Chapter 35 : Sang Penguasa Sudut Pandang

375 61 1
                                    

"Fen, Aku sama Ferrel pamit ya, Kamu ada Show kan hari ini?" Ucap Shani.

Feni mengangguk, "Cepet buat Dedek ya.." Ucap Feni, Sembari nyengir.

"Apasih.." Shani Terlihat tersipu.

Setelah dari apartemennya Feni, Shani dan Freya memutuskan Untuk pulang ke apartemen mereka. Shani ingat kalau Aria memintanya untuk datang ke kastil Keabadian. Sesuatu yang dia bicarakan tengah menunggunya. Namun, Mereka berdua Sangat terkejut, Ketika menemukan Ruangan apartemen mereka, Porak-poranda seperti di terjang badai.

"Frey? Apa yang Terjadi di sini." Shani mengamati sekeliling ruangan, Dimana semua benda berserakan.

"Aku tidak tau, Saat aku pergi tidak seperti ini." Ucap Freya.

Freya dan Shani menemukan Sebuah diary Lusuh yang berada di Atas meja. Dan, Jika di perhatikan lagi, Semua barang yang berserak tersebut, Seakan mengarahkan Freya dan Shani pada Satu titik, Yakni buku tua tersebut.

"Aku belum pernah melihat buku ini sebelumnya." Ucap Shani.

"Aku juga, Tapi semua barang yang berserakan, Berpusat pada buku ini." Ucap Freya.

Buku tersebut kotor dan ketika Shani dan Freya membukanya sebagian halamannya rusak. Namun tulisan yang ada di dalamnya seperti berhubungan dengan Sesuatu.

"Ini adalah.."

"Obyek yang hilang.." Potong Freya.

Dari Lembar pertama Buku tersebut, Shani dan Freya mengetahui kalau buku tersebut berhubungan dengan sosok yang disebut "Sang Penguasa Sudut Pandang."

Berikut adalah isi dari Buku Diary tersebut.

* Lembar Pertama

Hari XXX Tanggal XXX Tahun XXX, Terdapat Noda di bagian ini, jadi Shani dan Freya tidak mengetahui tanggal yang ditulis.

Beberapa waktu lalu, aku mengunjungi sebuah institusi mental untuk mencari seorang yang menyebut dirinya “Sang penguasa sudut pandang”

Aku ingat setelah aku mengatakan itu, resepsionis mengangguk pelan kepadaku dan mengantarku ke sebuah pintu ganda yang dirantai. Pintu itu sangat jelas di ingatanku dan merupakan sebuah pintu yang terlihat ‘salah tempat’ karena sangat kontras dengan arsitektur institusi.

Meskipun begitu, di dalamnya lebih aneh lagi karena aku melihat sebuah tangga yang menjulang tinggi bahkan tingginya melebihi bangunan paling tinggi dari institusi itu sendiri.

Kupikir kala itu aku sudah gila. Oke, sebenarnya apa yang terjadi. Aku disini untuk membuktikan sebuah rumor di internet dan ternyata apa yang aku lihat benar-benar jauh Dari harapanku. Aku awalnya mau berbalik dan pulang, namun resepsionis yang mengantarku buru-buru mengunci pintunya dan meninggalkanku sendiri.

Karena aku tidak bisa kemana-mana, aku pun pada akhirnya memutuskan untuk naik.

Memberi makan rasa penasaranku, aku pun naik dan sesuatu yang lebih aneh terjadi. Di kepalaku, aku mulai melihat ‘mimpi’ tentang rangkaian bencana-bencana mengerikan.

Kehancuran Pompeii, Black Death, Holocaust bahkan 9-11, semua sangat jelas seakan aku ada disana saat hal itu terjadi, Secara spesifik, aku merasa seperti aku lah yang mengalami hal tersebut. Bahkan di mimpi-mimpi itu, aku mendengar ada yang membisikkan secara rinci berapa jumlah korban yang jatuh.

Itu adalah sebuah mimpi buruk namun aku seakan hampir gila dibuatnya. Bahkan tanpa sadar, kakiku sudah mencapai puncak tangga tatkala mimpi-mimpi itu berakhir.

Aku yang takut sebenarnya berniat turun saja. Namun saat aku berbalik, tangga yang kunaiki sudah hilang dan menyisakan lubang kosong dengan dasar yang gelap gulita.

Meskipun begitu, puncak tangga yang aku datangi terdapat sebuah tembok marmer. Tembok marmer itu memiliki beberapa jendela kaca tipis yang berbentuk seperti mata. Aku kebingungan dan panik, aku tidak tau harus kemana karena aku kala itu sedang dihimpit oleh sebuah tembok dan kehampaan tanpa dasar.

Namun karena aku penasaran, aku memutuskan untuk mengintip melalui jendela berbentuk mata itu dan memastikan aku sedang ada dimana.

Namun sial sekali. Ternyata keputusanku adalah keputusan bodoh. Pasalnya sedetik setelah aku melongok melihat jendela itu, aku merasakan nyawaku berpindah dan kesadaranku sudah tidak menempati tubuhku lagi.

Aku tidak tau apakah itu ilusi atau bukan, namun aku seakan masuk ke dalam tubuh milik seorang pria tua yang tengah berada di sebuah ruangan. Pria tua itu nampaknya tau kalau diriku ada di dalam dirinya. Pasalnya dia kini sedang menulis sesuatu di atas kertas.

Namun perasaan ini sangat aneh. Meskipun aku ada di dalam tubuhnya, dan aku bisa melihat melalui matanya, tetapi aku sama sekali tidak memiliki kuasa atas tubuhnya.

Dia kemudian mulai berbicara sendiri ditengah kegiatannya menulis. Aku dapat mendengar segala ucapannya karena aku kini sedang berbagi tubuh dengannya. Namun cerita-cerita itu adalah cerita-cerita yang sangat mengerikan. Cerita itu mengulas kembali kengerian-kengerian mimpi yang aku lihat tatkala menaiki tangga beberapa saat lalu. Namun kali ini dengan sudut pandang Iblis.

Bagaimana mereka tertawa bahagia dan berpesta pora tatkala bencana-bencana itu terjadi.

Semakin aku mendengarnya, aku semakin terlelap dengan ceritanya. Semakin mengerikan ceritanya, semakin membuatku lupa dengan keberadaan ku sendiri.

Tunggu, Namaku siapa? James?

James siapa?

Siapa nama belakangku?

Setelah Freya dan Shani membaca Buku Harian tersebut, Buku itu kemudian terbakar, Dan Api yang menjalari tersebut memadat dan membentuk sosok pria tinggi dengan kepala tengkorak. Pria tersebut kemudian berucap, "Hanya itulah ingatan terakhir James yang bisa kuberikan. Dia sudah ku klaim karena mentalnya yang lemah dalam mendengar kebenaran."

Sosok tersebut kemudian mengulurkan tangannya, Dan dari api di tangannya, Muncul sebuah mata Kaca yang ia berikan pada Shani dan Freya. Sosok tersebut berubah menjadi abu Setelah itu, Meninggalkan Sesuatu yang Shani dan Freya sadari, Bahwa pria tersebut adalah sang penjaga Obyek.

Mata kacaku adalah objek ke-33 dari 538.

'Aku masih menunggu seseorang yang mampu melihat dunia dengan perspektif yang berbeda.'

FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang