PART 9

113 23 0
                                    

"Semua sudah ready?"

"Kolamnya akan terisi air penuh mungkin sekitar sepuluh menit lagi,"

"—lalu kamera sedang di persiapkan. Kita bisa melakukan rehearsal sekitar 30 menit lagi." lanjutnya.

"Ok baiklah," balas Yunjin dan membiarkan staff itu berlalu.

Tempat yang akan dipakai untuk adegan di bawah air itu adalah sebuah ruangan bergaya klasik Eropa bernuansa hitam dan emas—yang sekarang sudah tenggelam dalam air. Didekorasi menjadi seperti ruangan kerajaan yang terbengkalai, dengan bekas kebakaran di dinding dan lantai, begitupun dengan beberapa properti lainnya—piano, tempat tidur, meja, kursi, sofa, beberapa lukisan dinding—yang terlihat usang dan ikut terbakar. Sebuah chandelier besar dan rusak juga tergantung miring di tengah.

Ruangan besar itu dikelilingi oleh tiga jendela besar yang memberi penerangan remang dari luar ruangan yang dihiasi tumbuhan-tumbuhan liar, menggambarkan hutan yang mengelilingi—menguarkan nuansa kelam dan menyedihkan. Yunjin dan timnya sangat lega dengan hasil akhir set itu. Sesuai dengan ekspektasi yang mereka inginkan dan yang Ramon Sander harapkan.

"Hana, dimana Jun-hee? dan apa Catherine sudah datang?" Ia menghampiri Hana setelah beberapa menit mencoba mencari Jun-hee yang tidak kelihatan sama sekali.

"Catherine?"

"Ia sudah sampai barusan dengan manajernya dan mungkin sekarang sudah masuk ke ruang tunggu mereka," lanjutnya. "Kalau Jun-hee," Hana mengerutkan keningnya, "Aku sempat melihatnya—tapi dia terlihat panik dan buru-buru pergi. Tidak tahu kemana," lalu mengedikkan bahunya bingung.

***

"Aarghh," Catherine kalah. Kalah dalam permainan yang ia mainkan di nintendo-nya.

"Ah Sh*bal," bisiknya pelan. Catherine sangat jarang mengumpat kecuali saat ia bermain game yang menguji emosinya. Ia menghela nafasnya lalu menyandarkan dirinya di sofa. Catherine mengalihkan pandangannya kepada Rory yang menatapnya bingung, "Kamu tidak gugup sama sekali, Cath?"

"Aku tahu kamu pandai menyelam, tapi aku tidak menyangka set-nya akan seniat itu—i mean yeah no surprise because this grup is a huge thing, but still," lanjut Rory karena ia sedikit tercengang melihat tempat kolam besar tadi.

"Rory kamu pikir aku bermain nintendo daritadi untuk apa? Ya, benar sekali! Mengurangi kegugupanku."

"Aku juga tidak menyangka—but of course it's Ramon Sander," lanjut Catherine.

"Kamu yakin tidak kelelahan?" Mengingat kemarin mereka syuting hingga jam tiga subuh dan siang ini ia sudah harus syuting menyelam di bawah air.

Catherine mengangguk, meyakinkan Rory bahwa ia cukup fit untuk ini. Sejujurnya Ia sempat merasakan migrain ringan saat di mobil tadi. Tapi sekarang sudah tidak terlalu berdenyut, jadi ia tidak meminta obat ke Rory.

"Aku jadi teringat kemarin," Catherine tiba-tiba tertawa. "Pose mu saat jatuh—" lanjut Catherine tertawa terbahak sambil memegang perutnya. Ia, Rory dan beberapa cast lainnya bermain di ice skating Lotte World tiga hari lalu. "Kamu harus sadar diri, kamu juga payah bermain itu, Cath," balas Rory ikut tertawa, mengingat kebodohan mereka. Keduanya sangat kaku, dan sekelompok anak SD menertawakan mereka.

Catherine dan Rory yang bercanda tawa tiba-tiba dihentikan dengan ketukan di pintu ruang tunggu mereka.

Jun-hee.

"Oh, hai, Jun-hee! Rehearsal sekarang?" tanya Catherine. Gelagat Jun-hee yang tampak sedikit aneh membuat Catherine dan Rory sekarang bingung.

"Ehmm—" Jun-hee menelan ludahnya karena gugup.

Firasat Catherine tidak enak.

***

[35 menit lalu]

"Oh itu Catherine," Jun-hee melihat Catherine dan Rory memasuki gedung dengan salah satu staff mereka yang membantu mengarahkan.

Jun-hee baru saja melangkahkan kakinya untuk pergi menghampiri Catherine ketika temannya berkata, "Oh Catherine sudah datang. Tinggal menunggu Evan."

"Apa?" Ia mengerutkan keningnya, kaget.

"Hah?" balas temannya heran.

"Menunggu Evan? Kenapa kita menunggu Evan juga?"

"Kamu tidak tahu? Dia mengiyakannya,"

"Mengiyakan apa?"

Temannya menghela nafas pelan melihat Jun-hee yang lama berpikir itu dan berkata, "Pemeran cowok di adegan ini. Ji-hoon mengatakan ke Yunjin bahwa Evan bersedia melakukannya."

"Tunggu— aku pikir dia fix tidak mau. Aku mengatakan kepada Catherine ia hanya akan melakukan adegan ini SENDIRI," kata Jun-hee menekan kata akhirnya.

"Aku juga tidak tahu, aku baru mendengar ini beberapa hari lalu,"

"Kamu tahu, aku membaca script-nya kemarin dan," ia menutup mulutnya dengan satu tangan lalu lanjut berkata, "—sentuhan fisik di adegan itu," membayangkan apa yang ia baca membuatnya salah tingkah kembali, "—memeluk pinggang!?"

"Ini aneh. Pria itu bahkan menolak adegan pegangan tangan dengan pemeran cewek di video musik tahun lalu, tapi dia setuju dengan memeluk pinggang!? WHAT!? Santai dulu gak sih!?" lanjut temannya heboh.

"Terlebih lagi, jadwal mereka sibuk sejak seminggu terakhir, aku juga bingung kenapa Evan mau."

Jun-hee hanya terdiam sedari tadi mendengar perkataan temannya.

Ia mengusap matanya dengan frustasi, merasa seharusnya ia memastikan kembali. Mengatakan bahwa Catherine hanya berkenan sendiri, karena tim-nya tentu masih terbuka dengan kemungkinan Evan mengiyakan adegan ini.

Tapi mana aku tahu, pria itu saja tidak pernah mau selama ini. Tentu aku berpikir tidak akan ada kemungkinan dia mengiyakan, Jun-hee membela dirinya dalam hati.

Mendapatkan Catherine untuk memerankan ini adalah suatu keberuntungan dan Jun-hee merasa ia merusak kesepakatan yang ia sampaikan kepada wanita itu. Ia mengingat raut wajah Catherine yang ragu dan ingin menolak seketika menghilang setelah ia mengatakan bahwa Catherine akan melakukan adegan itu sendiri.

Jun-hee menghela nafasnya dalam dan berkata, "Aku pergi dulu." Ia harus memberitahu dan meminta maaf pada Catherine sebelum wanita itu terheran melihat Evan.

MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang