Ketika aku sampai di aula besar, aku segera mengamati meja untuk mencari kakakku. Saat itu masih cukup pagi jadi belum penuh; yang membuat tugasku jauh lebih mudah. Aku hanya berharap ia sudah bangun.
Wren adalah orang pertama yang melihatku di pintu, senyum bersalah tergambar di bibirnya. Ia dengan cepat mengalihkan pandangannya kembali ke piringnya yang setengah kosong ketika aku kembali menatapnya.
Aku akan menanganinya nanti, tapi seluruh situasi-kakakku-merahasiakan-ayah-baptis-kami ini sedikit lebih mendesak daripada perselisihan bodoh yang berkaitan dengan Malfoy, di antara semua orang.
Masih ada beberapa anak Slytherin lagi yang tersebar di sekitar meja, tapi aku tidak membuang waktu lagi untuk melihat-lihat.
"Dasar ular kecil!" Aku berteriak dari seberang aula besar ketika aku melihat Harry sedang sarapan dengan riang di meja Gryffindor.
Aku menyerbu ke arahnya dan matanya tertuju padaku. Begitu pula dengan orang lain, tapi aku tidak peduli. "Maksudku, aku tau kau bisa berbicara dengan ular tetapi aku tidak tau kau juga adalah salah satunya!" Aku melanjutkan, nada sarkastisku membuatku tidak terlihat begitu marah.
Ia tampak tidak mengerti apa yang kubicarakan dan kemungkinan aku bisa mengetahui siapa ayah baptis kami, atau bahkan bahwa kami memang memiliki ayah baptis, sepertinya tidak terlintas dalam pikirannya sama sekali.
Ron dan Harry sama-sama berdiri di hadapanku sekarang.
"Apa yang merasukimu?" Ron berkata dengan nada kasar, namun ekspresinya tampak khawatir. Apakah kekhawatiran itu ditujukan pada Harry atau aku, aku tidak tau.
"Ron, ini sebenarnya bukan antara kau dan aku. Setidaknya tidak sekarang," aku memulai, mengingat komentar kecilnya saat makan malam kemarin. "Meskipun begitu, aku yakin ia juga memberitahumu. Seperti yang ia katakan pada Hermione dan mungkin sepuluh orang lainnya, selain satu-satunya orang yang seharusnya dia perhatikan!"
Mata Harry membelalak, mungkin menebak apa yang mengkhawatirkannya. Ia melihat sekilas ke sekeliling aula, melihat setiap pasang mata tertuju pada kami.
"Mari kita bicarakan ini secara pribadi, ya?" Ia berkata dengan tenang, rasa bersalah semakin terlihat jelas di ekspresi wajahnya. Ia menatapku dengan tatapan menyesal dan aku memutar mataku.
"Apa? Kamu tidak ingin mereka mengetauinya juga? Aku yakin dalam benakmu mereka masih pantas mengetahui lebih dari adikmu sendiri!"
"Baiklah, cukup," gumamnya, dan bergegas keluar dari aula besar, sambil menarik lenganku. "Apa kau sudah gila?!" Katanya sesaat kami sudah sampai di area kosong dekat dengan hutan terlarang. "Apakah kau ingin semua orang tau?"
"Tidak, Harry, aku hanya ingin aku mengetahuinya!" Aku meludah sambil menyilangkan tangan di depan dada. "Beraninya kau!" Aku berusaha keras menahan diri tapi akhirnya tetap berteriak.
Fitur wajahnya melembut, pandangannya beralih ke tanah. "Begini, Y/n, aku minta maaf. Itu demi dirimu sendiri, aku janji." Harry berkata dengan tenang tetapi ia tidak bisa menatap mataku saat melakukan itu. "Aku hanya ingin melindungimu."
"Lindungi aku? Kau tidak perlu melindungiku, Harry. Aku baik-baik saja tanpa kau perlu melakukannya!" Kataku kasar, sikapnya yang tenang membuatku semakin kesal.
"Tadinya aku akan memberitahumu, aku bersumpah...---"
"...-Tetapi?" Aku berseru, bosan mendengar alasan atau permintaan maaf. Ini juga bukan waktunya.
"Nah, saat kau bilang padaku bahwa Malfoy akan mengajarimu dan kau harus menghabiskan lebih banyak waktu bersamanya, menurutku bukan ide yang baik untuk memberitahumu, kau tau, hanya Tuhan yang tau apa yang akan terjadi jika dia mengetahui-"
"Apa maksudnya?!" Aku memotongnya sekali lagi, tersinggung dengan apa yang ia maksudkan. "Kau sangat tidak percaya padaku, kamu pikir aku akan menumpahkan hal seperti itu kepada orang yang aku benci? Kau juga sama bencinya."
Pada titik ini, kemarahanku sudah memuncak. Aku terkejut kenapa aku belum memantrai bocah ini.
"Kurasa aku tidak akan menyelinap bersamanya setelah jam malam, jadi, mungkin juga tidak." Ia berkata dengan jenaka, jelas-jelas mencoba memprovokasiku. Ini sama sekali tidak terjadi, pikirku dalam hati. "Dan jangan coba-coba menyangkalnya, itu semua yang dibicarakan orang pagi ini."
Raut wajahnya yang meminta maaf telah memudar, digantikan oleh kemarahan, kebencian, dan kekesalan. Ia tidak punya hak untuk merasakan emosi-emosi ini.
Lagipula, akulah yang ia khianati. Bukan sebaliknya.
"Dan kau mempercayainya?!" teriakku, tidak peduli apakah aku marah atau tidak.
"Aku tidak akan melakukannya jika aku tidak melihatnya sendiri!" Ia membalas, ekspresi kecewa di wajahnya.
"Jadi apa? Kamu memata-mataiku sekarang? Bersembunyi di balik sudut untuk melihat apa yang aku lakukan?"
"Tidak, bukan seperti itu," Ia mencoba menjelaskan tapi aku bahkan tidak mendengarkan lagi. Bosan mendengar apa pun yang ia katakan selanjutnya.
"Kedengarannya memang seperti itu."
"Yah, kalian berdua anak Slytherin!" Dan dengan itu, ia berbalik dan bergegas kembali ke kastil, meninggalkanku berdiri di sana.
Beruntung baginya karena hal berikutnya yang keluar dari mulutku bukanlah kalimat yang akan ia mengerti.
Aku duduk dengan gusar saat itu juga, rerumputan masih basah karena embun pagi tapi aku tak peduli. Aku berbaring telentang, erangan keras keluar dari bibirku saat aku melakukannya.
Melihat beberapa awan yang terbawa angin di langit, aku mencoba untuk tidak memikirkan apa yang baru saja terjadi. Lebih mudah diucapkan daripada dilakukan.
Kepalaku hampir meledak, ada terlalu banyak hal untuk dipikirkan dan dipikirkan
Sirius Black, dari semua orang? Bagaimana Harry bisa mengetahuinya, kapan ia mengetahuinya?
Aku menarik napas dalam-dalam ketika pikiran tentang Harry memasuki pikiranku. Apakah ia benar-benar memikirkanku seperti itu? Ia tidak percaya padaku? Benar-benar percaya apa yang orang katakan tentang aku dan Malfoy?
Dan hal berikutnya terjadi; Harry bilang itu yang dibicarakan semua orang pagi ini. Apakah mereka tidak punya hal lain yang lebih baik untuk dilakukan selain merangkai cerita di kepala mereka untuk menghibur diri mereka sendiri? Kupikir itu hanya hal yang dilakukan muggle.
Pikiran terakhirku adalah Wren. Kenapa ia begitu marah padaku? Dan apakah rumor itu menjadi alasan ia menganggap serius pelanggaran jam malam tadi malam?
Aku dengan panik menggelengkan kepalaku, menyingkirkan suara-suara berantakan di kepalaku dan fokus pada pernapasanku, tidak ingin membuang energiku untuk semua ini.
Di mana hari tenang yang kudambakan?
KAMU SEDANG MEMBACA
POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]
Fanfiction"Aku tidak tau kau punya adik, Potter" Original story bahasa Inggris oleh @Seselina [https://www.wattpad.com/story/241178840-potter-draco-malfoy-x-reader]