6

574 68 0
                                    

"Astaga, bisa diam tidak?" aku mengerang, berjalan beberapa langkah di belakang Malfoy yang sedang merengek. "Dia bahkan tidak menyentuhmu."

Aku menyisir rambut (y/h/c) ku ke belakang telinga dan berlari kecil mendekatinya, sekarang kami berjalan berdampingan ke arah rumah sakit sekolah.

Di perjalanan, aku berusaha mencari jawaban kenapa Hagrid menghukumku. Kenapa ia menyuruhku, dari semua murid yang ada, untuk membawa si manja ini ke Madam Pomfrey? Bahkan aku tidak tau di mana rumah sakit sekolah berada.

Aku mengerti Hagrid tidak bisa meninggalkan kelas bersama seekor Hippogriff hanya untuk mengantar Malfoy yang berlebihan ini, tapi apa harus aku?

"Kalau saja si raksasa itu bisa mengendalikan ayamnya, ini tidak akan terjadi." Ia berkata, melirik sinis ke arahku. "Jelas dia mengincarku dari awal, kalau tidak ya dia tidak akan menyuruhmu mengantarku." Aku memutar mata dan menggelengkan kepala.

"Iya, tentu kau yang paling malang di antara kita." Aku menjawab sarkastik.

Tidak ada obrolan lagi yang terjadi, kami berjalan dalam kesunyian menyusuri koridor berdampingan.

Hilang dalam pikiranku, aku bahkan tidak sadar Malfoy sudah menghentikan langkahnya di sebelahku dan aku hampir melewatkan tujuan kami. "Potter," ia memanggil.

Ia menunjuk sebuah ruangan dengan kepalanya, "oh," aku mundur perlahan dan ia hanya memutar matanya.

Ia masuk terlebih dahulu dan langsung berjalan menuju perawat, mendramatisir kejadian saat menjelaskan kronologinya.

Perawat itu bertatapan denganku dan aku hanya memberinya senyuman meminta maaf, aku tau goresan pada tubuh Malfoy tidak separah itu. Ia menggeleng sedikit, memastikan Malfoy tidak melihatnya, senyuman tipis di wajahnya. Lalu ia meminta Malfoy untuk berbaring di salah satu tempat tidur.

"Tugasku sudah selesai, kan?" aku tersenyum, bertanya ke Madam Pomfrey yang sedikit mondar mandir untuk mengurus Malfoy.

Ia mendengus. "Bisa kah kau tetap di sini bersama Tuan Malfoy sampai aku kembali? Aku tidak akan lama."

"Sebenarnya—" aku mulai, berusaha mencari alasan, tapi belum sempat aku sampai sana.

"—Terima kasih, nak." Ia tersenyum dan meninggalkan ruang perawatan.

Aku menghela napas panjang, duduk di sebuah kursi di sebelah tempat tidur Malfoy. Aku harus bicara pada Hagrid setelah aku menyelesaikan ini, aku berpikir saat aku melihat senyum bodoh Malfoy yang meledek. Hagrid menyebutku Potter kesukaannya, tapi sekarang begini lah pemandanganku.

"Kau harusnya mendengarkan Hagrid." Aku menatap Malfoy sinis, yang sekarang berbaring nyaman di tempat tidur, jelas-jelas menikmati perawatan yang diberikan dan pasti ia tidak sabar mendapat perhatian semua orang saat tangannya digips.

"Mendengarkan? Hagrid?" ia tertawa, "Aku bisa lompat dari Menara Astronomi dan berujung mati sekarang, sama-sama akan mati kan." Ia berkata, kepalanya menggeleng tidak percaya.

"Yah, setidaknya kau tidak akan berada di sini sekarang," aku memaksa, pandanganku beralih ke arah pintu setiap ada suara, berharap Madam Pomfrey berjalan masuk kembali. "Lagi pula, kau kan juga tadi mendengarkannya." Ia terlihat bingung, menungguku melanjutkan. "Tentang buku monster..." aku menjelaskan.

"Ah," Ia berkata, "Jadi kau memperhatikanku?"

"Tolong lah," aku mendengus. "Jangan terlalu percaya diri." Aku tidak perlu melihatnya untuk tau seringai bodoh itu pasti muncul lagi di wajahnya. Kepalaku mengarah ke jendela, perhatianku tertuju pada pepohonan yang bergoyang.

"Sulit."

Nada seriusnya membuat alisku naik kebingungan dan aku melihat ke arahnya. Berharap melihat seringai bodoh di wajahnya atau mendengar balasan kurang ajar lainnya. Tapi, dengan terkejutnya, ia bahkan tidak melihatku. Mengikuti pandangannya ke arah jendela di seberang tempat tidur, fokusnya tertuju pada pepohonan yang sedang kuperhatikan sesaat tadi.

Rambut putih pirangnya bergelantungan di depan wajahnya, hampir seperti tirai. Dan seakan ia mendengar isi kepalaku, ia menyisir rambutnya dengan jemarinya, mendorongnya ke belakang sebelum jatuh kembali ke depan wajahnya.

Dasi hijaunya sudah berantakan, kancing atas kemejanya sudah terbuka. Ternodai tanah dan kerutan dari serangan Buckbeak tadi.

Senyum kecil tergambar di wajahku saat mengingat tangisan kecilnya yang seperti bayi. Kata-kata 'dia membunuhku!' terputar lagi dan lagi di otakku.

Aku tidak tahan untuk tertawa kecil, skenario di kepalaku terasa lebih lucu dari kejadian aslinya.

Kerutan tergambar di dahinya dan tatapan menghakimi terlihat di matanya. "Kenapa tertawa, aneh?"

Sesaat setelah ia berkata demikian, tawaku makin kencang. Aku tidak bisa menahan diri; dua sifat Malfoy yang sangat bertolak belakang ini terlalu ekstrim.

Saat ia memutuskan untuk bertindak bodoh di depan kelas hanya karena beberapa goresan, rasanya tidak mungkin ia kembali menjadi sosok yang mengintimidasi dan seram sebagaimana karakter itu hidup di kepalanya. Setidaknya tidak akan ada di kepalaku.

"Kau pikir kau siapa?! Darah kotor!" Jelas, lelaki ini marah besar.

Sekarang ia duduk tegak di tempat tidurnya, postur nya tegang seiring ia menatapku tajam dengan kebencian. "Kau akan menyesali ini! Sama seperti burung kotormu itu, ayahku akan mendengar tentang ini!" Ia mengutuk, aku tidak khawatir pada diriku sendiri. Aku khawatir pada Buckbeak.

POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang