hanya bisa dimengerti oleh batin mereka sendiri.
"Ayarra!" seru Callista beranjak bangkit dari duduknya. Menghampiri Ayarra yang masih berdiam diri di ambang pintu dengan kedua mata yang masih saling tatap dengan Hiza. Benar, siswi tersebut adalah Ayarra.
Tak ingin banyak membuang waktu, Hiza memutus kontak dengan Ayarra dan beranjak pergi meninggalkan ruang kelas.
"Gimana, Ra, kamu dah sembuh?" tanya Callista, ia berjalan menghampiri Ayarra setelah berseru beberapa saat lalu.
Hiza menghela napas pelan, gadis itu beranjak dari tempatnya dan keluar dari ruang kelasnya. Meninggalkan Ayarra dan Callista yang mulai membuka percakapan.
Kavindra dan Ragas masih sibuk dengan urusan OSIS mereka, sedangkan Dion, Alzian, dan Daren sekarang berada di ruang musik untuk berlatih. Hanya tinggal beberapa murid yang tidak memiliki begitu banyak kesibukan yang membersihkan kelas. Ayarra dan Callista bukan salah satunya. Setelah ini mereka pasti akan sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
"Tok! Tok! Tok!"
"Permisi, Pak," ujar Hiza sembari mengetok pintu ruang BK. Gadis itu membuka pintu ruangan tersebut dan masuk begitu Pak Harto mempersilahkan.
"Silakan duduk," ujar Pak Harto mempersilahkan.
Hiza mengangguk dengan sopan lantas duduk di atas sofa ruangan tersebut. Duduk berhadapan dengan Pak Harto yang telah menunggunya sejak beberapa waktu lalu.
"Bagaimana persiapan untuk dua hari kedepan?" tanya Pak Harto membuka suara.
"Sejauh ini aman, Pak," balas Hiza seadaanya. Kelasnya tak begitu repot untuk menampilkan sebuah pertunjukan. Mayoritas murid di kelasnya mengikuti ekskul dan anggota OSIS. Hanya ada beberapa dan mereka sepakat untuk tak menampilkan apapun.