53

130 18 0
                                    

Seluruh kelas menyaksikan saat burung kertas yang disihir itu perlahan-lahan meluncur ke meja anak perempuan Gryffindor, yang kemudian langsung terbakar habis.

Seisi kelas seketika menjadi hening, semua menoleh ke arah suara Profesor yang sangat tenang. "Selamat pagi, anak-anak."

Aku memutar mataku, sudah tau ini akan menjadi siksaan tersendiri. Bahkan lebih buruk dari kelas ramuan ganda.

Itu adalah jenis sihir yang indah; burung kertas. Sederhana tapi lucu. Tidak perlu membakarnya, kecuali tujuan utamanya adalah untuk menggantikan Snape sebagai Profesor yang paling dibenci.

Menurut pandanganku, memang itu yang dia mau.

Aku hampir menanyakan apakah sikap begitu benar-benar perlu. Aku sudah berdehem, tapi Wren segera menyenggolku sebelum aku bisa mengatakan apa pun. "Jangan coba-coba itu, Y/n," desisnya pelan, dan aku menghela napas. "Coba saja menjauh dari radarnya."

Ia benar, tapi aku memutar mataku saat wanita itu mulai membicarakan tentang OWL. Buku-buku itu mulai dibagikan, dan kami semua melihat salinan Pertahanan Ilmu Hitam - Dasar-dasar untuk Pemula.

Hermione yang pertama angkat bicara.

"Tidak ada apa pun di sini tentang penggunaan mantra pertahanan?" Ia bertanya, mengatakan apa yang ada dalam pikiran semua orang dengan nada sopan dalam suaranya.

"Menggunakan mantra?" Umbridge berkata geli, diikuti dengan tawanya yang bernada tinggi. Aku meringis mendengarnya, tapi berusaha menjaganya tetap semampuku. "Yah, aku tidak bisa membayangkan kenapa kau perlu menggunakan mantra di kelasku."

Ia terus berjalan mendekati meja Hermione, senyumnya terlihat lebar mengancam.

"Kita tidak akan menggunakan sihir?" Ron bertanya, bingung dan Umbridge segera membalas, suaranya masih palsu seperti biasanya.

"Kau akan belajar tentang mantra pertahanan dengan cara yang aman dan bebas risiko," Ia menjelaskan, dan Wren di sebelahku mengejek. Aku ingin mengatakan sesuatu lagi, tapi tampaknya, ini masih belum cukup menjadi alasan bagi Wren untuk mengizinkanku melakukannya. Ia memelototiku, dan aku menghela nafas sekali lagi.

Tapi kemudian, Harry melakukan apa yang aku rencanakan. Dan aku memasang senyum bangga di wajahku saat ia berbicara. "Apa gunanya? Jika kita diserang, serangannya tidak akan bebas risiko" Aku memandang Wren, seringai di wajahku.

"Lihat," bisikku. "Itulah yang ingin kukatakan." Ia mendengus, memutar matanya.

"Kita sama-sama tau kau tidak akan berbicara sebaik itu." Lagi-lagi Wren benar. Harry memang belum tentu sopan, tapi itu masih jauh lebih baik dari apa yang akan kulakukan.

"Angkat tangan sebelum berbicara di kelasku!" Bentaknya, dan aku semakin kesal melihat caranya berbicara pada Harry. Dan akan lebih sulit untuk Wren menahanku berkomentar setelah ini.

Ia memasang kembali senyum menyebalkan itu di wajahnya seolah-olah dia tidak hanya berteriak pada Harry setelah ia berbicara dengannya seperti yang dilakukan Ron beberapa detik sebelumnya. aku mengejek.

"Menurut pandangan kementerian, pengetahuan teoritis akan cukup untuk membantu kalian melewati ujian, dan itulah inti dati sekolah."

"Dan bagaimana cara teori mempersiapkan kami menghadapi apa yang ada di luar sana?" Harry bertanya, jelas menyadari betapa salahnya pernyataan wanita itu. Dan perkataan Harry persis seperti yang kupikirkan.

"Tidak ada apa-apa di luar sana, Nak..." Ia berkata. "Menurutmu, siapa yang ini menyerang anak kecil sepertimu?"

"Oh, tidak tau," Harry memulai, ada nada sarkastik dalam suaranya. "Mungkin Voldemort!"

Seisi kelas mulai bergumam, para siswa saling berbisik satu sama lain sementara beberapa pandangan penasaran tertuju ke arahku, begitu juga dengan Harry.

Tapi tentunya Umbridge tidak bisa membantahnya. Entah bagaimana, aku merasa disiksa olehnya, menit demi menit. Aku secara pribadi merasakan kekuatannya, merasakan niatnya, dan kemampuannya.

Aku merasa tegang.

"Sekarang, aku akan meluruskan satu hal. Kalian telah diberitahu tentang adanya penyihir gelap yang buron. Ini. Adalah. Sebuah. Kebohongan." Ia berkata, sangat yakin pada omongannya sendiri sehingga memuatku muak.

Mataku tertuju pada Wren, dan ia tau persis ke mana arah tujuanku. Daripada memelototiku, memintaku untuk menahan diri, kali ini, ia hanya mengangguk; seolah-olah memberiku izin atas apa yang akan kulakukan.

"Harry tidak bohong! Aku melihatnya. Harry melawannya! Voldemort menyiksaku!" Aku berteriak, suaraku begitu keras hingga mungkin masih terdengar di luar kelas.

Mata Harry berkedip-kedip ke arahku, tapi langsung kembali ke Profesor di depannya.

"Hukuman!" Ia memekik ke seluruh kelas, tidak yakin apakah ia harus memelototi Harry atau aku. "Kalian berdua."

"Jadi menurutmu, Cedric Diggory terjatuh dan mati atas kemauannya sendiri? Y/n merasa lemas berhari-hari karena berhalusinasi?" bentak Harry, kata-kata terakhirnya mengandung sarkasme.

Aku bergerak dengan tidak nyaman di tempat dudukku, dan aku merasakan mata Malfoy membara di belakang kepalaku.

"Kematian Cedric Diggory adalah kecelakaan tragis. Adapun Y/n... kita tidak tau mana yang murni imajinasi dan... mana yang bukan."

"Dasar breng—" aku memulai, tapi ia memotongku sebelum aku bisa menyelesaikan kalimat itu: mungkin demi kebaikanku sendiri.

"Cukup!" Ia berteriak sebelum senyuman itu kembali muncul di wajahnya. "Sampai jumpa nanti, Nona Potter. Hal yang sama juga berlaku untukmu, Tuan Potter."

Tawa terkikik lagi terdengar darinya, dan aku mengerang, kepalaku mendarat di meja di depanku dengan bunyi hantaman.

"Yah, setidaknya yang ini tidak bersama Malfoy?" Wren tertawa setengah hati, berusaha membuatku bersemangat. Aku mendengus, berbalik untuk melihat si pirang.

Kepalanya bertumpu pada telapak tangannya, lengannya disangga di atas meja sementara ia mendengarkan Umbridge berbicara lebih banyak tentang OWL.

Sejujurnya, saat ini aku tidak yakin apakah keadaannya akan menjadi lebih buruk, atau memang itulah yang kuinginkan.

——-
OWL: Ordinary Wizarding Levels. Ujian untuk murid sihir di tahun ke-5 nya

POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang