Sepuluh murid dari kelas XII IPA-3 di SMA Garista terlibat permainan mematikan. Permainan klasik bernama 'petak umpet' yang harusnya adalah permainan yang menyenangkan berubah menjadi permainan pertaruhan nyawa yang mengerikan.
Awalnya, mereka adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"It's all over now, everyone you targeted is gone so, stop this game now."
- Iliana Hizael -
***
Dengan sebuah handuk kecil di tangannya, Hiza terlihat keluar dari kamar mandi. Gadis itu baru saja selesai membersihkan tubuhnya. Setelah makan bersama Raya dan Kavindra tadi, ia pulang ke rumahnya untuk membersihkan tubuh dan berganti baju.
Gadis itu duduk di depan meja rias miliknya. Ia menatap wajahnya melalui pantulan kaca cermin di hadapannya. Menatap sebuah kantung mata kehitaman di bawah matanya. Rona kehitaman yang cukup menjelaskan seberapa lelahnya dirinya saat ini.
Hiza menghela napas panjang. Ia meraih sebuah hairdryer dan mengeringkan rambutnya yang masih basah. Semalam, usai kejadian meninggalnya Alzian, ia tak beranjak dari rumah sakit. Kavindra sendirian di sana, ia takut akan terjadi sesuatu pada cowok itu. Pikirannya hanya mengarah pada, jika ia pergi dari rumah sakit dengan meninggalkan Kavindra sendirian di kamarnya, bagaimana jika Ragas tiba-tiba datang dan mencelakainya?
Hiza tak ingin terang-terangan menyebut bahwa Anonim itu adalah Ragas. Namun, jika bukan cowok itu, siapa lagi? Tak mungkin Kavindra yang membunuh Alzian padahal ia tengah dirawat di rumah sakit. Dari sepuluh orang, ralat, sebelas orang-termasuk Kalea-dalam lingkaran permainan ini, kini tinggal empat orang yang masih hidup. Dirinya, Kavindra, Ragas, dan Daren.
Sejak kematian Dion waktu itu, permainan ini sudah tidak berlangsung dua hari sekali, namun, setiap hari. Maka ada kemungkinan Ragas akan menargetkan Daren hari ini. Meski Kavindra telah melarangnya untuk mencari keberadaan Ragas, namun ia tetap ingin mencarinya. Ia harus menghentikan cowok itu untuk membunuh Daren. Bagaimanapun juga, Daren telah ditangkap, dan biarlah hukum yang mengadilinya.
Saat ini pukul 16.35, dan Hiza baru saja sampai di depan rumah Ragas dengan menaiki taksi. Gadis itu menatap bangunan di hadapannya dengan sedikit was-was. Ia akui ia merasa takut, takut bertemu langsung dengan Ragas. Namun bagaimanapun juga permainan ini harus segera diselesaikan. Ia tak ingin akan ada korban lagi setelah ini.
"Ting! Tong!"
Hiza menekan tombol bel di sebelah pintu rumah tersebut. Tak lama, seorang wanita paruh baya keluar dari rumah tersebut, ia tersenyum ramah begitu melihat keberadaan Hiza. Ia mengenalinya, Hiza, teman satu kelas Ragas.