Sepuluh murid dari kelas XII IPA-3 di SMA Garista terlibat permainan mematikan. Permainan klasik bernama 'petak umpet' yang harusnya adalah permainan yang menyenangkan berubah menjadi permainan pertaruhan nyawa yang mengerikan.
Awalnya, mereka adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Bahkan sekedar menikmati hari libur dengan cara yang paling sederhana pun, pada akhirnya kita akan merindukannya."
- Iliana Hizael -
***
Selepas dari rumah sakit tadi, Kavindra, Hiza, dan Dion pergi ke sebuah restoran yang terletak tak jauh dari rumah sakit. Mereka belum sempat sarapan pagi tadi, dan mereka perlu mengisi perut mereka sembari mendiskusikan hal apa yang harus mereka lakukan setelah ini.
"Za, gue minta maaf," ujar Dion tiba-tiba, kalimatnya barusan sontak membuat Hiza mengerutkan keningnya dengan heran. Minta maaf? Untuk apa?
"Gue udah terhasut dan curiga sama lo," ujar Dion yang memahami raut wajah Hiza. Cowok itu menyesal karena telah mencurigai Hiza sebagai Anonim meski ia belum tahu pasti akan kebenarannya.
Hiza menarik kedua ujung bibirnya, menampilkan sebuah senyum tulus di wajahnya. "No problem, gue juga minta maaf karena udah curiga sama lo," balasnya.
Kavindra yang duduk di antara keduanya tersenyum tipis. Ia merasa berada di tengah-tengah kedua temannya kala semua orang mencurigai Hiza dan Hiza mencurigai Dion.
"Wajar aja kita terus saling curiga, semua orang di lingkaran permainan ini memang pantas dicurigai," ujar Kavindra lantas menikmati makanannya.
"Gue rasa, Daren curiga sama gue tanpa pikir panjang," kata Hiza mengungkapkan opini yang ia tahan sejak beberapa hari yang lalu. Ia sudah ingin membicarakan hal ini dengan Kavindra sejak kemarin, namun ia menunggu waktu yang tepat terlebih dahulu.
"Maksud lo?" tanya Dion tak paham.
"Daren ngirim video CCTV itu ke kita, entah dari mana dia tahu kalau gue pergi ke auditorium malam itu," terang Hiza, kedua mata gadis itu terlihat serius, hingga Kavindra maupun Dion tak ingin menyela barang sedetik pun.
"Dia mulai curiga sama gue sejak itu, lalu ngomporin semua orang buat curiga juga sama gue." Hiza berkata demikian bukan tanpa alasan. Ia yakin dengan ucapannya, Daren memang mengompori semua orang untuk mencurigainya dengan rekaman CCTV waktu itu.
"Sebelumnya, waktu Aiden meninggal, Ayarra udah nuduh gue sembarangan, dan Kavin belain gue dengan curiga ke Daren karena Daren adalah orang terakhir yang Aiden temui. Dari situ, Daren udah emosi dan nggak terima karena dituduh, apalagi dengan anonim yang seolah memojokkan Daren sebagai orang yang menyebabkan Kalea bunuh diri," papar Hiza panjang lebar. Ia menghentikan kalimatnya, menatap kedua temannya yang masih menatapnya dengan lekat. Mencerna setiap kalimat yang barusan ia lontarkan.
"Jadi kesimpulannya, Daren jadiin lo sebagai pengalihan biar semua orang lupa sama ucapan anonim tentangnya?" tanya Kavindra mengumpulkan.