Chapter 16 : Dua darah Biru

416 67 4
                                    

Freya dan Shani berpencar, Freya memang sengaja tidak melibatkan Shani dalam urusan ini. Baginya, Permusuhan antara dua keluarga yang sudah turun temurun, Harus di selesaikan oleh keturunan Murni. Tanpa melibatkan orang luar. Berdasarkan dari apa yang di katakan oleh sosok kuntilanak sebelumnya, Sosok Kinanti Atmojo, Berada di Sebuah desa terpencil di tengah Alas Sedo. Jarak yang cukup jauh dari tempat Freya berpisah dengan Shani. Tapi tidak ada rintangan apapun yang menghalangi Freya. Hanya melewati jalan setapak yang di tumbuhi oleh pepohonan dengan akar yang besar.

Freya tiba di desa Sedo pada Sore hari. Desa tersebut sangat berantakan. Rumah-rumah yang terbuat dari kayu Sudah lapuk dan hancur. Hanya ada beberapa yang masih utuh, Namun terlihat rapuh di makan usia. Freya berkeliling di desa tersebut. Hanya ada beberapa rumah, Dan luasnya tidak seberapa. Freya menemukan sebuah kerangka manusia yang di gantung di atas pohon. Melihat dari sana, Freya tau kerangka tersebut sudah lama ada di sana, Entah siapa yang dulu di gantung. Freya juga menemukan Seekor kerbau yang mati di tanah. Perut kerbau tersebut robek dan semua organ tubuhnya berceceran ke tanah. Kerbau tersebut mungkin adalah makanan kuntilanak yang tinggal di sini. Sial bagi Freya, Karena menjelang hari gelap, Hujan harus Turun dengan deras. Freya memutuskan berteduh di sebuah rumah yang menurutnya masih cukup bagus.

Menjelang malam, Hujan semakin deras di sertai angin kencang. Suara Guntur pun tak luput dari pendengaran. Di tengah malam tersebut, Freya memperhatikan pada Area luar, Terdapat sebuah rumah yang jika di ingat, Dia tidak pernah melihat rumah itu sebelumnya. Otak freya langsung Berkoneksi, Sekarang dia tau dimana Kinanti Atmojo berada.

Meski hujan membasahi tubunya, Freya memutuskan untuk memasuki rumah tersebut. Dan benar saja, di dalam rumah itu, Sosok Kinanti Atmojo yang sudah tua dengan rambut putih, Membawa tongkat dan pupil mata yang sepenuhnya Putih, Menatap nanar ke arah datangnya Freya.

"Jadi kau, Kinanti Atmojo.." Ucap Freya.

Kinanti Atmojo berusaha berdiri dengan Sandaran tongkatnya. Wanita tua tersebut berpenampilan menyeramkan dengan perutnya yang buncit layaknya orang hamil.

"Semua gara-gara kau, Sedikit lagi, Aku bisa mencapai ke abadian." Ucapnya.

Freya tersenyum Smirk, "maaf jika aku membuatmu kecewa, Tapi Permusuhan yang sudah terjadi Secara Turun temurun, Harus berakhir di sini." Ucap Freya.

"Wangsit itu terlalu kuat untuk gadis kecil sepertimu. Kau tidak tau apapun tentang kekuatan itu." Kinanti Atmojo menyentakan tongkatnya ke arah Freya. Dia bermaksud menyerang Freya dengan energi gaib, Tapi malah dirinya sendiri yang terbanting ke belakang, dan rumah tempatnya itu, Hancur berantakan.

Freya tertawa sarkas di tengah derasnya hujan. Kinanti Atmojo berusaha Untuk berdiri dengan susah payah.

"Bagaimana mungkin, Bagaimana gadis kecil sepertimu, Bisa mencapai tingkat yang lebih tinggi dariku." Ucapnya terbata-bata.

Freya berjalan pelan mendekati Kinanti Atmojo, Langkahnya terlihat berat dengan energi gaib yang menguar dari Tubuhnya. Kinanti Atmojo berhasil berdiri dan menatap Freya Nyalang.

"Jadi itu, Efek dari pengendalian wangsit yang tidak sempurna? Kau mengharapkan ke abadian dengan cara merawat anak kuntilanak yang ada di dalam tubuhmu? Sangat menyedihkan." Ucap Freya meremehkan.

"Aji Saka Jayawardana, Cucumu sama merepotkannya denganmu." Gumam Kinanti.

Lingsir wengi sliramu tumeking sirno
Ojo tangi nggonmu guling
Awas jo ngetoro
Aku lagi bang wingo wingo
Jin setan kang tak utusi
Dadyo sebarang
Wojo lelayu sebet

Freya kembali mengadukan kekuatannya dengan Kinanti Atmojo. Kali ini, Freya harus meminta bantuan dari Energi Holders Untuk menyamai tingkatan Kinanti Atmojo, Yang sudah hidup selama 100 Tahun. Selama bentrokan energi tersebut, Hujan badai pada malam itu bertambah deras. Desiran dan Gema Guntur semakin kencang. Setelah tembang yang mereka berdua nyanyikan selesai, Keduanya sama sekali tidak bergerak. Saling menatap nanar dan Nyalang. Tiba-tiba, perut buncit Kinanti Atmojo berlubang oleh sebuah tangan dengan kuku-kuku yang panjang.

Kinanti Atmojo memuntahkan darah dan menoleh ke belakang. Sosok kuntilanak tersebut melubangi perut Kinanti Atmojo Sembari menyeringai menakutkan. Kinanti Atmojo kemudian menoleh pada Freya yang nampak tidak bersimpati sama sekali. Tangannya terulur Seakan meminta tolong. Tapi, Freya tidak bergerak Ataupun bicara. Akhir hidup dari Kinanti Atmojo Harus berakhir, Ketika Kepalanya terpenggal begitu saja dan jatuh ketanah. Freya Mendongak ke langit malam yang berbadai. Permusuhan ini telah Menuju akhir dari selesai. Hanya ada beberapa anggota dari Atmojo yang harus Freya Cari, Dan Permusuhan abadi ini akan selesai.

Kuntilanak tersebut merangkak dengan gerakan yang aneh, ke hadapan Freya. Menunduk di bawah kakinya. "Mulai sekarang, Aku tuanmu. Patuhi perintahku, atau jiwamu yang akan dilenyapkan." Ucap Freya.

Kuntilanak di hadapannya bersujud. Freya melihat tubuh Kinanti Atmojo yang terpenggal untuk terakhir kalinya, Sebelum akhirnya dia berbalik dan pergi.

***

"Kau sudah menemukan Lokasi dari Sisa-sisa keluarga Atmojo?" Tanya Feni.

Eye Lost mengangguk, "Mereka membentuk sebuah kelompok kecil. Dan mereka berprofesi sebagai dukun Santet." Ucap Eye Lost.

Feni mendengus, "Mereka sangat kuno." Ucapnya.

"Apa yang harus saya lakukan, Nona?" Tanya Eye Lost.

"Bunuh mereka semua." Ucap Feni.

"Anda tidak membiarkan Freyanashifa yang melakukannya?" Tanya Eye Lost.

"Tidak, 7 pangeran Neraka hampir mencapai puncak kekuatan mereka. Freya telah membunuh Kinanti Atmojo, Yang merupakan Keturunan murni dari keluarga Atmojo, Sisanya Hanya para keroco." Ucap Feni.

"Saya mengerti." Eye Lost pamit dari hadapan Feni. Setelah kepergian Eye Lost, Feni masih terpaku di tempatnya. Memainkan Cangkir yang berisi anggur. Tidak ada yang tau apa yang sedang dia pikirkan.

***

Shani bolak-balik di ruang tamu apartemennya. Hanya satu yang menjadi kekhawatirannya, Yaitu Freya. Sudah satu hari sejak dia kembali dari alas Sedo. Meski Belum Cukup lama, Tetap Saja Shani khawatir jika terjadi sesuatu pada Freya. Di tengah kekhawatirannya, Terdengar suara ketukan pada Pintu apartemennya. Shani segera bergegas,  dan berharap kalau orang yang datang adalah Freya. Tapi dugaannya salah, Yang datang bukan orang yang di tunggunya, Melainkan Gracia yang terlihat membawa beberapa kantong makanan.

"Gracia.."

FRESHAN : Ragnarok ( BOOK 3 )Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang