18

256 35 1
                                    

"Apa yang kau lakukan?" Malfoy mendesis begitu aku masuk ke dalam kantong tidurnya. Aku beruntung kantong tidur Malfoy sebesar ini.

"Membebaskan diriku dari masalah," balasku dengan sikap yang sama persis saat langkah kaki mencapai ruangan. Aku memelototinya, memberitahunya bahwa ia sebaiknya tidak bersuara.

Yang mengejutkanku, ia benar-benar tidak bersuara dan hanya meletakkan kepalanya di atas bantal, berpura-pura tidur. Ia mendorongku lebih dalam ke dalam kantong agar aku tidak terlihat lalu menutup matanya.

Udara yang masuk sangat sedikit di sini, tapi aku bisa menahannya selama beberapa menit.

Aku tidak bisa tidak menyadari betapa dekatnya kami. Saat aku mencoba menjauh beberapa inci darinya, ia menendang tulang keringku, mungkin membuatku tau kalau gerakanku membuat suara yang terlalu keras.

Jadi aku terjebak di sini. Tubuhku hanya beberapa inci darinya dan kehabisan udara. Situasinya tidak ideal.

"Aku sudah menyelesaikan ruang bawah tanah, Pak. Tidak ada tanda-tanda Black, atau tempat lain di kastil." Snape berkata ketika ia memasuki ruangan. Aku menajamkan telinga saat menyebut namanya.

"Aku yakin dia tidak akan lama di sini."

Mereka terus membicarakan bagaimana Black bisa masuk ke kastil, dan jelas bagiku mereka tidak tau caranya. Tidak ada yang tau. Mengingat Dementor sudah menjaga di luar sekolah. Dan tidak seorang pun seharusnya bisa melewati mereka.

"Kau mungkin ingat, sebelum semester ini dimulai, aku mengatakan kekhawatiranku tentang pengangkatan profesor baru kita-" Sebelum Snape menyelesaikan pemikirannya, Dumbledore memotongnya dengan kasar.

Malfoy mendengarkan dengan intens sepertiku. Ia mungkin sedang membicarakan Lupin, bukan? Sepengetahuanku, ia adalah satu-satunya profesor baru tahun ini. Tapi kenapa Snape merasa khawatir?

"-Tidak ada satu pun profesor di dalam kastil ini yang akan membantu Sirius Black untuk masuk. Jadi, aku cukup yakin kastil itu aman dan aku sangat bersedia untuk mengirim para siswa kembali ke asrama mereka." Dumbledore berkata tanpa sedikit pun keraguan dalam suaranya.

"Bagaimana dengan keluarga Potter? Haruskah mereka diperingatkan?" Snape bertanya, dan mereka berdua terhenti. 

"Mungkin," Dumbledore memulai, "tapi untuk saat ini, biarkan mereka tidur."

Dari lokasi langkah kaki mereka, aku dapat mengetahui bahwa mereka tidak berada di dekat kantong tidurku dan oleh karena itu aku juga yakin mereka tidak menyadari kantong tidurku yang kosong.

Desahan lega keluar dari bibirku saat pintu besar tertutup di belakang mereka, dan aku keluar dari kantong tidur Malfoy, terengah-engah mencari udara segar.

Ia tidak mengatakan apa pun untuk beberapa saat. Hanya mengamati setiap gerak-gerikku, sepertinya sedang berpikir keras

Sekali lagi, wajah kami hanya berjarak beberapa inci dari satu sama lain, dan aku merasa terpaku pada tempatnya. Aku tidak begitu yakin apakah aku sebenarnya tidak bisa bergerak atau hanya tidak mau.

Aku menelan ludah saat mata (y/e/c)ku bertemu matanya, tidak nyaman dengan kontak mata intens yang kami lakukan. Aku belum terbiasa melihatnya bersikap setenang ini.

Tatapan Malfoy jatuh ke bibirku, berlama-lama di sana selama beberapa detik sebelum dengan cepat menggelengkan kepalanya, seakan-akan menghentikan apa pun yang terlintas di benaknya. "Apa yang harus mereka peringatkan padamu?" Ia bertanya.

"Yah, kalau aku tau mereka tidak perlu memperingatkanku sekarang, kan?" Aku berbohong, memutar mataku saat melakukannya. Ia mendengus kesal, menerima apa yang kukatakan padanya.

Itu lebih mudah dari yang diharapkan.

"Lagipula, kalau aku tau kau mungkin orang terakhir yang ingin aku ceritakan," aku menambahkan dengan alis terangkat. Kurasa patut dicoba jika ia bertanya, tapi ia seharusnya tau bahwa sangat kecil kemungkinannya bagiku untuk memberitahunya sama sekali.

"Kenapa kau masih di sini?" Ia mendengus membalas komentarku sebelum mengangguk ke arah asalku.

Mencoba untuk setenang mungkin, aku keluar dari kantong tidur dan menyelinap kembali ke tempatku di sebelah Wren. Yang membuatku lega, gadis itu masih tertidur lelap, dan aku memasuki kantongku di sebelahnya.


>><<


Saat itu hari Sabtu sore, kami baru saja makan siang, lalu aku dan Wren sedang duduk di tepi danau, menikmati sinar matahari terakhir tahun ini.

Seperti yang dikatakan Dumbledore, pagi-pagi sekali kami dipindahkan kembali ke asrama kami setelah ia meyakinkan kami bahwa kastil telah digeledah secara menyeluruh tadi malam.

Beberapa siswa tampaknya tidak terlalu menyukai pernyataan itu, masih takut Black berlama-lama di suatu tempat di dalam kastil, menunggu waktu yang tepat untuk menyerang. Namun sebagian besar siswa senang menghabiskan malam berikutnya di tempat tidur mereka yang nyaman.

"Punggungku terasa sakit setelah malam itu di lantai," keluh Wren, melakukan berbagai peregangan untuk mencoba melepaskan diri dari rasa sakit.

Aku menggelengkan kepalaku sambil tersenyum. "Kau benar-benar bertingkah seperti lansia," candaku, dan ia hanya melambai padaku sambil memutar matanya.

"Aku sudah tua, Y/n." Aku tertawa sebagai tanggapannya tetapi disela oleh kuap yang kencang.

Aku benar-benar tidak bisa tidur lama. Pertama, fakta bahwa sebagian besar siswa terjaga jauh lebih lama dari yang kubayangkan, artinya aku juga harus menunda rencanaku dan begadang lebih lama juga. Dan itu ditambah dengan fakta bahwa aku hampir tidak memejamkan mata tadi malam, karena terlalu banyak hal yang terjadi di kepalaku.

"Kalau begitu, tidurmu juga tidak nyenyak?" Ia bertanya sambil mengagumi indahnya pemandangan musim gugur di sekitar kami.

"Tidak," desahku, diikuti dengan kuap lagi.

"Yah, menurutku tutormu akan menghabiskan sisa-sisa energimu," Ia berkata sinis, ekspresi menyesal muncul di wajahnya saat ia mengingatkanku.

Aku mengerang memikirkannya. Aku benar-benar lupa tentang tutor Malfoy dan semua hal lainnya terjadi. Dan meskipun aku mungkin tidak membencinya seperti minggu lalu, aku tetap membencinya. Dan aku masih tidak menantikannya.

POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang