88

111 17 0
                                    

Wajahku terkubur dalam-dalam di halaman-halaman buku yang Wren tinggalkan untukku. Mataku membaca seluruh kata per kata selama beberapa jam ini.

Waktu belum menunjukkan jam delapan malam, tapi ruang rekreasi sudah kosong, dan aku mulai bosan dengan buku di tanganku.

Aku menghela napas kencang, meletakkannya kembali ke meja kecil di antara dua sofa, dan mengulat.

Setelah berjam-jam duduk, mungkin aku butuh jalan untuk beberapa saat. Aku tidak berjalan jauh lebih dari aula besar dan kembali sebanyak tiga kali sehari.

Aku meninggalkan bukunya, aku yakin tidak akan ada yang menyentuhnya, dan berjalan; Aku tidak tau ke mana.

Koridor-koridor sangat hening, rasanya damai saat mereka tidak dipenuhi oleh siswa yang berusaha mencari jalan; Hanya ada suara langkah kakiku di bawah lantai batu ini.

Kakiku bergerak dengan sendirinya. Aku tidak menghabiskan energi untuk berpikir ke mana tujuanku, dan aku merasa sangat tenang begini.

Satu-satunya cahaya yang menyinari koridor panjang ini adalah lilin-lilin redup di dinding; mereka akan mati dengan sendirinya jika jam malam tiba, tapi saat ini, mereka menawarkan cahaya di sekitarku.

Senyum tipis terbentuk di wajahku saat aku melihat tangga yang mengarah ke atas Menara Astronomi. Kenangan yang tak terhitung banyaknya tentang waktu yang kuhabiskan bersama Draco di sana membuatku menghela napas senang.

Aku hampir berjalan melaluinya, tapi seakan ada sesuatu yang menarikku kembali untuk menaiki tangga itu. Mungkin keinginanku untuk kembali ke saat-saat yang lebih indah, seperti dulu, menarikku ke atas.

Mungkin aku hanya ingin merasakan semuanya kembali normal untuk satu atau dua jam lagi. Melupakan ayah baptisku meninggal. Melupakan pembicaraan Draco dan Snape. Melupakan tentang Draco.

Aku membuka pintu kayu besar yang berat itu, bersemangat untuk melakukannya. Tapi, tentu, tidak semudah itu.

"Draco?" Alisku mengerut saat aku mengenali pria itu. Ia berdiri di dekat tepi menara, kedua lengannya bersandar di sandaran, dan rambutnya bergerak sesuai arah angin.

Tubuhnya menegang saat mendengar suaraku, dan ia berbalik untuk menghadapku. "Y/n?" Ia berkata, suaranya dingin dan bibirnya membentuk garis lurus. "Kenapa kau di sini?"

Cara ia bereaksi membuatku kesal.

"Oh, maaf, aku pasti tidak membaca memo bahwa bagian kastil ini milikmu sekarang, Malfoy." Aku menggerutu sinis, memastikan tidak mematahkan kontak mata.

Ia mengangkat satu alisnya, memiringkan kepalanya seakan omonganku adalah hiburan.

"Kembali ke nama belakang, ya, Potter?" Ia bertanya, benar-benar menganggap ini hiburan.

Aku mendengus, dan tubuhnya terlihat lebih santai saat mendengarnya. "Terakhir kali kita berbicara sesedikit ini." Aku berkata, keluar sepenuhnya dari pintu, dan menutupnya di belakangku.

Ia menghela napas, masih terlihat terhibur sebelum ia melangkah mendekatiku. Dan untuk pertama kalinya sejak entah kapan, kedua ujung bibirnya terangkat, aku melihat seringai di wajahnya.

Pemandangan itu membuatku mual, dan aku tidak tau apakah karena aku sudah jarang melihatnya akhir-akhir ini, atau hanya karena ini mengingatkanku bagaimana seringai itu bisa membuatnya lebih tampan.

"Aw, kenapa? Kau merindukanku?" Ia menggodaku saat ia berhenti melangkah tepat di hadapanku.

"Jangan berharap."

Ia memasukkan kedua tangan ke dalam saku jasnya, matanya berhenti memandangku dan ia mengamati sekitar kami dengan seksama. Aku mengamati seluruh gerakannya, menyadari bagaimana ia menelan ludah, dan bagaimana lidahnya menabrak bagian dalam bibinya sebelum ia menjilat bibirnya dengan cepat.

"Sudah lama sejak terakhir kali kita berdua ada di sini, ya?" Ia berkata dengan pelan, matanya masih mengamati menara dan menghindariku.

"Tolong jangan bersikap seperti ini." Suaraku cukup tegas untuk membuatnya memandangku, alisnya mengerut bingung dengan kata-kataku. Nadaku dilapisi dengan ekspresi putus asa.

"Seperti ini bagaimana?"

"Seperti semuanya normal, Draco." Aku mendengus, menggelengkan kepalaku perlahan. "Kita tidak bicara selama berminggu-minggu, mungkin berbulan-bulan? Jangan bertingkah seakan semuanya normal."

Ia menarik napas panjang, ia mengacak rambutnya sebelum berbalik badan dengan cepat. Ia menggelengkan kepalanya seperti yang kulakukan sebelumnya, melirikku dari balik bahunya sekali.

"Aku tidak akan minta maaf untuk itu, karena aku tidak—" Ia berdehem. "—Aku tidak menyesalinya." Punggungnya masih menghadapku saat perkataan itu keluar dari mulutnya, dan aku memutar mataku.

"Bagus," Aku tertawa datar, berjalan melaluinya dengan menabrak bahunya dengan sengaja. Aku duduk di tepi menara; kedua kakiku bergantung di tepinya. "Tentu tidak. Kau si Draco Malfoy. Kau tidak akan menyesali apa pun."

"Oh, tolonglah." Ia mendesis, sarkastik di suaranya saat ia meninggikan suaranya. "Kau bersikap seakan kau tidak menggantikan apa pun di antara kita dengan si sialan Blaise, dari semua orang!" Ia berteriak.

Aku mengerang kesal. "Menggantikanmu dengan Blaise? Astaga, jangan konyol, Draco!" Saat perkataan itu meninggalkan bibirku, aku menatapnya.

Aku memandangnya untuk bertemu dengan tatapan sinis seolah siap membunuh, sangat marah; Seluruh tubuhnya tegang, menggertakkan giginya dan alisnya mengernyit sangat dalam. "Bahkan jika pun iya, jangan bersikap seolah kau peduli. Kau yang menyingkirkan—" Aku melanjutkan, suaraku semakin kencang hingga ia menyelaku.

"Aku tidak bisa mendengar apapun darimu sekarang, Y/n!" Ia berkata kesal, napasnya dangkal sebelum ia menarik napas dalam untuk menenangkan diri.

Tubuhku sekarang menjadi tegang saat mendengarnya menyebut namaku dengan marah, dan aku tidak dapat bergerak nyaman dalam keheningan yang mengikuti perkataannya itu. Suara yang dapat kudengar hanyalah langkah kakinya yang jelas sedang mondar-mandir di belakangku.

Dari ujung mataku, aku melihatnya duduk di sebelahku, kaki panjangnya juga menggantung di tepi sepertiku. Ia tidak memandangku, ia melihat lurus ke depan.

"Alasanku melakukan ini justru karena aku peduli," Ia menghela napas. "Aku harap aku tidak peduli, percayalah." Ia tertawa datar, dan aku menoleh ke arahnya. Walau, perhatiannya masih tertuju pada langit malam di depan kami. "Aku melakukan ini untuk-mu."

Dengan itu, ia memandangku, berusaha keras untuk mencari tanda bahwa aku mengerti apa yang ia katakan.

"Benarkah? Aku tidak ingat pernah meminta ini semua." Aku bertanya dengan sarkastik, alisku terangkat saat aku mencoba mengabaikan detak jantungku yang semakin cepat saat aku mulai mencerna perkataannya.

"Kau tidak bisa meminta apa pun saat kau bahkan tidak tau apa yang terjadi, Y/n." Suaranya pelan, dan wajahku melembut mendengarnya. Aku sangat ingin mengerti apa yang ia katakan.

"Dan apa itu?" Aku bertanya hampir berbisik, merasa jika aku berbicara lebih kencang, aku bisa menakutinya.

Ia terlihat sangat rapuh, sangat lelah; tidak seperti Draco Malfoy yang biasanya.

Ia mendengus, kedua alisnya terangkat dan ia menggelengkan kepala. "Kau tau ini semua tidak akan terjadi jika aku bisa memberitahumu."

POTTER? || Draco Malfoy X Reader [BAHASA INDONESIA]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang