12. Peek a Boo

53 20 4
                                        

"Lambat laun, aku mulai tersadar, bahwa permainan konyol yang menjerat kita saat ini, adalah buah dari kesalahan yang kita perbuat di masa lalu

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Lambat laun, aku mulai tersadar, bahwa permainan konyol yang menjerat kita saat ini, adalah buah dari kesalahan yang kita perbuat di masa lalu."

- Ayarra Gracelynn -

***

Lengang. Satu kata yang paling tepat untuk mendeskripsikan atmosfer ruangan saat ini. Embusan angin di luar sana masih sesekali menerpa bingkai jendela hingga bergerak dan menimbulkan suara berdecit pelan. Tak jarang gorden jendela ikut tertiup dan tergoyang oleh angin.

Kedua laki-laki yang saling berhadapan itu menurunkan pandangan mereka. Menatap ke arah bercak darah yang menetes ke atas lantai. Membuatnya sedikit basah oleh noda merah berbau anyir.

"Dion ...." lirih Kavindra dengan kedua mata yang masih menatap tetesan darah di atas lantai.

Dion mendongakkan kepalanya, menatap Kavindra sejenak lantas bangkit dari duduknya. Ia buru-buru mengambil tisu dari atas meja belajar Kavindra dan memberikannya pada Kavindra.

"Gila ya, lo! PMS keluar dari hidung ya, sekarang!"

Kavindra buru-buru mengambil tisu tersebut dari tangan Dion dan menyeka darah yang keluar dari hidungnya menggunakan tissue tersebut.

Dion menarik temannya itu untuk duduk di atas kasur. Ia mengambil tissue dan membersihkan bercak darah di atas lantai. Sejenak, ia kembali menatap ke arah Kavindra.

"Capek banget ya sampai mimisan gitu? Makanya nggak usah kebanyakan mikir."

Kavindra memutar kedua matanya dengan malas. Ia masih menyeka hidungnya dengan tissue, mencegah darahnya untuk menetes lagi. "Anjir, lo," sungutnya.

Atensi keduanya teralihkan pada sebuah nada dering ponsel yang berasal dari ponsel milik Kavindra di atas meja belajar. Dion meraih ponsel tersebut dan melihat nama 'Hizael' tertera di layar ponsel tersebut.

"Siapa?" tanya Kavindra pelan.

"Hiza," balas Dion singkat.

"Nggak usah di-"

Kalimat Kavindra terpotong begitu melihat Dion menggeser tombol hijau di ponselnya dan menerima panggilan tersebut. Kavindra menghela napas pelan dan membiarkan Dion menerima panggilan tersebut. Ia melihat Dion terdiam beberapa saat begitu mendekatkan ponsel miliknya ke telinganya, lantas beberapa saat kemudian ia mendengar Dion menjawab, "Iya, Lo .... Aman 'kan?"

Dion segera menatap layar ponsel milik Kavindra begitu panggilan terputus secara tiba-tiba. Kerutan di keningnya membuat Kavindra sontak bertanya, "Kenapa?"

"Hiza nanyain lo, tapi tiba-tiba panggilan terputus," balas Dion.

Kavindra terdiam beberapa saat, cowok itu mendongakkan kepalanya, menatap ke arah jam dinding di kamarnya. Pukul 19.10, pantas saja Hiza menelepon dirinya. Meski ia tak bisa membalas panggilan Hiza secara langsung, namun ia merasa lega. Sepertinya gadis itu tidak menjadi target malam ini.

Hide and Seek [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang