"Apa dia akan baik-baik saja?!"
"Aku yakin, dia hanya butuh istirahat. Kan tidak setiap hari kau diserang oleh manusia serigala."
"Astaga, sekarang aku merasa bodoh untuk merengek karena gigitan anjing di kakiku."
Aku perlahan membuka mataku, mengerang melihat cahaya terang memasuki pandanganku. Aku menutupnya kembali, tapi berdehem agar semua orang tau bahwa aku sadar.
"Y/n!" Aku mendengar Wren bersorak dan aku membuka mataku sekali lagi. Kali ini mengharapkan kecerahannya, jadi tidak terlalu buruk. Kepalaku terasa berat dan badanku mati rasa saat aku mencoba duduk tegak.
"Jadi, kenapa aku tidak bisa merasakan kakiku?" Aku takut untuk bertanya, tapi yang jelas, aku harus melakukannya. Mereka semua tersenyum canggung, berusaha menghindari kontak mata.
"Itu tidak permanen!" Harry berkata cepat setelah melihat kepanikan di wajahku semakin menonjol. Desahan lega keluar dari bibirku, namun jawabannya masih belum memuaskanku.
"Nah, saat kau dan Harry berlari mengejar si serigal- maksudku, Profesor Lupin, dia seperti... menangkapmu," Wren melompat masuk, menunjuk ke kakiku. "Jangan khawatir, Madam Pomfrey hampir membuatmu kembali normal. Tapi ia bilang rasa sakitnya akan terlalu menyiksa jika kakimu tidak mati rasa sebelum prosesnya."
"Rupanya itu sedang terjadi sekarang!" Hermione berkata, nampaknya sangat terpesona oleh seluruh percobaan perawatan ini. "Kau benar-benar tidak bisa merasakan apa-apa?" Ia bertanya tertarik.
Aku hanya menggeleng, "Tidak ada."
Mataku berkeliaran di sekitar ruangan, kenangan terakhir kali aku berada di sini membanjiri kepalaku. Harry, Hermione dan Wren berdiri di sekelilingku, sementara Ron berbaring di ranjang rumah sakit di sebelahku. Aku tidak begitu yakin apa yang terjadi padanya
Secara kebetulan, aku berada di ranjang yang sama yang dipilih Malfoy ketika aku membawanya ke sini dan aku mendapati diriku menatap ke arah pepohonan yang sama saat itu.
"Yasudah, lebih baik aku memberitahu Snape bahwa kau baik-baik saja. Dia memintaku," tiba-tiba Wren berkata dan aku mengerutkan alisku.
"Benarkah?" Kataku, bingung dengan ketertarikan yang tiba-tiba itu, tapi raut wajahnya sama bingungnya denganku saat ia berjalan menuju pintu keluar bagian rumah sakit.
Namun, pintunya terbuka dengan derit keras sebelum ia bisa mencapainya. Perhatianku tertuju pada Kepala Sekolah Dumbledore dan Wren memberinya anggukan singkat sebelum bergegas melewatinya, keluar dari pintu.
Harry dan Hermione berlari ke arahnya begitu mereka melihatnya. "Kepala Sekolah, kau harus menghentikan mereka! Mereka salah menangkap orang!" Hermione memulai, suaranya penuh keputusasaan.
"Benar, profesor, Sirius tidak bersalah!" Harry menimpali.
"Scabbers yang melakukannya." Aku yakin Ron mencoba menjernihkan situasi tetapi akhirnya malah semakin membingungkan Kepala Sekolah.
"Scabbers?" Ia bertanya, membuktikan maksudku.
Ron mengoceh tentang tikusnya dan aku bisa melihat Dumbledore benar-benar kehilangan alur ceritanya. "-Intinya adalah, kita tau kebenarannya." Aku menyela si bocah rambut merah itu dan Hermione menatapku dengan tatapan bersyukur.
"Tolong percaya pada kami, Pak," katanya setelah itu, perhatiannya kembali tertuju pada Dumbledore.
"Ya, Nona Granger," Ia meyakinkannya, tangannya bertumpu pada bahunya. "Tapi maaf, menurutku perkataan empat penyihir berusia 16 tahun hanya akan meyakinkan beberapa orang saja."
Ia melihat bolak-balik di antara mereka berdua sebelum berjalan menuju tempat tidurku dan Ron. "Suara seorang anak, walaupun jujur dan benar, tidak ada artinya bagi mereka yang sudah lupa bagaimana cara mendengarkan." Ucapnya sambil menepuk-nepuk kaki Ron yang terluka dengan sedikit tenaga.
Ia meringis begitu tangan Dumbeldore mengenai kakinya yang diperban dan Kepala Sekolah mengedipkan mata padaku mendengar suara itu.
Apakah ini karma terlambat atas perkataan Ron tentangku? Dikirim oleh Dumbledore sendiri? Senyuman kecil muncul di wajahku tapi aku segera ingat betapa seriusnya situasi ini.
Suara bel menarik perhatian Profesor Dumbeldore dan matanya menjadi sedikit melebar mendengar suara tersebut. Seolah ia menyadari sesuatu.
"Hal yang misterius; waktu. Kuat, dan bila diusik, berbahaya." Ia mulai berjalan kembali menuju pintu yang terbuka, melihat ke koridor. "Sirius Black ada di sel paling atas di Menara Kegelapan."
Dalam satu gerakan cepat, ia berbalik ke arah kami untuk terakhir kalinya, matanya tertuju pada Hermione. "Kau tau aturannya, Nona Granger. Kau tidak boleh terlihat dan, menurutku, sebaiknya kau kembali sebelum waktu terakhir ini. Jika tidak, konsekuensinya terlalu mengerikan untuk dibicarakan."
Ron dan aku bertukar pandangan kebingungan ketika mencoba mengikuti apa pun yang Dumbledore coba katakan padanya. Tapi aku tidak mengerti apa pun. Dan sepertinya Ron juga tidak.
"Kalau kau berhasil malam ini, lebih dari satu nyawa tak berdosa bisa terselamatkan. Tiga kali saja sudah cukup, menurutku." Dan dengan itu, ia berbalik untuk meninggalkan ruangan.
Ia baru saja akan menutup pintu di belakangnya ketika ia berhenti dan berbalik lagi. "Oh, ngomong-ngomong, jika ragu, menurutku telusuri kembali langkahku adalah awal yang terbaik. Semoga berhasil." Pintu ditutup dengan suara keras.
"Apa maksudnya tadi?" Ron dan aku berkata bersamaan, begitu Kepala Sekolah pergi.
"Maaf teman-teman, tapi mengingat kalian berdua tidak bisa berjalan..." Ia terdiam sambil mengeluarkan kalung dari kemejanya dan mengalungkannya di lehernya dan leher Harry.
Ia gelisah sejenak, tapi kedua punggungnya menghadap ke arah kami. Lalu, tanpa peringatan, mereka menghilang.
"Sebelum kau bertanya, aku juga tidak tahu." Aku segera mengklarifikasi, sama bingungnya dengan Ron. Kami berdua tau kami tidak mengerti dan ia hanya tertawa setengah hati.
"Begini, Y/N, aku ingin-" Sebelum Ron bisa menyelesaikan kalimatnya, pintu yang Dumbledore baru saja menghilang terbuka sekali lagi.
Aku memiringkan kepalaku ke satu sisi saat melihat pemandangan yang kulihat. Seolah-olah mereka tidak menghilang begitu saja dari ruangan lima detik yang lalu, Harry dan Hermione berjalan melewati pintu.
"Bagaimana kau ada di sini?!" Ron bertanya, jarinya menunjuk ke arah mereka. Aku bersamanya dalam hal ini. "Siapa—Apa--Kami sedang berbicara denganmu di sana!" Jarinya sekarang menunjuk ke tempat mereka berdiri sebelum mereka menghilang.
"—Dan sekarang kalian di sana!" Kataku dengan ekspresi ngeri, benar-benar bingung.
"Apa yang mereka bicarakan, Harry?" Hermione berkata sambil menyeringai, jelas menikmati situasinya.
"Entahlah... Jujur saja, bagaimana mungkin seseorang bisa berada di dua tempat sekaligus?" Mereka berdua tertawa dan ketika mereka berbicara aku teringat McGonagall. Bagaimana ia terlihat berada di dua tempat sekaligus pada malam pertamaku di Hogwarts.
"Itu adalah pemutar waktu!" Aku berteriak, akhirnya menyadari apa yang sedang terjadi. "Ya, kan?"
Hermione mengangguk, masih dengan senyuman di bibirnya. "McGonagall memberikannya padaku," katanya untuk memperjelas dan senyuman penuh pengertian terbentuk di bibirku.
"Tentu saja."
KAMU SEDANG MEMBACA
POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]
Fanfiction"Aku tidak tau kau punya adik, Potter" Original story bahasa Inggris oleh @Seselina [https://www.wattpad.com/story/241178840-potter-draco-malfoy-x-reader]