Catherine mendekati kolam itu, dan menyentuh airnya. Ruangan tenggelam itu entah mengapa dari atas terlihat sedikit menyeramkan karena nuansa gelapnya.
Mereka akan melakukan rehearsal sebentar sebelum pengambilan gambar yang sebenarnya. Catherine sudah siap dengan kaos lengan panjang dan sweatpants putih panjang yang ia kenakan.
"Wow, that's deep, Cath," celetuk Rory yang menghampirinya. "That's like around fifteen meters deep, atau bahkan lebih," kata Rory horror. Rory lalu ikut merasakan temperatur air itu dengan tangannya, "And it's cold too," menatap Catherine sedikit khawatir.
Catherine berdiri dan menghela nafasnya pelan. Rehearsal akan dimulai, namun pria itu belum kelihatan sama sekali. Catherine sudah menerima takdirnya, "Tidak apa Jun-hee. Aku tidak apa. Kamu jangan merasa bersalah," menenangkan Jun-hee yang terlihat sangat bersalah tadi.
"Baiklah, Catherine, kita sepertinya bisa mulai sebentar lagi," seorang staff datang menghampirinya dan menjelaskan adegan yang akan dia lakukan. Catherine akan menyelam pelan ke bawah lalu ber-akting seperti mencari sesuatu di sekeliling ruangan, mendekati sebuah kotak kayu besar di sebelah piano, membukanya, mengambil sebuah bola lampu berwarna merah di dalamnya, dan memperhatikan bola itu sejenak sebelum perlahan kembali naik ke permukaan sambil membawanya.
"—lalu Evan akan masuk menyelam dan kalian akan bertemu di tengah dan ia akan menarik dan memeluk pinggangmu. Kalian bertatapan untuk sejenak dan cut. Selesai. Kalian bisa langsung naik ke atas," jelas staff itu.
Catherine sudah membaca script itu tadi, tapi mendengar penjelasan ulang ini, rasanya tetap membuatnya gila. Rory kini sudah meninggalkan Catherine—menunggu di dekat sutradara dan para kru, tidak jauh darinya.
Sambil menunggu kedatangan Evan, Catherine memperhatikan kembali isi kolam besar itu, dan mempersiapkan mentalnya—entah untuk menyelam dan mendapatkan bola lampu atau bagian terakhir adegan itu.
"Hmm, karena Evan masih belum datang, apa kamu mau mencoba sendiri dulu, Catherine?" tanya staff itu. Sutradara Woojin pun tampak senang ketika Catherine setuju untuk melakukan rehearsal terlebih dahulu.
Ckck, tidak bisakah pria itu on-time, gerutu Catherine dalam hati.
Catherine perlahan masuk ke dalam kolam besar itu. Bulu kuduknya berdesir merasakan air dingin yang sedikit mengejutkan tubuhnya. Di depannya sekarang ada empat orang yang akan ikut ke bawah bersamanya—lengkap dengan baju menyelam dan tabung oksigen mereka. Dua orang kameramen, seorang pemandu adegan yang akan memberinya sinyal melakukan urutan adegan, dan seorang pemandu selam yang dibutuhkan apabila terjadi sesuatu yang tidak diinginkan.
Ia menarik nafasnya dalam, memastikan penyimpanan oksigen yang pas dalam tubuhnya sebelum menyelam. Catherine perlahan tidak tampak lagi di permukaan, bersamaan dengan keempat orang lainnya. Sementara itu, orang-orang di luar kolam sekarang serius mengamati melalui monitor sutradara.
Catherine melakukan semua arahan dengan baik. Gerakan tubuhnya saat menyelam pun terlihat anggun dan elok, membuat sutradara Woojin sangat terkesan dengan kemampuan wanita itu. Ia ber-akting sesuai dengan yang telah diarahkan, mengambil bola lampu itu—yang tidak ia sangka akan sedikit berat.
Ia menatap bola merah itu sejenak. Sedikit terkesima karena pencahayaan merahnya yang indah di bawah air.
Catherine menatap perjalanannya menuju permukaan di atas. Sudah hampir dua menit ia berada di bawah air. Ia menutup matanya dan mengayunkan kakinya untuk berenang kembali ke permukaan. Terasa lambat walau ia mencoba sekuat mungkin. Catherine mencoba untuk tenang dan tidak panik. Ayahnya mengatakan tidak boleh panik.
Jangan panik, Mori. Kalau panik tubuhmu akan tenggelam, kata Ayahnya dulu.
Tiba-tiba sebuah tangan datang melingkari pinggang Catherine erat. Ia membuka matanya, mendapatkan seseorang yang kini menatapnya.
Evan.
Pria itu lalu mengambil alih bola di tangan Catherine dan membantunya berenang lebih cepat ke atas.
Sesampainya di permukaan, Catherine setenang mungkin mengambil nafas dan mencoba menetralkan pernafasannya kembali.
Evan hanya diam menatap Catherine. Membiarkan wanita itu mengambil nafas sejenak sebelum ia berkata, "Aku sedikit tidak yakin kamu bisa."
"Aku bisa. Dengan dirimu atau tidak pun aku bisa naik sendiri tanpa masalah, kamu tahu," Catherine tidak mau kalah dengan egonya, namun menghindari tatapan Evan yang serius menatapnya.
Di mata para kru dan sutradara, wanita itu terlihat normal dan baik-baik saja tadi saat kesulitan berenang naik. Tapi bagi Evan tidak.
"Kamu menutup matamu, Mori." Kata pria itu dengan nada yang melembut.
Catherine menghela nafasnya, memberanikan diri menatap Evan, "Bisakah kamu berhenti memanggilku Mori. Tidak ada yang memanggilku itu lagi," protesnya dengan kesal.
"Tidak mau," Evan mengangkat alisnya jahil. Catherine merasa jantungnya akan copot detik itu juga. Satu tangan Evan masih bertengger manis memeluk pinggang Catherine dan tangan satu lagi memegang bola lampu.
"Cath, kamu tidak apa?" Rory datang menghampiri kedua orang itu yang tampak dalam dunia mereka sendiri.
"You know, you're under there for almost three minutes!" Catherine mengangguk, memberi sinyal ia baik-baik saja. Mengabaikan reaksi dramatis Rory yang khawatir.
"Catherine, kamu tidak apa?" Jun-hee kali ini bertanya.
"Ia kesusahan. Kalian harus mempersingkat timing adegan di bawah sana sebelum ia harus naik," Evan menjelaskan kepada Jun-hee begitu ia dan Catherine mencapai pinggir kolam. Pria yang biasanya berinteraksi santai saat syuting, kali ini terlihat sangat serius.
"Oke, baiklah. Akan aku pastikan." Jun-hee langsung menurut dan pergi memberitahu sutradara Woojin.
Catherine dan Evan segera memakai bathrobe yang diberikan. Menutupi tubuh Evan yang berbalut kaos putih tipis—menonjolkan biceps, otot perut dan dada bidangnya, menandakan dirinya yang sepertinya rajin berolahraga.
Keduanya merasa kedingingan. Evan sendiri tidak menyangka air kolam itu akan sedingin tadi. Dan membayangkan Catherine harus berenang ke dasar kolam dingin tersebut lagi membuatnya sedikit tidak suka.
Sutradara Woojin datang memuji keduanya, terutama kemampuan Catherine—membuat wanita itu tersanjung dan tersenyum lebar. Adegan yang terekam di kamera terlihat sangat bagus, padahal masih percobaan. Ia juga memastikan saat pengambilan adegan yang sebenarnya nanti, timing-nya akan dikurangi. Bahkan dengan durasi 2 menit 34 detik yang dihasilkan dalam rehearsal ini saja sudah sangat di luar ekspektasi.
"Chemistry kalian juga sangat bagus, aku sangat menyukainya," puji Woojin, di samping Catherine dan Evan yang sedang memonitor adegan mereka tadi.
"Tunggu," celetuk Yunjin yang ikut berdiri dekat keduanya, "—apa kalian saling mengenal?" lanjutnya. Seperti sebuah puzzle yang hampir tersusun di kepalanya, ia bertanya sebelum meletakkan beberapa potongan terakhir yang dapat ditebak.
Karena di saat keduanya mencapai permukaan dengan masih menempel satu sama lain, semua orang menyaksikannya. Tampak terbenam dalam dunia mereka sendiri, membuat sekitar membeku sejenak.

KAMU SEDANG MEMBACA
MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMI
RomanceCatherine tidak menyangka ia akan bertemu kembali dengan Evan. Kali ini keduanya bukan lah anak SMP lagi. Catherine, seorang aktris yang menjadi sorotan karena kehebatan akting-nya yang sangat menjanjikan dalam dunia per film-an. Evan, seorang binta...