PART 28

100 25 2
                                    

"Sempurna."

"Apanya?"

"Lukisan ini, Rory," balas Catherine yang memutar matanya, karena Rory tidak langsung mengerti dengan apa yang ia maksud dan sibuk membalas pesan di HP.

Rory akhirnya mendongkakkan kepalanya dan kali ini benar-benar mengamati lukisan 24 x 36 inci yang Catherine beli dan baru ia pajang di ruang tengah apartemennya dengan seksama.

Sebuah lukisan cat minyak bergambarkan padang rumput hijau. Dalam balutan langit biru tua yang membiarkan cahaya bulan semakin menguasainya. Seorang gadis kecil duduk berlindung di bawah sebuah pohon rindang di pinggir danau, cukup jauh dari pemukiman di belakangnya. Ia duduk sambil memeluk kedua kakinya yang tertekuk, mengistirahatkan dagunya di atas lutut. Menutup kedua matanya dan menikmati terpaan angin yang membawa rambutnya melayang sembari ditemani sebuah lentera kuning di sampingnya. Tampak menikmati ketenangan yang ia rasakan. Tidak memedulikan perahu yang terbalik di tengah danau.

"Oh..." Rory mengangguk pelan, "It's a really beautiful painting." Sebuah pujian singkat namun penuh perasaaan dan kejujuran dalam penyampaiannya. Meskipun menggambarkan kesendirian di tengah langit redup, perpaduan warna pilihan yang semarak membuat lukisan tersebut terasa lebih hidup. Gadis itu hanya menutup mata menikmati angin yang menerpanya, meski langit kian menujukkan kekelaman dan perahu di danau itu terbalik.

"Where did you get this?"

"My friend, Chio. The Japanese-German model," jelas Catherine tapi Rory tampak bingung, "You've met him at Russell's birthday party earlier this year," namun Rory masih bingung karena ia menemui banyak orang saat itu dan dia tidak begitu ingat, "The one who I hung out with in those paparazzi photos in London five months ago."

"Oh, that guy." Rory akhirnya ingat. Keduanya lalu terdiam sejenak, kembali memandangi lukisan itu.

"Warna biru langit itu."

"Hmm, it's blue hour."

"So your friend Chio made this or what?"

Catherine menggeleng pelan, lalu ikut duduk bersama Rory di sofa. "No, no, no. He was in Japan for a while last month and he remembered how i've been wanting a painting for my living room. So he sent me a photo of this unique mini store he found this small city of Japan. The store called hidden treasure in Japanese." Rory lalu memberikan perhatian penuhnya kepada Catherine yang menceritakan asal usul lukisannya dengan antusias.

Catherine bercerita bahwa sang pemilik toko menjual lukisan ataupun karya seni lainnya dari berbagai seniman. Ada beberapa seniman yang kesulitan menjual karya mereka, dan si pemilik toko itu membantu mereka menjualnya di tokonya yang ia bangun dengan sangat cantik dan menarik di lokasi strategis dan ramai, sehingga selalu menarik banyak pengunjung untuk datang melihat. Selain itu, banyak karya seni yang dijual di sana diberikan si seniman karena hasil jualnya akan didonasikan, seperti untuk membantu komunitas seniman lokal, yayasan perlindungan ibu dan anak, pusat kesehatan mental ataupun perlindungan lingkungan. Pilihannya antara mereka dapat mengambil hasil penjualan mereka atau sebagai fund raiser. Dan pemilik toko itu hanya mengambil 5% keuntungan untuk membantu biaya operasional toko.

"Berarti pemiliknya murni hanya ingin membantu? Tidak mengambil keuntungan apapun bagi dirinya?"

"Hmm," Catherine mengangguk, "Chio mengatakan padaku ia mendengar dari orang sekitar sana kalau pemiliknya memang orang yang sangat kaya. Ia benar-benar mendonasikan ataupun memberi kembali penjualannya. Banyak dari seniman itu memilih berdonasi," lanjutnya.

MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang