Chapter 33 : Kemunculan Satan, Sang Dosa Kemarahan

366 58 1
                                    

Perlu waktu bagi Shani, Sebelum Akhirnya Feni membukakan pintu Unitnya. Feni yang mengetahui Shani berkunjung, Cukup terkejut, tapi dalam sekejap mata, Gadis dengan rambut berwarna itu menyembunyikan keterkejutannya.

"Cici.." Ucapnya Ceria, dan lekas memeluk Shani.

"Kamu baik-baik aja kan, Fen?" Shani masih khawatir Jika sesuatu terjadi pada gadis ini. Mengingat Kabar yang dia dengar dari ibu-ibu sebelumnya.

"Aku baik-baik aja kok, Emang kenapa Ci?" Tanya Feni.

Shani menghembuskan Nafas lega, "Syukurlah, Nanti aku ceritakan. Aku ke sini Mau minta Referensi dari kamu, Terkait Novel aku. Sekalian aku juga udah lama Gak mampir ke sini." Ucap Shani.

"Cici Sih, Sibuk pacaran terus.." Ucapnya Cemberut.

"Kata Siapa? Aku juga sibuk sama Novel aku." Ucap Shani.

"Yaudah, Masuk yuk.." Shani berjalan masuk kedalam, Setelah sang tuan rumah mengijinkannya. Meski sudah lama tidak berkunjung, Shani tau betul, Bagaimana dekorasi dari ruangan ini. Tidak ada yang berubah, Feni adalah tipe orang yang lebih menyukai kemewahan secara sederhana.

"Bentar ya Ci, Aku buatkan teh Dulu." Ucap Feni, Beranjak ke dapur.

"Tidak perlu repot-repot Fen." Ucap Shani.

Shani duduk di Sofa ruang tamu, Dan tiba-tiba, Suara Guntur yang di sertai hujan, Mengejutkannya. Cuaca memang tidak bisa di tebak, Padahal Dia ingat dengan benar, Beberapa menit yang lalu, Cuaca masih terlihat cerah. Sekarang hujan Turun mengguyur kota.

"Ini Ci.." Feni meletakan Dua cangkir teh di Atas meja, Kemudian Duduk di samping Shani.

"Jadi, Tadi maksud Cici apa?" Tanya Feni.

"Aku tadi mampir dulu ke Swalayan, Dan tidak sengaja, Mendengar ibu-ibu tengah membicarakan Sebuah Siulan Aneh di apartemen ini. Mereka juga bilang, Banyak orang yang hilang, Setelah mendengar siulan itu." Ucap Shani.

Leviathan? Batin Feni.

"Aku tidak mendengar apapun Ci, Tadi malam. Aku capek banget, Jadi mungkin aku tidur terlalu pulas." Ucap Feni.

"Syukurlah, Kalau kamu baik-baik saja." Ucap Shani.

"Ngomong-ngomong, Cici Nginep ya Di sini, Temenin aku." Ucap Feni.

"Gak ngerepotin?" Tanya Shani.

"Ngerepotin gimana, Dulu kan Cici Sering Nginep sama si Anak manja." Ucap Feni.

Shani tertawa ringan, "Gracia maksud kamu?"

"Siapa lagi, Dia emang manja kan." Ucap Feni nyengir.

"Yaudah, Aku hubungi Ferrel dulu, Kalau aku akan menginap di sini." Ucap Shani.

"Dia posesif banget ya ci?"

"Tidak, Dia bukan orang yang posesif. Lebih ke Dingin aja, Tapi itu sama orang lain, Bukan sama aku." Ucap Shani.

"Tapi kalau aku perhatikan, pacar Cici itu, Mirip banget sama Freya ya."

Shani yang tengah minum, Seketika tersedak dengan ucapan Feni.

"Cici Baik-baik aja?" Tanya Feni. Dia menyodorkan tisu pada Shani.

"Aku baik-baik aja kok, Aku cuma kaget." Ucap Shani.

"Kaget kenapa?" Tanya Feni.

"Aku juga melihatnya begitu, Jika dia seorang perempuan, Dia mungkin akan secantik Freya. Mereka seperti anak kembar yang berbeda Gender." Ucap Shani.

"Kalau dia perempuan, Dia tidak mungkin jadi pacar Cici." Ucap Feni.

"Kalau perempuannya Ganteng kayak gitu, Aku kayaknya gak papah." Ucap Shani.

"Meski dingin, Dia terlihat seperti orang yang baik. Aku beberapa kali melihat kemesraan kalian, Sejujurnya aku sedikit iri, Dan mengingatkanku pada Seseorang." Ucap Feni. Shani bisa melihat raut wajah sendu pada Gadis itu.

"Seseorang? Siapa? Jangan bilang kalau kamu pacaran secara diam-diam?" Ujar Shani.

Feni menggeleng, "Tidak, dia adalah kekasihku, Sebelum aku menjadi seorang Idol. Mungkin, Aku menjadi diriku yang sekarang, karena sebuah pelarian." Ucap Feni.

"Pelarian?" Shani tidak mengerti kemana arah ucapan Feni.

"Aku masuk ke dalam dunianya secara tidak sengaja, Karena sebuah kecelakaan. Setelah itu, Aku banyak mempelajari tentang dirinya. Dia orang yang sangat baik, Pada orang-orang di sekitarnya. Dia tidak pernah berhenti untuk tersenyum, Sebanyak apapun rasa sakit yang dia terima. Dia tidak pernah menyerah untuk mencapai sesuatu yang menjadi tujuannya. Pada akhirnya, Aku menyadari, Kalau aku jatuh Cinta dengannya. Sebuah kebahagiaan bagi setiap orang, Ketika mengetahui, Kalau orang yang kita Cintai, Juga mencintai kita. Tapi sayangnya, Tuhan berkehendak lain, Dan mengambilnya dariku. Aku sempat marah dan menyalahkan Tuhan atas hal itu, Tapi kemudian aku menyadari, Bahwa hidup, Hanya tentang sebuah cerita." Ucap Feni. Tanpa sadar air matanya jatuh dari kelopak matanya.

Shani bisa melihat luka yang teramat dalam dari hati Feni. Sejujurnya, Shani baru mengetahui fakta ini. Dibalik senyum Ceria dan Hiperaktif-nya, Feni Menyimpan Sebuah Goresan luka yang dalam di hatinya. Shani Menarik Feni kedalam dekapannya.

"Terkadang setiap malam aku menangis, Aku merindukannya." Ucap Feni.

Shani tau perannya di sini sangat penting, dia menenangkan gadis itu di dalam dekapannya. Dibandingkan dengan Feni, Apa Shani memang seberuntung itu? Meski Freya selalu menolaknya, Mereka masih bisa bertemu dan tinggal dalam satu atap.

***

Waktu bergulir terlalu Cepat, Siang telah berlalu menjadi senja, dan berubah menjadi malam gelap, disertai hujan yang kian tak kunjung surut. Shani telah mengabari Freya, Bahwasanya, Dia akan menginap di apartemen Feni, Sekaligus, ingin Mencari tau, Siapa dalang di balik Insiden orang-orang yang hilang. Shani menduga, kalau 7 pangeran Neraka, Terlibat dalam hal ini.

Setelah makan malam selesai, Shani dan Feni pergi Untuk tidur. Feni telah kembali menjadi dirinya yang Ceria dan Hiperaktif. Shani menggeleng sembari tersenyum melihat perubahan yang begitu signifikan pada diri Feni. Sekarang Shani mengerti, Feni menutupi rasa sakitnya dengan Keceriaan yang dia miliki, Seolah, Orang-orang akan berfikir, bahwa dia adalah gadis yang paling bahagia di dunia.

Tepat pada tengah malam, Siulan tersebut kembali terjadi. Meski hujan deras mengguyur dan bising, Suara Siulan tersebut masih bisa di dengar dengan jelas. Shani membuka kelopak matanya, menemukan Feni yang telah tertidur lelap di sampingnya. Shani bangun secara perlahan, Dan memastikan, Kalau Feni benar-benar terlelap sebelum beranjak keluar.

Setelah kepergian Shani, Feni juga terbangun, Sejak awal dia tau kalau Shani akan pergi untuk memastikan suara siulan itu. Feni menyambar Jaketnya dan membuntuti Shani, Tanpa di sadari.

Shani yang kini berada di lorong apartemen, merasakan energi negatif yang menguar ke seluruh penjuru. Tidak lama, Listrik padam dan seluruh bangunan apartemen gelap gulita. Beruntung Shani selalu membawa Handphone-nya. Shani bersembunyi di balik tembok, Ketika melihat banyak orang yang merupakan penghuni Unit, keluar dari apartemennya dengan tatapan kosong. Shani diam-diam mengikuti mereka, Sampai tiba di lantai dasar. Di sana, Seorang kakek-kakek bungkuk dengan rambut putih berdiri tersenyum mengerikan. Dia terlihat menunggu segerombolan orang-orang tersebut untuk datang dan mengikutinya.

Shani mengikuti mereka sampai masuk kesebuah gang Kecil. Setelah itu, kakek tersebut Mengarahkan Rombongan itu untuk masuk ke hutan yang ada di pinggir Kota. Melihat situasi yang sudah tidak menentu, di tambah dengan derasnya hujan, Shani memutuskan untuk menghentikan kakek tersebut, sebelum semuanya menjadi kacau.

"Berhenti!" Seru Shani.

Rombongan tersebut berhenti, lalu berbalik menatap Shani dengan tatapan kosong. Kakek tua tersebut menatap nanar, Sembari terkekeh.
"Kau cukup kuat, Karena tidak terpengaruh oleh siulanku, Atau mungkin, Kau seorang Holders?" Ucapnya.

"Siapa kau? Kenapa kau menculik manusia?" Tanya Shani, Dia memasang kuda-kuda untuk berjaga-jaga.

"Satan, Sang Dosa Kemarahan."

FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang