Beberapa minggu telah berlalu, dan aku sudah mulai terbiasa lagi dengan ketidakhadiran Draco. Tapi bukan berarti aku tidak memikirkannya kapan pun.
Aku mengutuk diriku setiap itu terjadi, walau itu tidak dapat mengubah apa pun juga. Jadi aku memutuskan untuk hidup dengan itu. Lumayan rasanya.
Masalahnya saat aku berjalan memasuki suatu ruangan, atau berjalan di koridor yang ramai yang kulakukan adalah mencarinya. Aku mencarinya di antara keramaian. Itu bahkan bukan gerakan yang kulakukan dengan sadar.
Awalnya, aku menghentikan diriku kapan pun aku mencari sepasang mata abu-abunya, rambut pirangnya, walau setelah beberapa lama, aku membiarkannya.
Itulah kenapa, sekarang, saat aku berjalan ke aula besar untuk makan malam, hal pertama yang kulihat saat aku berbelok adalah dia. Dan bagaimana ia tergesa-gesa berjalan dari aula ke arah tangga yang mengarah ke atas.
Ia terlalu tenggelam dalam pikirannya untuk menyadari keberadaanku. Bahkan lebih buruk dari biasanya.
Kulitnya pucat, pipinya cekung; aku sudah terbiasa melihatnya seperti itu sekarang. Tapi hampir gemetar, napasnya berat dan matanya merah; jelas itu bukan sesuatu yang pernah kulihat sebelumnya.
Sesuatu membuatku khawatir jauh dalam diriku, walau aku terlihat tidak peduli. Dan itu membuatku berbalik dan mengikutinya ke mana pun ia melangkah.
Rupanya dia berjalan naik ke lantai enam, dan aku merasakan detak jantungku semakin cepat saat aku mengikutinya menaiki tangga sepelan mungkin.
Aku meragu saat melihatnya menghilang ke dalam kamar mandi pria, merasa tidak nyaman memikirkan untuk mengikutinya ke dalam sana. Dan aku berdiri di depan pintunya selama beberapa saat sebelum meyakinkan diriku bahwa ini lebih penting.
Aku tidak menyangka pemandangan apa yang akan kulihat saat aku membuka pintu, dan alisku mengerut.
Ia berdiri membelakangi pintu, kedua tangannya menggenggam wastafel di depannya, dan kepalanya menunduk rendah. Ia bernapas berat, tubuh atasnya naik dan turun secara tidak teratur.
"Draco?" Aku berkata, suaraku terdengar sangat lembut aku bahkan hampir tidak mengenalinya. Ia terkejut, dan berbalik untuk menghadapku segera. Saat ia melihatku, ia menggelengkan kepalanya perlahan, hampir terlihat sebagaimana ia sering mengejekku jika saja bukan karena ekspresi ketakutannya.
Ia menunduk lagi, helaan napas kencang keluar dari mulutnya saat ia menggumamkan sesuatu yang tidak dapat kumengerti.
Saat aku berusaha untuk mendekat, kepalanya kembali menoleh ke arahku, matanya menusuk dalam ke mataku seakan ia sedang mencari tau kenapa aku ada di sini.
"Jangan." Ia mencoba untuk berkata dengan tegas, walau suaranya terdengar bergetar saat ia mengatakannya. Aku memandangnya, kepalaku sedikit miring kebingungan walau aku tetap berjalan pelan ke arahnya. "Jangan mendekat." Ia melanjutkan, napasnya semakin berat; hampir terengah-engah.
"Ada apa?" Aku berkata, ekspresi wajahku selembut suaraku saat aku berhenti beberapa kaki di depannya. Ia tidak bergerak.
"Aku sudah bilang jauhi aku, Y/n." Ia sedikit membentak, alisnya mengerut kesal dan marah saat ia menaikkan suaranya juga. "Bisakah kau dengarkan aku sekali saja?"
Tidak.
"Ada apa, Draco?" Aku memaksa, mengabaikan permintaannya sebelumnya sebaik mungkin walau ada perasaan yang tidak baik terbentuk di perutku. Aku tidak bisa memastikan apa itu, walau aku hanya tau ada sesuatu yang tidak benar terjadi dengannya.
"Tidak ada apa-apa, astaga, tinggalkan. aku. sendiri." Ia berkata sinis, walau dengan penampilannya, bicaranya, dan sikapnya membuatku tidak akan pergi.
KAMU SEDANG MEMBACA
POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]
Fanfiction"Aku tidak tau kau punya adik, Potter" Original story bahasa Inggris oleh @Seselina [https://www.wattpad.com/story/241178840-potter-draco-malfoy-x-reader]