Sekembalinya Shani dan Freya ke rumah Kost, Tidak ada siapapun di sana. Termasuk Mbak Putri, Yang biasanya selalu berkeliling. Hari sudah mulai gelap, Dan suasana sudah mulai dingin. Anak-anak kecil yang tengah bermain di lahan pemakaman, Segera masuk kedalam rumah, ketika sang ibu memanggil.
Di dalam kamar mereka, Freya memberitahukan, Dimana Lokasi cermin lainnya, Selain yang ada di kamar mereka."Ci Shani hanya perlu memecahkan semua cermin dengan benda apapun, Setelah aku menyanyikan wangsit itu. Selebihnya, Akan menjadi urusanku." Ucap Freya.
"Aku mengerti, Lalu apa yang harus kita lakukan sekarang?" Tanya Shani.
"Menunggu tengah malam." Ucap Freya.
Selama menunggu waktu bergulir, Freya mengajari Shani cara bermeditasi, Untuk meningkatkan ketajaman indranya. Dan selama itu pula, Suasana temaram di rumah itu, membuat bulu kuduk siapapun merinding karenanya. Setelah beberapa jam menunggu dalam keheningan malam, Akhirnya telah tiba. Freya mengajak Shani untuk turun ke lantai kedua. Mereka menggunakan senter sebagai penerangan. Freya mengambil Gunting dari kamarnya, Guna Untuk membuka pintu lantai dua yang terkunci, Secara paksa.
Ketika pintu terbuka, Lorong yang gelap menyambut mereka. Desiran angin malam yang masuk melalui jendela dengan kain putih yang Terbuka. Samar-samar cahaya bulan pun turut menghilang di balik awan malam. Freya dan Shani menyusuri lorong tersebut, Hingga menemukan seorang perempuan paruh baya, Yang sedang berdiri membelakangi mereka, Sambil menghadap pada cermin antik, Yang sama seperti yang ada di kamar mereka.
"Frey.." Ucap Shani.
Perempuan paruh baya tersebut berbalik menghadap mereka. Dia adalah Sri Sukma Atmojo, Pemilik tempat Kost ini.
"Sesuai dugaan Saya, Memang ada yang aneh dengan kamu. Di saat semua orang pergi hanya karena satu kematian, Kamu tetap tinggal di sini, seolah tidak terjadi apapun." Ucap Sukma.
"Aku tidak ingin mendengar apapun dari Keluarga penyembah ilmu hitam." Ucap Freya.
"Kamu sepertinya tau banyak. Siapa kamu?" Tanya Sukma.
Freya tersenyum Smirk, "Freyanashifa Jayawardana, keturunan keluarga Jayawardana, Pewaris Wangsit Lingsir." Ucap Freya.
"Jayawardana, Jadi kamu keturunan dari Aji Saka Jayawardana. Tidak heran kamu memiliki sesuatu yang tidak biasa. Kenapa kamu tidak bergabung dengan kami. Kamu bisa mendapatkan apapun yang kamu inginkan." Ucap Sukma.
"Yang ku inginkan hanya satu." Ucap Freya.
"Apa itu?" Tanya Sukma.
"Semua nyawa anggota Atmojo. Akan ku bunuh kalian semua." Ucap Freya.
Sukma menatap tajam Freya, kemudian Perempuan tersebut menyenandungkan Nada yang pernah Freya nyanyikan. Pada awalnya Freya Cukup terkejut, Karena Sri Sukma juga bisa menyanyikan tembang Lingsir tersebut, Tapi Hal ini menjadi sebuah tantangan yang dinanti oleh Freya. Sekarang dia mendapatkan jawaban, tentang siapa yang bisa menyanyikan tembang itu selain dirinya.
Freya kemudian menoleh pada Shani di belakangnya. "Pecahkan semua Cermin." Ucap Freya. Shani mengangguk dan berlari pergi. Setelah kepergian Shani, Freya Ikut menyanyikan tembang yang sama seperti Sri Sukma.
Lingsir wengi sliramu tumeking sirno
Ojo tangi nggonmu guling
Awas jo ngetoro
Aku lagi bang wingo wingo
Jin setan kang tak utusi
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebetKeduanya menyanyikan tembang tersebut dalam tempo nada yang sama. Bagi orang Zaman dulu, Hal ini di sebut dengan mengadu ilmu, Siapa yang lebih kuat, Maka dia yang bertahan. Tentu saja sudah bisa di tebak, Siapa yang akan menjadi pemenangnya. Freya memiliki sesuatu yang tidak di miliki oleh Sri Sukma, Selain itu, Sri Sukma, Hanya memiliki setengah keturunan dari darah biru. Berbeda dengan Freya yang memiliki darah biru murni. Angin kencang itu berdesir di sekitar pohon beringin di tengah pemakaman. Sesuatu yang mengerikan akan datang sebentar lagi.
Sementara itu, Cermin pertama yang Akan Shani pecahkan, Adalah di kamarnya. Ketika Shani membuka pintu kamar secara paksa, Sesuatu terlihat berusaha keluar dari dalam cermin. Dia sosok kuntilanak berambut panjang berwarna putih, mengenakan kebaya putih dan setengah tubuhnya yang berwujud kuda. Kuku panjang mahluk itu, terlihat keluar dari dalam cermin, Shani mengambil Sebuah gelas, Dan melemparkannya, Pada Cermin hingga pecah. Mahluk tersebut pun menghilang.
Shani kembali berlari ke kamar Linda, Dan hal yang sama juga terjadi. Sosok kuntilanak tersebut berusaha keluar. Shani menemukan Sebuah piring dan kembali melemparkannya pada cermin, Sampai pecah. Terakhir, Shani pergi ke gudang belakang, Dimana Satu cermin lagi tersimpan. Ketika Shani tiba, sosok kuntilanak tersebut sudah setengah keluar dari cermin. Shani melihat sebuah batu di sana, Dan dengan cepat melemparkannya pada Cermin. Sosok kuntilanak tersebut menghilang bersamaan dengan pecahnya cermin.
Shani bernafas lega, Karena dia tidak terlambat. Kemudian dia berlari kembali ketempat Freya Berada. Dilihatnya, Freya Dan Sri Sukma saling berhadapan. Sri Sukma kemudian merasakan sesuatu yang mengalir dari hidungnya. Dari dalam hidungnya, Sebuah cairan merah mengalir, Dan itu adalah tanda dari kekalahannya. Dia kalah oleh gadis muda dengan Tingkat yang lebih tinggi darinya.
"Jadi begitu, Aku baru merasakannya." Ucap Sukma. Perempuan tersebut mendekati Freya Secara perlahan, kemudian berlutut di hadapannya.
"Ampun Ndoro, Ampuni Saya. Tolong saya, Ampuni Saya Ndoro." Sri Sukma Terus meminta ampun di kaki Freya, Tapi gadis itu tidak bergeming.
"Sudah kubilang, Aku menginginkan Nyawa Seluruh keluarga Atmojo. Dan kau yang pertama." Ucap Freya.
"Frey, Lihat!" Shani menunjuk pada cermin di hadapan mereka. Sosok kuntilanak tersebut keluar Dengan Cara merangkak. Kukunya yang panjang Serta setengah tubuh kudanya, telah sepenuhnya keluar. Kuntilanak tersebut mendekati mereka dengan gerakan yang aneh. Baik Freya dan Shani sama sekali tidak bergerak. Kuntilanak tersebut mendekati Sri Sukma yang masih memohon ampun di kaki Freya. Lalu kuntilanak tersebut Menarik perempuan paruh baya tersebut, Dengan cara mencekik lehernya, Lalu Mematahkannya, Dan memutuskan Kepala Perempuan itu hingga terpisah dengan tubuhnya.
Setelah Sri Sukma mati, Sosok kuntilanak tersebut mendekati Freya dan Shani, Lalu bersimpuh di hadapan Freya, Layaknya Budak pada tuannya. Shani mengerti, Kalau Freya sekarang telah menjadi raja di antara para mahluk gaib. Levelnya berada jauh di atasnya. Mungkin satu-satunya cara untuk menyamai level Freya, Adalah dengan mengambil Rompi Ontokusumo.
"Pegang tanganku." Ucap Freya mengulurkan tangannya.
Shani dengan senang hati menerima uluran tangan tersebut dan menggenggamnya erat, Freya kemudian menarik Shani untuk berjalan maju, Dan masuk kedalam Cermin di hadapan mereka. Cermin tersebut merupakan portal ke Alas Sedo, dimana Portal Menuju obyek yang hilang berada. Setelah Freya dan Shani masuk, Sosok kuntilanak tersebut juga ikut masuk kedalam Cermin. Meninggalkan tubuh Sri Sukma yang terkapar dengan darah yang mengalir tanpa kepala.
KAMU SEDANG MEMBACA
FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )
Roman pour AdolescentsBOOK KE 3 DARI SERI HOLDERS Setelah satu tahun, Sejak Shani dan Freya kembali Dari Antartika, Freya memutuskan untuk mengubah penampilannya menjadi seorang pria. hal tersebut bertujuan, agar tidak ada orang yang mengenalinya. Mengacu pada kabar yang...