Aku terkejut saat melihat Luna ketika aku memasuki ruang kebutuhan untuk yang pertama kali, dan langsung berpikir apakah Wren tau tentang ini?
Selama pertemuan itu, aku berusaha untuk mengabaikan lirikan dan tatapan sinis dari beberapa orang.
Besar rasanya keinginanku untuk mendatangi mereka, tapi jujur, itu akan membuktikan pendapat mereka terhadapku. Aku hanya berusaha untuk menjadi yang terbaik di ruangan ini.
Aku membuat Fred Weasley melayang seperti bulu ringan tanpa kesulitan sebelum George muncul. Siapa sangka menggelitikku di saat kembarannya berada 10 kaki di atas udara, bergantung pada konsentrasiku adalah ide yang bagus.
Maaf, Freddie.
Di samping itu, tidak banyak yang terjadi di pertemuan tadi. Harry membubarkan kami, dan beberapa kelompok kecil yang sudah dipisahkan mulai berjalan ke arah pintu keluar.
"Sebentar. Aku akan menyusul kalian, ya?" Aku berkata, tersenyum pada Luna dan Cho sebelum berlari ke arah Harry untuk berbicara padanya tentang semua ini.
>><<
"Menurutmu ide bagus untuk mengajaknya ke sini?" Saat aku mendengar suara itu, aku menghentikan langkah, bersandar pada dinding di koridor untuk mendengarnya lebih lanjut.
Aku mengenali suara itu milik Cho, teman Luna, dan aku mengerutkan alis. Aku pikir kami baik-baik saja, jujur. Tapi, sebelum menyimpulkan apa pun, aku ingin memastikan apakah ia benar membicarakanku.
"Kenapa tidak? Dia cukup mahir tadi, kan?" Aku tersenyum saat Luna menjawab. Ia selalu baik; aku terkesan.
"Aku bukan membicarakan tentang keahliannya, aku membicarakan pasti dia akan memberitahu Malfoy. Dan kacau semua!" Ia berkata, berusaha berbisik tapi jelas gagal.
"Kenapa dia memberitahu Malfoy?" Luna terdengar bingung, dan aku bisa membayangkan kepalanya sedikit miring pasti.
"Karena dia Slytherin, Luna," Gadis itu menghela napas, dan aku memutar mataku.
"Aku pikir kau suka Harry. Kenapa kau tidak mempercayai adiknya?"
Seringai di wajahku langsung muncul saat aku mencerna informasi baru ini. Menarik. Aku yakin Harry akan suka mendengar isi obrolan ini.
"Dengar, aku tau kau bersama Wren—" Saat ia menyebut nama sahabatku, wajahku kembali serius; bergerak mendekat ke ujung untuk mendengar lebih baik. "—Walaupun menurutku jangan. Dan kau mempercayainya, walaupun lagi-lagi menurutku jangan." Aku mengerutkan alis saat ia selesai berbicara.
Aku tidak masalah jika orang yang tidak mengenalku menjelek-jelekkanku di belakang. Bahkan, aku tidak peduli. Tapi saat mereka berkata buruk tentang sahabatku, lain cerita.
"Menurutku tidak seharusnya kau berpacaran dengan seorang Slytherin... demi dirimu sendiri. Kau sangat baik, dan jujur—"
"—Wren juga, selama aku bersamanya." Aku tidak berencana untuk mengatakan apa pun. Jujur, aku tidak peduli dengan apa yang dia pikirkan tentangku. Tapi, seperti yang kukatakan, sesaat setelah nama Wren keluar dari mulutnya, aku tidak bisa diam.
"Y/n!" Gadis itu berkata, matanya terbelalak dan warna kulitnya pucat. Ia berusaha untuk memaksakan sebuah senyuman, tapi terlihat sama palsunya seperti dirinya.
Ia tergagap, tidak tau cara berbicara dengan benar sebelum memutar balik dan berjalan cepat tanpa mengatakan apa pun lagi.
Aku mendengus, melihat punggungnya untuk beberapa saat sebelum melihat ke arah Luna, alis masih mengerut.
"Mungkin kau harus mencari Wren?" Aku menyarankan, ekspresi wajahku lebih lembut, dan ia mengangguk.
"Iya." Ia menghela napas, memberiku senyuman, untuk pertama kalinya, tidak terlihat tulus. "Terima kasih," Ia berbisik sebelum pergi, dan aku bersandar di dinding dingin, menutup wajah dengan tanganku.
Aku menarik napas panjang. Terganggu dengan teman Luna. Bingung kenapa Luna berteman dengannya dari awal. Frustrasi karena Luna terlalu baik untuk tidak berteman dengan siapa pun. Dan sedikit terluka dengan apa yang orang lihat dari diriku adalah seseorang yang tidak bisa mereka percaya.
Aku tidak peduli seorang gadis yang baru berbicara denganku dua kali tidak percaya, tapi biasanya, bahkan kakakku sendiri juga tidak percaya.
Helaan napas keluar lagi dari mulutku, dan tanganku perlahan membuka wajahku, walau mata masih terpejam.
"Dari mana kau?" Suara yang familier membuat mataku terbuka, dan sesuai harapan, Draco di hadapanku.
Ia mengejutkanku, yang membuat seringainya semakin melebar. Tanganku segera memegang dadaku dan pekikan napasku terdengar.
"Astaga, bisakah kau melakukan hal lain selain mengejutkanku?" Aku bertanya, suaraku terdengar sarkastis saat aku melihatnya dengan mengerutkan alis. Aku menghela napas sekali lagi sebelum tersenyum.
"Harimu pasti buruk sekali," Ia bercanda, mengangkat alis dan masih menyeringai. "Apa yang kau lakukan? Jangan bilang kau bersama Umbridge lagi?" Senyumnya hilang, dan ia memandangku khawatir. Aku menggeleng dengan cepat.
"Tidak," aku menghela napas dan melihatnya lebih tenang. "Sebenarnya aku..." Aku memulai, menggantungkan kalimatku sambil memikirkan alasan tepat untuk mengarang cerita.
"Iyaaaaa?" Ia mengejek, alisnya terangkat saat menunggu penjelasanku.
"—Aku mencarimu." Aku mengangguk, senyumku semakin lebar menunggu reaksinya berharap berhasil.
Mengerutkan alis membuatku berpikir negatif. "Hah?" Ia bingung, berpikir beberapa saat. "Lucu karena aku juga mencarimu. Ke mana-mana."
Mataku sedikit melotot, tapi dengan cepat menenangkan diri; Berharap ia belum melihatnya. Biasanya, aku jago berbohong, entah kenapa saat ini terasa sangat sulit.
"Mungkin kita melewatkan satu sama lain, ya?" Aku terkekeh, mengacak rambutku sendiri sebelum berdehem. "Jadi kenapa kau mencariku ke mana-mana?" Aku mengejek dengan nada sarkastis.
Ia memutar mata, terlihat melupakan kebohonganku.
"Aku ingin menunjukkan sesuatu. Kau akan menyukainya, percayalah."
KAMU SEDANG MEMBACA
POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]
Fanfiction"Aku tidak tau kau punya adik, Potter" Original story bahasa Inggris oleh @Seselina [https://www.wattpad.com/story/241178840-potter-draco-malfoy-x-reader]