31

191 28 0
                                    

Aku hampir tidak memakan apa pun saat makan malam, terlalu sibuk mengkhawatirkan kakakku sekaligus mencari tau apa yang sebenarnya ia pikirkan. Aku tau ia bukanlah yang paling cerdas, tapi ini keterlaluan.

"Weasley," kata Wren terkejut, dan aku tersadar dari lamunanku dan bertemu dengan Ron yang berjalan di samping kami. Ia bahkan tidak menatapku, perhatiannya sepenuhnya tertuju pada sahabatku.

"Bolehkah aku bicara denganmu sebentar, Wren?"

Aku mengerutkan alisku atas permintaannya. Mereka tidak pernah saling bertukar senyum sopan satu sama lain saat kami berkumpul, apalagi berbicara lebih dari beberapa kalimat dalam setahun terakhir.

Ia berbalik ke arahku, wajahnya sama bingungnya dengan wajahku sebelum mengikutinya menyusuri lorong lain sambil mengangkat bahu. "Aku akan menyusulmu, Y/N," katanya sebelum mereka menghilang di tikungan.

Aku melanjutkan menuju ruang bawah tanah sambil menghela napas, tidak berminat untuk memikirkan hal lain yang harus dipikirkan otakku.

"Pasangan aneh," kata sebuah suara yang familier, ada sedikit kebingungan dalam nada bicaranya. "Namun, anehnya pas," mata Malfoy masih terfokus pada lorong yang mereka lewati.

"Aku—"

"—Sebenarnya, aku tidak terlalu peduli," Ia kemudian menjelaskan, menggelengkan kepalanya sebelum mengalihkan perhatiannya dari koridor dan ke arahku.

Aku memutar mataku ke arahnya dan mempercepat langkahku. Aku pasti sedang memikirkan hal-hal yang lebih penting saat ini, dan aku hanya ingin menenangkan diri di dalam kurungan asramaku, dengan secangkir teh panas di satu tangan dan sebuah buku bagus di tangan yang lain— tanpa melihat Malfoy di mana pun.

Sayangnya, anak laki-laki itu tidak kesulitan mengikutiku. "Tapi yang aku pedulikan," lanjutnya, suaranya melemah. "Bagaimana dia melakukannya?"

Aku mengerang, semakin frustrasi dengan kehadirannya. "Satu-satunya hal yang aku tau adalah kalau pun aku tau, kau akan menjadi orang terakhir yang aku ajak diskusi tentang hal ini," bentakku sebelum menggumamkan kata sandi ke ruang rekreasi.

"Jadi aku masih masuk daftarnya?" Ia berkata sambil menyeringai, memasuki ruangan setelahku.

"Aku benar-benar tidak berminat untuk ini, Malfoy," aku mendengus mendengar ucapannya, masih menuju asramaku seolah ia tidak ada di sana.

"Ah," Ia cemberut saat kami tiba di depan pintu menuju asrama. "Sepertinya kau sedang mood tadi, apa yang terjadi?" Suaranya sombong, dan salah satu alisnya terangkat dengan isyarat saat ia melangkah mendekatiku.

"Oh, aku tidak tau," kataku sinis, akhirnya kehilangan kesabaran. "Hanya kakakku yang mengikuti turnamen yang berpotensi merenggut nyawanya!"

Tanpa menunggu jawaban, aku memasuki kamarku dan membanting pintu hingga tertutup di belakangku. Sesampainya di tempat tidur, aku menarik napas dalam-dalam, mengabaikan pandangan gadis lain yang menatapku.

Kali ini bukan hanya Parkinson yang menatapku, tapi dua orang lainnya juga. Aku tidak bisa menyalahkan mereka dan bahkan tidak ingin tau bagaimana rasanya berada di posisi Harry saat ini.

Saat aku memejamkan mata untuk sedikit menenangkan diri, aku mendengar pintu dibuka dan ditutup lagi, dan mataku tertuju pada Wren.

Aku tersenyum, akhirnya memiliki seseorang yang dapat kuajak bicara tentang apa yang terjadi. Hanya saja ia sepertinya tidak begitu senang bertemu denganku.

"Keluar!" desisnya sambil menghadap ketiga gadis itu dan dua di antaranya menurut tanpa bertanya lebih lanjut. Pandangannya tertuju pada Parkinson, dan tak satu pun dari mereka bergerak sedetik pun, sebelum gadis berambut hitam itu menyerah, meninggalkan ruangan dengan kepala tertunduk

Yang kulakukan hanyalah menatap Wren, terlalu terintimidasi olehnya sehingga tidak bisa bergerak. Aku menelan ludah saat matanya menatapku, tidak yakin apa yang diharapkan.

"Kau menyukainya?" Ia berkata sinis, ekspresinya sangat dingin, dan aku mengerutkan alisku karena bingung.

"Siapa? Ron? Tidak terlalu saat ini, sih. Dia agak-" aku memulai dengan gugup, tapi ia dengan cepat menyelaku.

"Jangan pura-pura bodoh. Aku sedang membicarakan Malfoy."

Mataku melebar, dan aku memutuskan kontak mata kami, mencoba mencari hal lain yang bisa kufokuskan selain Wren. "Apa?" tanyaku, berusaha terdengar percaya diri semampuku.

Jelas, hal itu tidak berhasil.

"Memang aku gagap? Apakah. Kau. Suka. Draco. Malfoy." Ia mengulanginya, menekankan setiap kata.

Dengan panik aku menggelengkan kepalaku, akhirnya duduk tegak dan menatapnya lagi. "Tentu saja tidak, kesimpulan gila dari mana ini?"

"Weasley memberitahuku dia melihat kalian berdua, dan aku hampir tidak memercayainya. Tapi kalian memang terlihat lebih nyaman kapan pun kalian berdekatan sekarang." Suaranya sangat tenang sekarang, dan ia mengangguk ke arah pintu, tempat Malfoy dan aku bertengkar lima menit yang lalu.

"Aku tidak menyukainya, gila!" Aku mengulangi jawabanku sekali lagi, suaraku semakin keras.

"Benarkah? Lalu ada apa? Hubungan santai, kau baru saja mulai pacaran atau kau akan berbohong padaku lagi dan mengatakan itu bukan apa-apa?" Ia bertanya dengan sinis, tapi aku bisa mendengar nada terluka dalam suaranya.

"Bukan apa-apa," desahku. "Kami berciuman beberapa kali, tapi hanya itu. Tidak lebih." Ia meringis ketika kata-kata itu keluar dari mulutku, mungkin berharap mendengar sesuatu yang lain.

"Kapan?"

"Yah, itu terjadi pertama kali tahun lalu... saat kami dihukum. Tapi tidak pernah lagi setelah minggu itu!" aku segera menjelaskan, mulai merasa tidak enak karena tidak pernah menceritakan semua hal itu kepadanya. Bagaimanapun juga, ia adalah sahabatku.

"Tahun lalu?!" Hanya itu yang ia jawab dan aku menghela napas.

"Itu di luar rencanaku. Aku tidak ingin hal itu terjadi lagi."

"Lalu kenapa?" Aku tidak mengatakan apa pun mengenai hal itu. Terutama karena aku tidak tau harus berkata apa. Sejujurnya aku sendiri tidak tau. "Aku benar-benar mengira kita berteman." Ia terdengar terluka, bukannya marah, tapi aku tidak tahan lagi.

Tekanan dari segala sudut terasa terlalu besar, memaksaku untuk mengatakan hal-hal yang tidak kumaksudkan. Mengatakan hal yang akan kusesali nantinya.

"Yah, saat ini kau bertingkah seperti pacarku lebih dari apa pun!"

POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang