Yang menyambut Miller di pagi hari ini setelah turun dari kamarnya dan menuju dapur adalah pemandangan tidak biasa di mana Axel tengah berkutat di dapur hanya mengenakan kaos putih agak gombrong tanpa mengenakan celana menunjukkan kedua paha putihnya yang mulus.
Untuk sesaat Miller mencoba memproses apa yang tengah dia lihat saat ini.
"Mungkin aku masih mengantuk," gumamnya lalu mendekati Axel.
Axel yang menyadari kehadirannya meliriknya sesaat lalu kembali fokus pada menu sarapan yang tengah dia buat.
"Kau mau sarapan dulu, mandi dulu, atau mau aku?" tanya Axel sembari berbalik untuk menatapnya dengan wajah yang agak bersemu.
Mata Miller terbuka lebar saat mendapati itu.
Plak! Dengan kuat dia langsung menampar pipinya sendiri sampai akhirnya dia tersadar.
Ternyata dia masih berdiri di dekat tangga dan belum mendekati Axel sama sekali. Yang baru saja terjadi hanyalah bayangannya saja yang tiba-tiba muncul.
"Sial, apa itu barusan? Lagi pula aku kan sudah mandi," batin Miller merasa ngeri sendiri.
Dia memang sudah siap dengan pakaian rapinya, hanya tinggal memakai jas yang dia bawa saja lalu dia siap pergi ke kantor.
Namun, sebelum itu dia berniat untuk sarapan dulu sebelum berangkat dan inilah yang dia dapatkan.
"Kenapa kau?!" tegur Axel yang mendengar suara tamparan itu dengan ekspresi bingung.
"Dari mana kau mempelajari itu?" tanya Miller sembari benar-benar berjalan mendekati Axel kali ini.
Axel menatapnya bingung sembari mulai menyajikan sarapan sederhana untuk dirinya sendiri di meja makan.
"Apa maksudmu?" sahutnya.
"Kenapa kau tidak memakai celana?" tanya Miller memperjelas sembari menunggu kulkas untuk minum air dingin.
"Aku pakai celana, ini," sahut Axel sembari menyibak bagian depan kaosnya sampai menunjukkan celana dalam yang dia pakai.
"Uhuk!" Miller dibuat tersedak olehnya.
"Bukan itu maksudku!" seru Miller geram sendiri.
"Kenapa? Kita sudah sering telanjang bersama, lalu apa masalahmu? Ini membuatmu terangsang? Mau morning sex sekalian?" ucap Axel dengan santai sembari duduk di kursinya untuk memulai sarapannya.
Miller hampir tersedak lagi saat mendengar itu. Yang benar saja, dia tidak tahu apa yang ada dalam benak Axel saat ini.
"Kau mau?" Miller bertanya balik untuk merespons ucapan itu.
Axel tidak menjawab, dia hanya memulai sarapannya diawali dengan meminum susu yang sudah dia buat sebelumnya.
Namun, mata Miller menangkap daun telinga Axel yang terlihat memerah.
Sebuah seringai kecil tertarik di ujung bibir Miller saat menyadari itu.
Dia berjalan mendekati Axel, menaruh jas yang masih dia bawa pada kursi samping Axel duduk lalu mengungkung tubuh Axel dari belakang sembari menahan kedua tangan Axel yang hendak menyendok makanannya.
"Apa yang kau lakukan?!" seru Axel merasa terganggu.
"Aku juga lapar, bagaimana kalau kita sarapan bersama pagi ini?" ucap Miller sembari mengambil alih alat makan Axel lalu menaruhnya di atas piring.
Axel menoleh dan bangkit dari duduknya.
Miller memberikan ruang untuk Axel berbalik sembari menggeser piring berisi makanan milik Axel beserta gelas susu di sampingnya agar menjauh dari dekat mereka lalu kembali mengekang tubuh Axel dengan kedua tangannya yang dia taruh di atas meja sembari mencondongkan tubuhnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Mpreg, Yaoi/BL, Smut]
RomanceSaat dua penerus organisasi mafia besar harus menikah karena terpaksa, bukan cinta. Sebagai seorang alfa, Miller tidak pernah menyangka bahkan tidak menyadari sama sekali bahwa Axel, bos mafia dari pihak musuh yang terkenal kejam itu adalah seorang...