Semuanya berlalu dengan cepat, pada akhirnya rencana negosiasi Gray tidak menghasilkan apa-apa kecuali pembantaian pada para pengkhianat dan petugas korup yang membantu mereka.
Tidak ada yang tersisa dari pengkhianat.
Namun, di sisi lain Axel harus terbaring di rumah sakit lagi karena luka yang dia dapatkan.
Saat sadar dia sudah terbaring dalam ruang rawat VIP disambut beragam tatapan dari beberapa orang yang menunggunya sadar saat ini.
Ayahnya terlihat menatapnya paling intens dengan jarak duduknya yang paling dekat dengannya.
"Kenapa ramai sekali di sini? Aku hanya sedikit tergores," celetuk Axel dengan suaranya yang agak serak.
"Minggu depan hari pernikahanmu, kau sengaja agar kami mengundur acaranya?!" tegur tuan Thobias dengan ekspresi tegasnya.
Axel agak tercengang melihat wajah ayahnya. Sudah sangat lama sejak beliau berekspresi seperti itu padanya.
Banyak hal telah terjadi di masa lalu sampai akhirnya Axel kira ayahnya benar-benar sudah membuang sisi itu dari dirinya dilihat dari tingkahnya yang lebih kekanakan sejauh ini.
Mata Axel bergulir lalu menatap ibunya yang ada di sisi ayahnya. "Apa aku mengacaukan semuanya? Seburuk itu tusukannya?" tanyanya pada nyonya Rachel.
Nyonya Rachel mengusap tangan kirinya lembut. "Kita masih beruntung, lain kali lebih hati-hati ya?" ucapnya dengan suara yang terdengar nyaman di telinga Axel.
Kesimpulan yang Axel dapatkan dari sini adalah dia tidak terluka cukup parah dan kemungkinan besar yang sempat dia khawatirkan itu tidak terjadi.
Satu desah lega dia lakukan. "Bagus untuk kalian," celetuknya pelan.
Tuan Thobias terlihat tidak senang dengan ucapannya itu. "Bagus untukmu juga, harusnya kau lebih bersyukur akan dirimu sendiri," sahutnya.
Axel terdiam sejenak lalu terkekeh pelan. "Kau beruntung tidak terjadi hal buruk pada uterus-mu--"
"Atau kesepakatan dengan keluarga sebelah akan batal? Hahaha, maaf aku tidak bermaksud mengacaukan rencana besarmu itu. Ini murni kecelakaan kerja," sela Axel ringan seolah yang dia ucapkan itu bukanlah apa-apa.
"Bukankah itu yang selama ini kau inginkan?" ucap tuan Thobias dengan menahan suara agar tidak meninggi.
Sisa tawa Axel terhenti, nyonya Rachel terlihat mencoba menahan suaminya agar tidak mengatakan yang tidak perlu lalu mengacaukan suasana.
"Mulai sekarang kau dilarang bertugas di luar kantor," ucap tuan Thobias serius.
"Apa?! Kenapa harus? Sekarang aku dilarang melakukan pekerjaan yang sudah bisa aku nikmati?! Bukannya itu yang ayah inginkan selama ini?!"
Tuan Thobias terlihat menahan amarahnya dengan mengatur napasnya.
"Bukankah itu yang selama ini kau inginkan, Ryder? Menjadi omega biasa dan hidup seperti omega lain pada umumnya? Ini saatnya kau memiliki kesempatan itu," sahut tuan Thobias dengan tatapannya yang agak sayu.
Mata Axel terbuka lebar untuk sesaat sebelum akhirnya itu kembali normal. "Untuk apa membicarakannya sekarang? Sudah basi."
"Mungkin maaf saja tidak cukup, tapi kita tidak bisa membeli waktu dengan uang. Ayah hanya ingin memberikan kehidupan yang selalu kau inginkan. Jangan pikirkan soal usaha keluarga kita. Itu bisa hancur kapan saja dan ayah siap merelakannya kapan saja, tapi bagaimana bisa ayah melakukan hal yang sama padamu?" tutur tuan Thobias sarat akan emosi dan perasaan yang terpendam dalam dirinya kini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Affection [Mpreg, Yaoi/BL, Smut]
RomanceSaat dua penerus organisasi mafia besar harus menikah karena terpaksa, bukan cinta. Sebagai seorang alfa, Miller tidak pernah menyangka bahkan tidak menyadari sama sekali bahwa Axel, bos mafia dari pihak musuh yang terkenal kejam itu adalah seorang...