PART 30

98 24 0
                                    

[1 bulan kemudian]

Catherine mengambil nafasnya setelah mencelupkan wajahnya selama 24 detik dalam wadah besar berisi air dingin penuh dengan es batu sebelum ia berdandan untuk acara premiere film malam ini.

Sudah satu minggu berlalu sejak world premiere pertama film terbarunya di London, kemudian hari ini di New York, yang terakhir sebelum film itu rilis serentak secara global tiga hari lagi, tanggal 20 Desember.

"Oke, perfect," kata Wanda Smith—sang stylist, setelah ia mengancingkan gaun hitam yang Catherine pakai malam ini dengan mudah. Haute Couture Chanel FW 24/25, berwarna hitam panjang dengan belahan dada yang dalam ke bawah hingga pinggang dan dihiasi pita pada bagian tengahnya. Gaun yang menurut Catherine paling masuk akal untuk ia pakai di antara gaun lainnya dalam koleksi itu. Wanda memastikan gaun yang akan ia pakai telah disesuaikan dengan ukurannya, sehingga sekarang membalut tubuhnya dengan pas dan indah.

Saat di London kemarin, Wanda memakaikannya custom Roberto Cavalli dan Catherine sangat menyukainya. Ia banyak menjadi sorotan publik lebih dari sebelumnya sejak promosi film ini dimulai. 

"Catherine..."

Rory yang baru saja memasuki kamar hotel Catherine tepat saat wanita itu sudah selesai berglamor seketika berhenti saat melihatnya karena terpukau.

"Chanel's collection lately is not really giving for me, but God knows you just made their dress looks so good," puji Rory.

"Very chic and elegant," tambahnya, melihat perpaduan make-up smokey eye dengan rambut super panjang dan lurus oleh bantuan hair extension, terselip di kedua telinganya dan dibiarkan tergerai rapi sepanjang punggungnya. Wanda sebagai stylist pun tersenyum mendengar pujian Rory, ikut bangga dengan hasilnya. Sesampainya di mobil Catherine duduk dan memastikan belahan lebar pada gaunnya tetap pada posisinya seperti yang telah ditempel oleh penata bajunya. Tidak bergerak dan mengekspos kedua buah dada telanjangnya yang hanya beralaskan invisible push up bra cup-nya.

Ketermenungan melihat keluar jendela selama perjalanan menuju Lincoln Center membuat Catherine kini menahan kantuknya. Namun kantuknya tidak bertahan lama ketika ia tiba-tiba mendapati wajah pria itu di billlboard besar. Sebuah poster campaign parfum dari salah satu brand mewah, mempertunjukkan Evan yang tampan dengan rambut basah dan baju tanpa lengan. Memancarkan pesona yang tidak terbantahkan dan membuat Catherine langsung melek lalu mengutuki debaran jantungnya yang selalu gampangan setiap melihat pria itu. Sepertinya campaign baru, pikir Catherine karena ia belum pernah melihatnya. Ia menggelengkan kepalanya pelan karena pikiran gilanya tiba-tiba membayangkan Evan menjadi wajah baru kampanye Calvin Klein.

Pekerjaan Catherine semenjak ia kembali ke New York semakin menyibukkan dirinya. Dan Catherine yakin Evan juga sangat sibuk dengan promosi album barunya. Ia sudah mendengar semua lagu baru grup itu, bahkan menonton music video-nya. Percakapan terakhir mereka berakhir dengan balasannya untuk pesan singkat pria itu mengenai klarifikasinya yang mabuk agar Evan tidak berasumsi aneh,

EVAN: Glad to know that.

CATHERINE: Terima kasih juga sudah mengantarku pulang.

Evan tidak membalasnya, terlebih membacanya. Catherine hanya berasumsi pria itu semakin sibuk dan chat nya tenggelam. Namun tidak tahu mengapa sedikit kekecewaan terbesit dalam hatinya karena Evan tampaknya hanya ingin menyampaikan permintaan maaf saja. Bahkan tidak basa basi menanyakan bagaimana keadaannya pasca malam itu atau apapun. Sekarang, setelah Catherine menyadarinya, sebuah rasa dingin menyelimuti hatinya. Ia tidak ingin mengharapkan apapun. Terlebih ada banyak kesibukan yang dapat membuatnya tidak memusingkan perasaannya.

MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang