11. How About Him?

45 23 2
                                        

"Setiap keputusan memiliki konsekuensi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Setiap keputusan memiliki konsekuensi."

- Kavindra Michael Abhistair -

***

"Dion ...."

Di bawah langit malam yang temaram, kedua mata Kavindra menatap sosok kawannya yang kini berdiri tak jauh darinya. Tatapan mata saya yang cowok itu tampakkan membuat Kavindra bertanya-tanya, "Lo nggak papa?"

Dion menghela nafas berat, ia berjalan mendekat ke arah Kavindra. Membuat Kavindra melangkahkan kakinya mundur untuk terus memberi jarak dengan Dion. Semakin dekat, Kavindra tiba-tiba memukul kepada Dion dengan kuat.

"Sakit, anjir!" Dion mendesis kesal, memegang kepalanya yang terasa berdenyut nyeri akibat pukulan dari Kavindra.

"Lo ngapain, anjir? Tiba-tiba muncul kek setan gitu," sebal Kavindra sembari membenahi tas punggungnya yang merosot.

Dion memutar bola matanya dengan malas. Tanpa menjawab perkataan Kavindra, Dion mendorong tubuh Kavindra dan memasuki rumah milik cowok itu. Tanpa meminta ijin terlebih dahulu, ia langsung masuk ke dalam kamar sang pemilik rumah dan menghempaskan tubuhnya di atas kasur dengan nyaman.

"Kenapa? Bo-nyok lo tengkar lagi?" tanya Kavindra. Cowok itu meletakkan tas miliknya di atas kursi.

"Tahu, masih nanya," balas Dion dengan ketus sembari menatap langit-langit kamar Kavindra.

"Seru, 'kan? Rumah lo jadi rame." Kavindra melepas kemeja seragam miliknya, menanggalkan sebuah kaos berwarna putih di tubuh atletisnya. Ia menggantung kemeja seragamnya di gantungan balik pintu.

"Muak gue lama-lama. Lo, mah enak, sendirian di rumah, nggak ada yang bikin sumpek," ujar Dion masih menatap langit-langit di kamar Kavindra.

Cowok itu memang sudah terbiasa datang dan menginap di rumah Kavindra. Tak hanya saat orang tuanya bertengkar saja, cowok itu bahkan telah nyaman di rumah ini, bagai rumah sendiri. Orang tua Kavindra pun tak mempermasalahkannya, malahan mereka berterimakasih dengan Dion. Karena kedatangan cowok itu membuat Kavindra tak sendirian di rumah.

Dari yang Dion ketahui sejak mengenal Kavindra lima tahun lalu saat masih duduk di bangku sekolah menengah pertama, Kavindra hanya tinggal bersama dengan ibunya. Ayahnya telah meninggal sejak ia masih kecil dan ibunya harus bekerja hingga larut malam, bahkan seringkali tak pulang.

Tak mendapati jawaban dari Kavindra, Dion menolehkan kepalanya dan menatap ke arah temannya yang baru saja selesai berganti baju itu. Ia merasa bersalah, mengapa ia harus mengatakan kalimat itu barusan? Apakah Kavindra merasa tersinggung?

Hide and Seek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang