PART 17

120 25 7
                                    

"Cath, kamu yakin jalannya benar?"

"Hmm, aku rasa," balas Catherine pelan karena ia pun ragu. Rory yang jalan di belakangnya sekarang berhenti karena kesal.

"Aku harusnya tidak mengiyakan ajakanmu. Seharusnya aku tidur saja di apartemen." Rory berlutut mengistirahatkan kakinya sambil cemas melihat sekitarnya.

Sudah sepuluh hari berlalu semenjak Rory kembali ke New York untuk menghadiri sebuah rapat dan urusan lainnya. Rory sebenarnya tidak harus kembali ke Seoul—mengingat sudah ada Remi dan syuting yang akan berakhir, tapi ia merasa tidak tega melihat Catherine yang tampak kesepian tanpanya.

Namun hal pertama yang Rory sesali sekarang—setelah mendarat di Seoul dua hari lalu, adalah mengiyakan ide Catherine untuk mendaki dan mengelilingi kawasan wisata alam ini.

Catherine mengatakan ia ingin mencari sebuah danau.

"Sampai kapan kita akan berjalan, Cath? Kamu terus mengatakan jalan menuju danaunya ada di dekat sini tapi sudah setengah jam dan kita belum menemukannya."

"Bukankah kamu ingin kita banyak olahraga Rory. Sekaranglah waktunya. Aku yakin ada di sekitar sini. Kumohon sabar," balas Catherine masih optimis, melewati jalur perbukitan itu yang tidak serapi dari terakhir ia ingat dulu.

"Lagian apa pentingnya danau itu? Jalan mengelilingi mall atau Gangnam terdengar lebih menyenangkan."

Catherine sendiri juga tidak tahu apa yang merasuki dirinya kemarin. Mengingat waktu yang tidak lama lagi di Seoul, Catherine merasakan keinginan untuk mengunjungi beberapa tempat. Termasuk melihat danau yang ia datangi di musim panas 2014 dulu.

Momen pertamanya berteman dengan Ha-yoon,

dan pertama kali ia bertemu Evan.

Jalan-jalan perbukitan sedikit banyak masih terasa familiar dalam ingatan Catherine. Namun tampak sekali pengunjungnya semakin sangat sepi. Catherine dan Rory rasanya hanya menemui tidak lebih dari sepuluh orang sedari tadi selama hampir dua jam terakhir.

Waktu sudah menunjukkan pukul dua sore dan perut Rory sudah mulai kembali lapar.

"Jalan ke danau yang kamu maksud mungkin sudah tertutup semak-semak dan sudah tidak kelihatan sama sekali lagi, Cath. Bagaimana kalau kita menyerah saja?"

"Bahkan bapak penjaga di bawah tadi tidak tahu lokasi danau itu dimana," lanjut Rory masih mengikuti Catherine di belakang dengan malas.

"Rory,"

"Aku menemukannya!" seru Catherine sambil tersenyum lalu berjalan mundur, menengadahkan kepalanya dan melihat pohon besar di depannya, "—ya pasti di sini, aku ingat ada pohon yang memiliki papan di samping jalurnya."

Catherine yang terlihat lega berbanding terbalik dengan tatapan horror di wajah Rory yang kini melihat apa yang wanita itu maksud. Tidak ada jalur apapun di hadapan mereka, hanya semak-semak. Bahkan tulisan di papan kayu—yang terpaku di pohon yang Catherine maksud, sudah terlihat sangat pudar dan keropos. 

Rory menghentikan Catherine yang mencoba menyingkirkan semak-semak itu, "Apa yang kamu lakukan, Cath?"

"Jalurnya bahkan tidak terlihat lagi, kamu tidak beneran mencoba ingin melewatinya kan? Jangan gila," Rory mengerutkan keningnya protes.

Catherine kini berjalan mundur perlahan, tersenyum masam dan kecewa mendengar Rory yang tidak mendukungnya. Ia yakin dirinya bisa melewati semak rumput yang baginya tidak padat dan masih bisa dilewati itu.

"Bagaimana kalau kita makan saja, aku sudah mulai lapar." Rory menatap Catherine yang yang masih memperhatikan semak-semak di hadapannya seperti kucing yang siap menantang maut.

MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang