100

197 13 2
                                    

Draco sudah terlihat pulih pada sarapan keesokan harinya; sungguh tidak disangka mengingat tampilannya kemarin, berbaring di lantai kamar mandi tergenang di darahnya sendiri kurang dari 24 jam yang lalu.

Saat Wren memutuskan untuk pergi terlebih dahulu ke aula besar untuk menemui Luna, aku dan Draco memutuskan untuk mandi dan berganti pakaian terlebih dahulu untuk kebaikan semua orang.

Walau aku yakin, para Gryffindor pasti akan sangat senang melihat kami berpakaian berwarna merah secara terang-terangan. Sekarang darahnya sudah mengering; mungkin akan dianggap sebagai pilihan gaya yang berani.

"Seluruh asramaku pasti sudah di aula sekarang. Bagaimana kalau kita mandi—" Draco tidak menyelesaikan kalimatnya, interupsi itu membuatku menolak ajakan yang sudah pasti akan kuterima secepat kilat.

Aku bersandar di pintu asrama wanita, seringai di wajahku saat aku melihat Blaise dengan tanpa sadar menghalangiku dari olahraga pagi yang menarik.

"Draco," Ia berkata, kepalanya sedikit miring saat ia melihat pria itu dengan nada terkejut. "Aku tidak menyangka kau akan keluar secepat itu setelah mendengar apa yang terjadi. Kau baik-baik saja?"

Draco, jelas kesal dengan interupsi itu, dengan perlahan menatap temannya, alisnya mengerut sedikit.

"Jelas, kalau ada apa-apa aku tidak mungkin keluar, kan?" Ia berkata sinis, dan jujur aku merasa kasihan pada Blaise. Kesalahan yang ia lakukan adalah ia menyela obrolan kami di waktu dan tempat yang tidak tepat.

Walau, rasanya menyenangkan melihat Draco frustrasi hanya karena temannya yang sekarang berjalan ke arah asrama mereka, yang berarti ia tidak bisa memilikiku seperti yang ia inginkan.

"Yah, setidaknya kau tidak kehilangan pesonamu di sana, kan?" Blaise tertawa dengan memutar matanya sebelum memandangku, menatap untuk beberapa saat sebelum kembali ke temannya. "Maaf aku tidak mampir," Ia memulai. "Menurutku kau sudah di tangan yang tepat saja."

Dengan itu, ia memandang kami berdua bolak-balik sebelum berdehem. "Oh ya, kita harus merayakan keselamatanmu, atau apalah. Aku akan beritahu mereka-mereka, dan kita akan mabuk total di asrama." Blaise menyarankan, mengerutkan alis pada si pirang. "Kau masih terlihat sedikit bingung, itu akan menyadarkan—"

"Setuju." Draco menghela napas, jelas menginginkan temannya untuk pergi. "Uruslah."

Senyum senang terpampang di wajah Blaise, dan ia mengangguk. "Baiklah." Ia berkata, dan menghilang melalui pintu dan ke arah koridor mengarah ke asrama pria tanpa sepatah kata pun dan hanya menepuk bahu Draco.

"Yah, kelihatannya asramamu terisi sekarang," Aku cemberut mengejeknya, mengungkit obrolan kami. "Sayang sekali. Idemu terdengar—" Aku pura-pura berpikir sejenak. "Membangkitkan."

Seringai terbentuk di wajah Draco mendengar kata-kataku. "Iya, kan?" Ia mendengus, terhibur dan frustrasi di suaranya. "Tapi kita tidak mau menghancurkan hati Zabini, kan? Aku yakin kita bisa melakukan apa pun yang kita bicarakan itu lain waktu."

Aku mengerutkan alis mendengarnya, senyum di wajahku.

"Lihatlah, Draco Malfoy memedulikan perasaan orang lain. Mungkin kau adalah pria yang sudah berubah." Aku bercanda, benar-benar terkejut dengan pertimbangannya.

"Ya, dia merencanakan perayaan keselamatanku." Ia terkekeh, kesal tapi egonya luluh dengan ide itu. "Meniduri gadis yang ia suka di kamar sebelah akan menjadi tindakan yang rendah, bahkan aku yang melakukannya sekali pun." Ia menjelaskan acuh tak acuh, mengangkat bahunya.

Aku merasakan pipiku merona tidak karuan dengan kekasarannya dan mengutuk diriku sendiri karena tidak dapat memikirkan jawaban dengan cepat, membiarkannya memenangkan obrolan ini.

POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang