18. Say Goodbye

38 19 2
                                        

"People come and go, namun mengapa secepat ini?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"People come and go, namun mengapa secepat ini?"

- Dion Lakeswara -

***

Kemacetan yang menghadang di depan sana membuat Dion mengumpat dalam benaknya. Di saat yang genting seperti ini, kenapa kemacetan selalu saja menghalanginya?

Kedua netra cowok itu menatap ke arah keramaian di tepian jalan dengan kening yang berkerut. Sebetulnya keramaian itulah yang membuat kemacetan. Jika ia tak salah,  ada sebuah kecelakaan yang tak lama terjadi di tempat ini. Terbukti dengan sebuah mobil ambulance yang masih terparkir di tepian.

Dion terus menatap ke arah keramaian tersebut, tepatnya menatap ke arah seseorang yang baru saja diangkat dengan perlahan ke atas brankar. Ia menatap tubuh penuh darah itu, lantas jantungnya tiba-tiba terasa berhenti berdetak begitu melihat siapa sosok yang baru saja diangkat memasuki ambulance tersebut.

Pak Harto, laki-laki paruh baya yang tak lain adalah wali kelasnya itulah seseorang yang baru saja diangkat memasuki ambulance. Tubuh penuh darahnya, Dion melihatnya dengan begitu jelas dengan kedua matanya. Pikirannya mendadak berhenti bekerja saat itu hingga sebuah suara klakson menyadarkannya.

Dengan tangan yang bergetar penuh ketakutan, ia mencengkeram stang motornya dengan kuat. Ia segera melajukan motornya, ia tak boleh melupakan tujuan utamanya saat ini. Callista Lauren Naisha, itulah tujuannya saat ini. Dengan harap-harap cemas ia sungguh berharap gadis itu masih bertahan hingga ia sampai di sana.

Dion tak memasuki arena sekolah melalui gerbang depan, ia langsung datang melalui pintu bagian belakang, yang terkadang kali ia gunakan untuk membolos bersama teman-temannya. Sedikit susah karena harus memanjat pagar, namun ini adalah jalan yang cepat untuk menuju gedung auditorium.

Pukul 19.38, begitulah jam tangan di pergelangan tangannya menunjukkan waktu saat ini. Lengang, tak ada hal apapun di ruang besar auditorium ini. Dion memutuskan untuk keluar, ia meraih ponsel miliknya, namun sejenak ia menggeleng. Tidak, ia tak bisa menelepon Callista saat ini. Bagaimana jika ponsel gadis itu sedang tidak dalam mode diam? Yang ada ia hanya akan menyusahkannya.

Dion berpikir dengan keras. Di mana Callista saat ini? Di mana gadis itu bersembunyi? Di mana tempat yang paling aman untuknya bersembunyi beberapa waktu lalu? Cowok itu terdiam beberapa saat. Apakah gadis itu bersembunyi di sekitar kolam renang? Tempat itu memiliki keamanan CCTV, seperti katanya tadi.

Tanpa ingin membuang banyak waktu lagi, Dion segera beranjak pergi menuju kolam renang. Dengan deru napas yang berembus tak beraturan, cowok itu menolehkan kepalanya ke sana kemari. Dan begitu melihat seseorang yang dicarinya, tubuhnya terasa lemas seketika. Seolah ada beban begitu besar yang hinggap di kedua bahunya, langkah cowok itu perlahan melemah.

Hide and Seek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang