"Mudah untuk kau berbicara begitu," Aku mendengus mendengar komentar Wren, memutar mataku. "Kau punya pacar. Kau ada dalam sebuah hubungan. Tentu mudah untukmu menemukan pasangan."
Gadis itu terkekeh, terhibur dengan kesulitanku mencari pasangan untuk diajak ke pesta Natal Slughorn. "Tidak lucu." Aku menambahkan.
"Lucu." Ia tertawa, alisnya terangkat. "Draco?"
"Tidak mungkin." Suaraku terdengar serius. Cukup serius hingga membuat tawa Wren terhenti, dan beralih mantapku dengan tatapan khawatir.
Aku belum memberitahunya tentang perkataan terakhir Draco padaku. Di samping aku merasa tidak perlu memberitahunya, aku merasa sedikit malu.
Pertama kalinya seseorang memohon padaku untuk menjauhinya.
"Baiklah, um—" Wren tau bertanya lebih lanjut tidak akan memberinya jawaban. Aku beranggapan ia akan menungguku memberitahunya sendiri tentang apa yang terjadi.
Mungkin.
Matanya mengamati ruang rekreasi, dan akhirnya jatuh pada Blaise. "—Bagaimana dengan Blaise? Aku heran ia belum mengajakmu juga." Seringai bodoh muncul lagi di wajahnya, dan ia mengerutkan alis pada sarannya sendiri, mata masih tertuju pada laki-laki itu.
"Lalu apa? Aku harus jalan ke arahnya dan—" Wren menyelaku sebelum aku bisa menyelesaikan pikiranku.
"Astaga, Y/n. Kau menyulitkan dirimu sendiri." Ia menghela napas, suaranya sedikit kesal. "Blaise!" Ia memanggil, membuat mataku melebar, ekspresi horor di wajahku saat ia melambaikan tangan memanggilnya.
Apa yang terjadi setelahnya mungkin merupakan interaksi tercanggung yang pernah kualami.
Kepalanya menoleh ke arah kami, alisnya mengerut saat ia berjalan ke arah kami dan duduk di sebelah sahabatku dengan ekspresi bingung di wajahnya.
"Ada orang yang sudah kau ajak ke pesta Natal Slughorn?" Ia bertanya terang-terangan.
Saat ini, aku sudah bersandar dalam-dalam ke dalam sofa, kepalaku tertutup dengan tanganku, dan tubuhku semakin turun berharap aku bisa menghilang.
"Tidak. Aku belum mengajak siapa pun." Ia berkata, kebingungan di suaranya saat ia mengira-ngira apa yang Wren inginkan.
"Bagus. Y/n juga belum." Ia menjelaskan dengan mengangkat bahu.
"Tolong, diamlah." Aku bergumam dalam napasku, yakin Wren mendengarku dengan jelas.
"Yah, aku sudah mau mengajaknya-"
Dengan itu, aku duduk tegak, menyondongkan tubuh untuk melihatnya dengan pandangan bingung.
"Benarkah?" Aku dan Wren berkata secara bersamaan, walau Wren terdengar bersemangat. Sementara, aku hanya bingung.
"Sempurna." Wren berkata, tersenyum ceria pada kami sebelum bangkit berdiri dan meninggalkan kami.
"Maaf, ya." Aku berkata, menggaruk belakang leherku dengan canggung.
"Yah, berhasil juga kan caranya?" Ia tertawa, dan aku mengangguk.
"Iya."
>><<
"Senyum!" Kilatan lampu yang sangat terang menyita perhatianku sebelum aku bisa tersenyum, dan aku harap gambar itu tidak akan pernah muncul di mana pun. Kapan pun.
Blaise dan aku memasuki ruangan yang lebih besar, lengan kami saling bergandengan.
"Apa aku sudah bilang kau terlihat cantik malam ini?" Ia bertanya, senyum yang memesona di wajahnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]
Fanfiction"Aku tidak tau kau punya adik, Potter" Original story bahasa Inggris oleh @Seselina [https://www.wattpad.com/story/241178840-potter-draco-malfoy-x-reader]