Beberapa hari telah kulalui setelah malam itu. Hari demi hari yang kuhabiskan di tempat tidur, atau di perpustakaan membaca tentang janji yang tidak dapat diingkari. Pasti ada sesuatu di dalamnya yang bisa memberiku petunjuk.
Dan jika Draco tidak akan memberitahuku, aku harus mencarinya sendiri.
"Orang yang mengingkari janjinya akan mati," Terbaca di bukunya.
Apa yang membuat Snape rela mengorbankan dirinya? Atau pertanyaan lebih baik, kenapa ia siap mati untuk Draco?
Tentu, dia memang sering terlihat memihak pada pria itu, membantunya di kelas atau membiarkannya membuat onar. Aku hanya tidak mengira ia siap berbuat sejauh ini.
Dan aku yakin ada yang terlewatkan olehku.
Hari Natal tiba, dan aku tidak bisa berhenti memikirkannya. Waktu yang seharusnya menenangkan, santai; membuat kita menghargai orang-orang di sekitar. Dan di sinilah aku, memikirkan tentang janji yang tidak dapat diingkari dan Voldemort.
Aura besar terlihat indah; bahkan lebih indah dari biasanya. Dan aku berharap setidaknya untuk beberapa jam aku bisa mengalihkan perhatianku dari topik itu.
Pohon Natal yang besar menjadi hiasan utama aula besar sejak libur telah tiba; begitu juga dengan mistletoe, dan hiasan Natal lainnya.
Walau, hari ini, hari Natal, ada salju yang berjatuhan dari langit-langit aula besar. Mereka terasa kering dan hangat, dan menghilang saat terjatuh padaku. Membuatku merasa nyaman; hampir seperti membuatku merasa dibungkus oleh selimut tebal setelah beberapa menit.
Melihat betapa sedikitnya siswa yang tetap di sini selama Natal, kami duduk di satu meja; Profesor juga duduk di meja kami, tidak di meja depan seperti biasanya. Aku tidak mengharapkan akan melihat Draco di sini, jadi aku tidak terkejut saat tidak melihatnya.
Orang-orang tertawa, berbicara; dan rasanya tidak seperti di sekolah. Rasanya seperti di rumah, dan walau aku dikelilingi oleh orang-orang yang tidak pernah bicara padaku sebelumnya; mereka terasa seperti rumah. Seperti damai.
Kami minum, para profesor meminum wine, pada murid meminum jus labu atau kranberi, makan, dan berbincang. Walau, aku lebih fokus ke makanannya.
Makan besar, dan memang sepantasnya, adalah acara makan terbesar yang pernah kulihat.
Kalkun panggang, kentang panggang, chipolata, kacang polong, saus daging, saus kranberi, puding Yorkshire. Dan aku memakan semuanya. Aku tidak merasa pernah sepenuh ini karena apa pun sebelumnya sejak entah kapan. Walau sudah tidak ada ruang untuk puding Natal; yang mana itu membuatku sedikit kesal.
Aku menghela napas lega saat mengosongkan piringku, mataku mengamati seluruh meja, melihat wajah-wajah orang di sekitarku; mereka terlihat bahagia.
Aku bersumpah Profesor McGonagall bersikap terlalu bahagia; hampir terlihat seperti ia meminum terlalu banyak wine. Terlihat menikmati situasi ini.
Aku mengangkat alis saat melihat Snape menatapku. Ia terlihat sedang memikirkan sesuatu yang serius; membuatku merasa seakan ia sedang menatap seluruh isiku.
Matanya tajam, alisnya mengerut, dan matanya membentuk garis lurus seperti biasanya.
Aku memalingkan pandangan darinya, terlihat tidak nyaman dengan kontak mata tiba-tiba itu. Membuatku mengingat perbincangan mereka lagi dan lagi; membuatku tidak lagi santai dan gerakanku tidak nyaman.
Aku menahan dorongan untuk berdiri untuk beberapa menit lagi, bertukar kata dengan murid di sebelahku, dan berdiri dengan anggukan sopan.
Tiba-tiba, ada dorongan lagi dalam diriku untuk mencari tau lagi. Yang sudah ada berhari-hari. yang membuat malamku terasa sangat panjang dan kepalaku sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]
Fanfiction"Aku tidak tau kau punya adik, Potter" Original story bahasa Inggris oleh @Seselina [https://www.wattpad.com/story/241178840-potter-draco-malfoy-x-reader]