Sepuluh murid dari kelas XII IPA-3 di SMA Garista terlibat permainan mematikan. Permainan klasik bernama 'petak umpet' yang harusnya adalah permainan yang menyenangkan berubah menjadi permainan pertaruhan nyawa yang mengerikan.
Awalnya, mereka adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Kalian punya rencana, maka aku pun punya rencana untuk menghancurkan rencana kalian."
-Darendra Kyle -
***
"BRAKK!"
Daren menendang pintu ruang OSIS dengan begitu kuat hingga menimbulkan suara berdebam yang cukup keras. Ulahnya barusan membuat Ragas yang tengah memberesi beberapa berkas di atas meja sontak menoleh. Belum sempat Ragas mengetahui dengan jelas siapakah yang datang ke ruang OSIS barusan, sebuah cengkeraman kuat di kerah kemejanya dan sebuah bogem mentah yang kuat telah lebih dulu menyapa wajahnya.
"Bang*at, lo!" Daren mengumpat penuh amarah. Ia kembali melayangkan pukulannya ke wajah Ragas.
"Apa maksud lo nuduh gue, hah?!" Daren mendesis tajam. Kedua matanya menatap Ragas dengan berang.
Ragas tertawa pelan. Cowok itu melepaskan cengkeraman tangan Daren di kerah kemejanya perlahan. Ia menatap Daren dengan santai, kemudian ia membalas pukulan Daren dengan tak kalah kuatnya.
"NGAKU LO, ANJ*NG!"
"BUG!"
Daren terhempas beberapa langkah ke belakang. Tubuhnya menghantam meja hingga beberapa berkas yang semula hendak Ragas bereskan menjadi berantakan, berjatuhan di atas lantai dan berserakan.
"Ngaku aja, lo, 'kan, yang buat Kalea meninggal?!" hardik Ragas tajam. Wajahnya memang terlihat santai, namun tatapan mata cowok itu tak bisa berbohong. Amarah cowok itu terasa menggebu-gebu, ingin sekali ia memukuli Daren dengan bertubi-tubi, namun tidak. Ia tahu ini bukanlah cara yang tepat.
"Lo percaya omong kosong itu?"
"Kenapa nggak percaya? Anonim jelas lebih tahu alasan dia mengatakan hal itu," balas Ragas.
Daren berdecih. Cowok itu bergerak dengan cepat, lantas kembali meninju Ragas dengan kepalan tangannya yang kuat. Tak ingin kalah, Ragas berkelit, menghindar, dan membalas pukulan Daren.
Jual beli pukulan seketika terjadi begitu panas di ruang OSIS tersebut. Membuat suasana di ruang tersebut semakin porak poranda dengan barang-barang yang berjatuhan di atas lantai.
"KALAU EMANG BUKAN LO YANG BUAT KALEA MENINGGAL, BUKTIIN KE GUE, BANG*AT!"
"BUG!"
Ragas berteriak penuh amarah. Ia terus melayangkan pukulannya ke wajah dan beberapa bagian tubuh Daren dengan kuat. Daren pun sama halnya, ia terus berkelit, menghindar, dan memukul Ragas sebagaimana cowok itu memukul dirinya.