"Oh, Y/n!" Wren berkata saat aku membuka pintu asrama kami. Ia duduk di tempat tidurnya, dengan senyuman lebar di bibirnya saat ia memandangku. Gerakannya lambat dan tidak teratur secara bersamaan.
Asrama kami kosong; gadis lainnya masih berada di ruang rekreasi. Malam Sabtu, pasti mereka akan menghabiskan waktu yang lama di sana. Terutama di saat mereka merayakan lebih cepat kemenangan Slytherin pada pertandingan quidditch besok.
"Kau makan coklat lagi?" Aku bertanya, melirik bungkusan cokelat kosong berserakan di tempat tidur dan mejanya, sedikit cokelat masih tersisa di ujung bibirnya.
Ia bersenandung dengan riang seiring ia membuka satu lagi bungkus cokelat di tangannya. "Menurutku tidak akan ada yang peduli, atau bahkan sadar jika satu atau dua bungkus hilang."
"Aku yakin dia akan sadar ketika satu kotak hilang." Seringai licik di wajahku, walau aku mengangkat satu alis memandang gadis yang bertingkah rakus itu.
"Enak sekali. Aku tidak bisa menahan diri." Ia tersenyum, terjatuh ke tempat tidur, matanya terlihat kabur.
"Kau mabuk?" Aku bertanya saat menduduki tempat tidur di sebelahnya, mengamatinya.
"Mabuk cinta, Y/n." Ia menghela napas, menghadapkan tubuh ke arahku untuk memandangku.
"Yah—umm, baguslah. Semoga benar." Aku berdehem, keheningan mengisi ruangan yang sekali lagi kupecahkan. "Kau yakin kau tidak minum alkohol, kan? Aku melihat Parkinson dan yang lainnya minum—"
"—Parkinson?" Aku tidak pernah melihatnya bangun secepat itu. Beberapa detik kemudian, tubuhnya mendekat padaku, ia mencoba untuk berbaring di tempat tidurku juga. "Pansy Parkinson? Kau melihatnya? Apa dia mencariku?"
Aku butuh beberapa detik untuk menyusun kata-kata. Alisku mengernyit, ekspresi khawatir tergambar di wajahku. "Aku- Apa dia mencarimu? Tidak. Apa yang-" Aku berhasil berkata-kata sebelum ia menyelaku lagi.
"Menurutmu dia mau menemuiku?"
"Wren, pertanyaannya adalah, kenapa kau mau menemui-nya. Kau membencinya." Aku memegang kedua bahunya saat ia berusaha berdiri.
Sahabatku berhenti, wajah terkejut. "Membencinya? Aku mencintainya!" Ia bersorak, suaranya lebih tinggi dari biasanya. "Rambut hitam lembutnya, dan mata indahnya, dan-"
Saat ia melanjutkan meracau tentang gadis itu, mataku memandang bungkusan cokelat yang baru saja Wren makan sejak ia kembali dari acara Slughorn; sebuah kartu di sebelahnya menarik perhatianku.
Wren membuat dirinya nyaman di tempat tidurku saat aku berdiri. Di dalam kartunya; Sebuah foto Pansy Parkinson yang bergerak dan melambaikan tangan padaku dengan wajah yang tersenyum.
Aku tidak pernah melihat senyumnya setulus ini; Ia sesungguhnya lumayan cantik begini.
Aku tertawa, suaraku berlapis dengan ejekan saat aku memandang sahabatku sekali lagi yang jelas-jelas sedang berada dalam pengaruh ramuan cinta.
"Di mana kau menemukan kotak ini, Wren?" Aku bertanya penasaran, duduk di sebelah kakinya.
"Di salah satu tempat tidur, aku tidak tau," Ia menggumam, matanya memandang jendela dan menuju kedalaman danau. "Kami ditakdirkan untuk bersama, Y/n."
Mungkin mereka bukan untuk Wren, sama sekali. Menurutku tidak, kan?
Mungkin Parkinson berencana untuk memberikannya pada Draco, dan Wren tidak sengaja menemukannya terlebih dahulu?
"Bagaimana dengan Luna?"
Ia kembali memberikan perhatiannya padaku. "Luna?" Ia bertanya. "Oh, Luna. Aku akan mengakhiri hubungan kami. Aku mencintai Pansy. Mungkin aku harus melakukannya sekarang-" Ia berdiri, siap untuk berlari ke Menara Ravenclaw untuk mengakhiri hubungannya dan Luna Lovegood dan menyatakan cinta pada Pansy Parkinson.
KAMU SEDANG MEMBACA
POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]
Fiksi Penggemar"Aku tidak tau kau punya adik, Potter" Original story bahasa Inggris oleh @Seselina [https://www.wattpad.com/story/241178840-potter-draco-malfoy-x-reader]