Sepuluh murid dari kelas XII IPA-3 di SMA Garista terlibat permainan mematikan. Permainan klasik bernama 'petak umpet' yang harusnya adalah permainan yang menyenangkan berubah menjadi permainan pertaruhan nyawa yang mengerikan.
Awalnya, mereka adal...
Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
"Pada akhirnya, semua yang kamu katakan ada benarnya. Aku harus terus mempercayai kata-kata 'everything is gonna be fine', bahkan tanpa ada adanya dirimu."
- Iliana Hizael -
***
Suasana ruang kelas yang ramai tak lantas membuat seorang gadis yang duduk di bangku sebelah jendela terbangun dari alam bawah sadarnya. Untuk sesaat, sebuah tangan yang membenahi anak rambutnya lah yang membuatnya terbangun dari alam bawah sadarnya. Samar-samar, ia melihat seorang laki-laki tersenyum ke arahnya begitu ia membuka kedua matanya.
Melihat senyuman itu membuat Hiza, gadis itu, menarik kedua ujung bibirnya. Menampakkan sebuah senyum manis di wajah cantiknya. Ia mengangkat kepalanya dari atas tangannya yang ia gunakan sebagai bantal di atas meja. Kedua manik hitam kecoklatannya menatap laki-laki itu dengan lekat.
"Mimpi indah, hm?"
Hiza tak langsung membalas pertanyaan tersebut. Gadis itu justru menggelengkan kepalanya dengan pelan. "Nggak," balasnya.
"Why?"
"Karena gue mimpiin lo pergi dari hidup gue."
Kavindra, laki-laki itu terdiam beberapa saat begitu mendengar apa yang Hiza ucapkan. Cowok itu lantas tertawa pelan. "Itu hanya ini sebuah mimpi, gue ada di sini, di depan lo."
Hiza menarik kedua ujung bibirnya, ia lantas menggeser tubuhnya untuk lebih dekat dengan Kavindra. Tangan gadis itu melingkar ke pinggang Kavindra, memeluk laki-laki itu dengan erat.
Melihat apa yang Hiza lakukan, Kavindra lantas menarik kedua ujung bibirnya. Ada perasaan hangat yang menyelimutinya bersamaan dengan bunga-bunga yang tumbuh bermekaran di dadanya. Laki-laki itu membalas pelukan Hiza, ia melingkarkan tangannya di pundak gadis itu dan mengusap puncak kepalanya dengan penuh kasih sayang.
"It's okkay, gue nggak akan pergi ninggalin lo."
Tepat begitu Kavindra melontarkan kalimat tersebut, pandangan Hiza mendadak gelap. Gadis itu menolehkan kepalanya ke kanan kirinya. Mencari-cari keberadaan laki-laki itu dengan cepat.
"Kavindra?"
Tak ada jawaban sama sekali. Hiza beranjak bangkit dari duduknya, di mana laki-laki itu? Apakah ia pergi? Dan lihat, di mana keramaian ruang kelas yang sempat mengganggu tidurnya itu? Ke mana hilangnya? Hiza mengedarkan pandangannya ke seluruh ruang kelas. Menatap kekosongan yang menyapanya. Tak ada siapapun di tempat ini. Hanya ada dirinya sendiri dan ... Kehampaan.