Chapter 15 : Sang Penguasa Api

557 77 9
                                    

"Sekarang Kita berbalik membelakangi Air terjun." Ucap Freya.

Shani melihat ke bawah air terjun, Yang jaraknya cukup tinggi Dari posisi mereka berdiri. Dulu Shani Sangat takut dengan ketinggian, Tapi karena dia telah menghadapi Sang penguasa rasa takut, trauma yang dulu telah menghilang. Shani menuruti perkataan Freya, Keduanya Berdiri di ujung air terjun dengan membelakangi. Shani Secara refleks menggenggam tangan Freya dengan erat. Tidak lama kemudian, Tubuh keduanya dengan sengaja, Jatuh dari ketinggian. Layaknya daun kering yang jatuh dari tangkai, tubuh Shani dan Freya, Dengan ringan terjun kedalam air. Membuat riakan pada air merah di tempat tersebut.

***

"Sepertinya kita berhasil." Ucap Freya, Ketika melihat sebuah bangunan yang tidak asing di depan mereka.

Keduanya meminta kepada resepsionis untuk mengunjungi seseorang yang dijuluki "Sang Penguasa Api."

Pegawai yang ada di sana, menatap Freya dan Shani dengan tenang selama beberapa menit sebelum menunjuk tanpa bicara, ke sebuah pintu yang ada di belakang mereka. Pintunya tidak ada di sana, dan siapa pun di sekitar mereka tidak menyadarinya.

Si pegawai itu benar-benar menunjuk ke sebuah udara kosong dan mempersilahkan Freya dan Shani untuk pergi ke ‘pintu’ yang ada disitu. Freya dan Shani saling memandang, Kemudian mendekat ke arah Resepsionis menunjuk. Mereka berdua menutup mata dan persiapkan tangan di udara. Membuat gestur seakan mengetuk pintu meskipun secara fisik tidak ada apa-apa di depan mereka.

pintu yang mereka ketuk terasa hangat, kemudian Shani dan Freya masuk tanpa membuka mata. Ketika Sampai di dalam dan telah menutup pintu kembali, baik Freya atau Shani, segera kembali membuka mata.

Mereka berada di sebuah taman kecil, yang diterangi oleh cahaya bulan purnama, dan dikelilingi oleh dinding-dinding batu yang tertutup tanaman merambat.

Di sebelah tempat mereka berdiri ada sebuah kolam. Shani ingin melihat ke bawah air, tapi Freya menghentikannya Sambil menggeleng. "Jangan dekati kolamnya, karena apapun yang ada di situ adalah sesuatu yang tidak mau diganggu, bahkan jika hanya sekedar diperhatikan." Ucap Freya. Shani mengangguk mengerti.

Di sebelah kanan mereka ada tumpukan kayu untuk kremasi (cara kuno). Tumpukan itu  belum menyala, namun Mereka bisa melihat kayu-kayu itu basah karena diguyur oleh minyak.

Freya dan Shani berjalan tepat 5 langkah mendekati tumpukan kayu.  Di atas tumpukan kayu itu, mereka menemukan mayat seorang lelaki yang sudah dikebiri. Tangannya terlipat di dada sembari memegang sebuah botol Quicksilver (salah satu Merk Vodka).

Freya menanyakan satu pertanyaan kepada dia "Apa yang menyebabkan para holder mau berkorban?"

Mayat itu tidak bergerak, namun Shani mulai melihat tumpukan kayu itu terbakar sendiri. Seperti halnya semak-semak, rumput, pohon-pohon, dan bunga-bunga di sekitarnya yang akan ikut terbakar. Nyala api semakin lama terlihat mengubah warna, dari warna api normal, ke merah darah yang baru tumpah, ke warna hijau seperti infeksi dan penyakit.

Tanaman disekitar situ, yang terbakar api, mulai mengeluarkan suara-suara jeritan. Kolam yang mereka lihat tadi mulai mengering, dan air yang memenuhinya mulai terbakar dengan panas menyengat, seakan dari awal air yang mengisi kolam itu adalah minyak.

Kemudian dari kobaran api diatas kolam itu, asap-asap yang membentuk seperti jiwa-jiwa manusia ikut menguap ke udara sembari meneriakan sumpah serapah kepada mereka berdua.

Saat sumpah serapah itu mulai Mereka dengar, mereka berdua kemudian bersikap sombong dan berani. Mereka menunjukan bahwa dirinya tidak takut, dan keberadaan mereka disini lebih dominan dibanding jiwa-jiwa malang yang menguap ke udara itu.

jiwa-jiwa malang itu mengumpat semakin keras. Setelah asap para jiwa malang itu sepenuhnya pergi, mayat pria yang ada di tumpukan kayu mulai duduk dan menoleh kepada mereka berdua. Dengan senyum gosong dan wajah melelehnya, dia  menawarkan botol quicksilver yang dipegangnya kepada mereka.

Alih-alih, tatkala dia menawarkan, Freya tertawa sombong sambil menggeleng. Pria gosong tersebut kemudian meminum setengah minumannya itu dan dia melempar botolnya ke tanah. Setengah cairan yang tertumpah di tanah membuat tanah disitu menghitam dan tertumbuh sebuah tanaman berwarna merah

Tanaman itu adalah bunga yang bentuknya seperti mawar, namun merahnya sangat tidak biasa. Bunga itu akan memiliki kelopak yang bermotif aneh ibarat bunga dari neraka. Meskipun begitu, bunga itu sangat indah dengan caranya sendiri.

Sesaat setelah Shani memetik bunga itu, mereka berdua kemudian merasakan dirinya basah, lalu menemukan diri mereka ada di darat, Tepat di samping sungai merah yang sebelumnya mereka terjuni. Shani dan Freya saling menatap dengan senyum. Karena tujuan mereka telah tercapai.

Bunga itu adalah Obyek ke-30 dari 538

'Bunga itu membangkitkan jiwa amarah dari pemiliknya. Amarah yang lama-lama akan membuat seseorang gila. Meskipun begitu, pengorbanannya harusnya sepadan dengan kecantikannya.'

***

"Bagaimana caranya kita keluar dari hutan ini Frey?" Shani dan Freya mengeringkan tubuh di dekat Api Unggun yang mereka buat.

"Sebenarnya ada tujuan lain, yang membuatku datang ke sini, Selain mengambil Obyek itu." Ucap Freya.

"Tujuan apa?" Tanya Shani.

"Ini berhubungan dengan masa lalu keluargaku. Di hutan ini, Tinggal Seorang wanita tua bernama Kinanti Atmojo. Dia adalah musuh bebuyutan dari kakekku. Permusuhan lama, antara keluargaku dan Keluarga Atmojo, akan berakhir di sini." Ucap Freya.

"Lalu dimana dia tinggal?" Tanya Shani.

"Aku tidak ingin melibatkan Cici." Ucap Freya.

"Frey, Kita sudah bersama-sama selama ini. Kenapa kamu masih tidak mau melibatkan aku?" Shani sedikit kecewa karena Freya tidak pernah ingin melibatkannya.

"Ini antara keluargaku dan keluarga Atmojo, Permusuhan ini tidak ada hubungannya dengan garis Holders. Jadi Cici Tidak terlibat dalam hal ini." Ucap Freya.

"Tapi Frey, Tetap Saja—"

Ucapan Shani terpotong, Kala Freya mendaratkan Satu kecupan Di bibirnya. Ciuman pertama Shani, Telah di ambil oleh orang yang dia cintai.

"Kalau Cici mempercayaiku, pulanglah lebih dulu. Pintu keluarnya ada di tempat pertama kita masuk ke sini." Ucap Freya.

"Tapi bagaimana dengan kamu?" Shani terlihat berkaca-kaca.

"Aku akan pulang secepatnya." Ucap Freya, kemudian dia beranjak berdiri.

"Freya.." Shani merengkuh tubuh Freya dari belakang, Sembari menangis.

"Kamu harus pulang, Kamu janji harus pulang lagi.." ucap Shani.

"Aku janji." Ucap Freya. Setelah meyakinkan Shani, Freya beranjak pergi, meninggalkan Shani yang menatap Sayu pada punggungnya. Setelah kepergian Freya, Shani menghapus air mata di wajahnya. Dia percaya Freya pasti menang, Dan akan kembali padanya. Dia tidak boleh menambah beban Freya dengan bersikap Egois. Shani beranjak dari tempatnya, Dan pergi ke titik awal, titik dimana Mereka masuk ke alas Sedo.

FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang