Beberapa hari terakhir ini terasa lebih sepi dibandingkan hari-hari pertamaku di Hogwarts tahun lalu. Wren tidak terlalu menoleh ke arahku; ayolah, bicaralah padaku.
Aku sudah mencoba meminta maaf beberapa kali, tapi setiap kali aku dekat dengannya, ia bangkit dan meninggalkan ruangan mana pun yang kami tempati tanpa melihat ke arahku.
Vik diminta berlatih untuk turnamen siang dan malam, dan tentu saja, Alex membantunya. Aku juga tidak bisa bergabung dengan mereka, karena sekolah lain tidak diperbolehkan menonton pelatihan mereka; Karkaroff terlalu takut kami akan menirunya.
Tapi memang pria itu tidak pernah menyukaiku. Aku cukup yakin itu hanyalah alasan lain untuk menjauhkan Viktor dariku.
Jadi, hari-hariku kebanyakan dihabiskan sendirian. Sejujurnya, terdengar agak menyedihkan. Dan meskipun terkadang aku punya Malfoy yang menemaniku di malam hari, seperti yang telah kita sepakati, jelas itu tidak sama dengan memiliki sahabatku.
Menyenangkan yang berbeda.
Hari ini adalah pengecualian untuk itu, aku menghabiskan waktu berdua dengan kakakku. Aku tau bahkan Harry Potter pun tidak bisa sebodoh itu untuk ikut serta dalam Turnamen Triwizard, dan setelah ia menjelaskan hal itu padaku, rasanya sangat lega.
Meski begitu, bukan berarti turnamen ini menjadi tidak berbahaya. Itu juga tidak bisa membantunya mencari tau tentang tugas pertamanya.
"Jadi, apa kau sudah bicara dengan Ron?" tanyaku santai, berusaha untuk tidak menatap matanya.
Aku tidak punya nyali untuk mengungkit ini lebih cepat. Tapi kurasa Harry tidak akan berada di sini jika Ron memberitahunya apa pun.
"Kami sebenarnya sedang tidak berbicara," Harry mendengus, matanya terfokus pada danau tepat di depan kami. "Dia marah padaku. Bertingkah seperti orang bodoh tentang semua ini. Bagaimana dia bisa menerima tuduhan aku akan memasukkan namaku sendiri di sana?" Ia terus mengoceh.
"Yah, semua orang mengatakannya, Harry," desahku, meletakkan tanganku di bahunya untuk menghiburnya.
"Tentu." Erangan keluar dari bibirnya, dan ia membiarkan dirinya terjatuh kembali ke rumput, tangan menutupi matanya. "Fakta itu benar-benar membantuku untuk tugas pertama."
Aku mengerutkan alis saat menyebutkan tugas pertama mereka. Mereka belum diberitahu apa pun, dan Harry juga belum menemukan jawabannya.
"Apakah itu adil?" Aku bertanya dengan sinis, menggelengkan kepala ketika aku memikirkan lebih dalam tentang kompetisi ini. "Tidak memberimu petunjuk apa pun tentang apa yang harus kau persiapkan, dan kemudian berharap kau tidak mati?"
Kakakku tertawa kecil, dan aku lega melihat senyuman di wajahnya lagi. Aku tau turnamen itu memenuhi pikirannya hampir sepanjang waktu.
Dan sekarang aku tau itu bukan satu-satunya hal yang harus ia khawatirkan, hal lain adalah pertengkaran dengan sahabatnya, aku mengerti mengapa ia merasakan hal yang ia rasakan akhir-akhir ini.
Kami berdua hanya tenggelam dalam pikiran masing-masing, tidak melanjutkan pembicaraan lebih jauh, ketika suara Hermione menarik kami kembali ke masa sekarang.
Kami berdua berbalik menghadapnya dan Harry bangkit segera setelah ia melihat Ron di sebelahnya.
Hermione menghela napas sebelum berjalan ke arah kami, ekspresi kesal di wajahnya. "Ronald ingin aku memberitahumu, bahwa Seamus memberitahunya bahwa Dean diberitahu oleh Parvati bahwa Hagrid mencarimu."
Kau pasti bercanda. Aku memutar mataku menyadari apa yang sedang terjadi dan menggelengkan kepalaku melihat perilaku kekanak-kanakan Ron. Sementara Hermione berusaha membuat Harry mengerti apa yang ingin ia katakan, mataku tertuju pada anak laki-laki berambut merah di belakangnya.
Aku memberinya tatapan tidak percaya, dan ia balas menatap ke arahku. Kontak mata hanya terputus ketika Hermione kembali berbicara dengan Ron, diam-diam membisikkan sesuatu padanya.
Harry menyaksikan seluruh kejadian itu dengan alis berkerut dan kebingungan di matanya ketika Hermione berjalan kembali ke arah kami. "Tolong jangan minta aku mengatakannya lagi," ia memohon, jelas lelah dengan kelakuan mereka. "Hagrid sedang mencarimu," katanya sebelum berbalik ke arahku.
Aku melirik Ron untuk terakhir kalinya, mendapati ia mengamati situasi dengan senyum kemenangan di bibirnya. Aku mengalihkan perhatianku darinya dan ke Hermione saat ia mulai berbicara lagi.
"Dan dia memintaku untuk menanyakanmu apakah kau sudah memberitahu Harry alasan kau dan Wren bertengkar," katanya, ekspresi minta maaf di wajahnya saat ia melakukannya.
Kepalaku tersentak kembali ke arah Ron, mataku dipenuhi kebencian pada bocah itu, sebelum mencoba menyerbu ke arahnya. Ia tersentak melihat gerakanku, dan senyuman pun hilang dari wajahnya pada saat yang bersamaan.
Aku merasakan diriku ditarik kembali oleh Harry, kakakku mendorongku ke belakangnya sebelum aku memukuli sahabatnya. "Yah, kau bisa bilang pada R-" Ia mulai berkata sebelum Hermione membentak mereka berdua.
"Aku bukan burung hantu!" Ia berteriak sebelum berlari ke kejauhan, Ron segera mengikutinya.
Aku menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan diri begitu mereka menghilang ke dalam hutan. Harry menatapku, ekspresi khawatir di wajahnya.
"Ayolah, aku tau kau ingin bertanya," aku mengerang setelah beberapa saat terdiam, Harry mungkin mencoba memikirkan apakah sebaiknya bertanya padaku tentang apa yang baru saja terjadi atau tidak.
"Apa yang terjadi antara kau dan Wren?" Ia bertanya dengan hati-hati, suaranya tenang. Aku menggelengkan kepalaku, tau aku tidak bisa memberitahunya apa yang sebenarnya terjadi.
Apa masalah Weaselbee? Aku rasa aku belum pernah merasakan kemarahan separah yang kurasakan saat ini.
"Kami juga sedang tidak bicara," aku memulai, dan perhatian Harry sepenuhnya tertuju padaku. "Seperti kau dan Ron; kami bertengkar hebat. Tapi aku yang bersalah," aku mengakui. Merasa rasa bersalah muncul lagi, aku menundukkan kepalaku untuk menyerah. "Tapi aku tidak tau kenapa Ron harus bersikap brengsek soal itu."
Itu bohong. Ia bersikap brengsek soal itu karena aku juga melakukan hal yang sama padanya sebagaimana aku memperlakukan Wren. Aku berbohong kepada Harry tentang Malfoy sama seperti aku berbohong Wren. Dan Ron bahkan tidak bisa memberitaunya karena mereka tidak berbicara.
Tapi kenapa ia ikut campur dalam urusanku? Ia tidak punya hak untuk memberitahu orang-orang apa yang kulakukan di waktu luangku. Kenapa ia peduli?
Harry tidak mengatakan apa-apa, malah hanya menarikku ke dalam pelukan erat, dan aku menghela napas ke bahunya.
"Aku yakin kalian akan baik-baik saja," katanya, menarikku lebih dekat dan aku mengangguk.
"Ya, mungkin."
KAMU SEDANG MEMBACA
POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]
Fanfiction"Aku tidak tau kau punya adik, Potter" Original story bahasa Inggris oleh @Seselina [https://www.wattpad.com/story/241178840-potter-draco-malfoy-x-reader]