33. Please Don't Go!

38 15 1
                                    

"Permainan ini sudah hampir menemui ujungnya, maka permainan ini juga harus segera dituntaskan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Permainan ini sudah hampir menemui ujungnya, maka permainan ini juga harus segera dituntaskan."

- Kavindra Michael Abhistair -

***

Kedua mata Hiza perlahan terbuka. Satu hal yang menyapanya dengan samar-samar adalah sebuah langit-langit kamar yang terlihat tak asing baginya. Gadis itu mengerjapkan kedua matanya beberapa saat demi menyesuaikan pencahayaan yang menyapa kedua matanya. Ia berniat hendak bangkit, dan seketika itu juga sebuah rasa pening yang begitu berdenyut nyeri menyergap kepalanya. Ia bahkan reflek memegangi kepalanya.

Meski begitu, Hiza tetap ingin beranjak bangkit dari tidurnya. Dengan kedua tangan yang masih memegangi kepalanya, ia beranjak bangkit dengan perlahan. Kepalanya terasa begitu pening hingga terasa seperti berdengung dan kedua matanya terasa berkunang-kunang.

Ia mengedarkan kepalanya ke sekitarnya, pantas saja tempat ini sangat tak asing, rupanya ini adalah kamarnya sendiri. Tapi, apa yang barusan terjadi padanya? Bukankah terakhir kali ia berada di club malam dan bertemu dengan Ragas? Bagaimana bisa ia tiba-tiba telah berada di ruang kamarnya sendiri? Semakin berusaha mengingatnya, kepalanya terasa semakin pening saja rasanya.

Pukul berapa saat ini? Pertanyaan singkat itu terlintas di kepala Hiza begitu saja. Gadis itu segera menoleh ke arah jam alarm di atas nakas demi memastikan. Pukul 08.42, dan dilihat dari cahaya terang di luar sana, sudah pasti ini siang hari.

"Sshh!"

Hiza mendesis pelan begitu kepalanya kembali terasa berdenyut nyeri. Gadis itu bahkan memejamkan kedua matanya beberapa saat demi menahan rasa sakit tersebut. Hingga suara decit pintu yang dibuka berhasil mengalihkan atensinya. Gadis itu menoleh ke arah pintu, menatap siapa yang baru saja memasuki kamarnya.

Meski dengan pandangan yang masih samar, namun Hiza tahu betul siapa cowok yang baru saja memasuki kamarnya itu. Seolah melupakan rasa pening di kepalanya, gadis itu sontak mengangkat suara, bahkan sampai beranjak bangkit dari duduknya.

"Kavindra? Lo udah keluar dari rumah sakit? Gimana kondisi lo sekarang? Lo udah bener-bener sembuh, kan?" tanyanya dengan penuh khawatir.

"Sst!" Kavindra berdesis pelan sembari menggelengkan kepalanya pelan. Ia membawa Hiza untuk segera duduk kembali di atas ranjangnya. Lihat, dengan kondisi seperti apa gadis itu menanyakan kondisinya saat ini?

"Kav, lo-"

"Gue nggak papa, Za, lo lihat sendiri, kan?"

Kedua mata Hiza menatap Kavindra dengan lekat tanpa bersuara. Ia terus menatap cowok itu, memastikan bahwa ia benar-benar baik-baik saja saat ini.

Hide and Seek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang