PART 12

149 22 3
                                    

[10 tahun lalu]
21 Agustus 2014, Musim panas di Korea Selatan.

"Baik. Semua murid sudah di bus," kata Ji-ah Kim, guru wali kelas delapan itu kepada bapak pengemudi bus. Rombongan kedua bus besar itu pun mulai berjalan menuju tujuan lokasi camping. Libur musim panas akan berakhir lima hari lagi dan semester baru akan dimulai.

"Catherine," Ji-ah mengerutkan keningnya setelah mencapai bangku paling belakang bus dan menemukan murid perempuan yang duduk sendiri itu. Fokus dalam dunianya sendiri, sembari memandangi jalanan dari jendela di sampingnya.

Catherine yang menyadari gurunya melepas earphone-nya sebelah, "Aku sudah mengatakan, bukan? Tidak boleh membawa alat elektronik, Catherine."

Catherine lupa.

Ji-ah mengulurkan tangannya, meminta Catherine menyerahkan ipod dan earphone-nya. Ia menatap Catherine lembut, "Maafkan aku, aku harus menyitanya hingga dua hari kedepan." Ji-ah ingin duduk menemani Catherine, tapi ia takut perempuan itu tak nyaman.

Sebelum berbalik ia kembali berkata, "Everyone here is open to befriend you. Don't isolate yourself too much, Catherine." Catherine menatap Ji-ah datar. Menghela nafasnya pelan seiring guru itu meninggalkannya dan kembali memandang jalanan di luar.

Ayah dan kakaknya memaksanya untuk ikut kegiatan camping ini—berharap Catherine membuat teman dekat di sekolah barunya setelah satu semester berlalu. Catherine pindah sekolah di tahun kedua tingkat sekolah menengah pertama.

Ji-ah beberapa kali melaporkan betapa diamnya Catherine sejak ia masuk dan tidak membuat teman sama sekali dengan yang lainnya. Setiap hari Catherine akan duduk sendiri dan hanya berbicara seperlunya jikalau ditanya.

"Dia sangat pendiam, aku heran kenapa dia memilih untuk ikut kegiatan ini,"

"Aku harap aku tidak satu tenda dengannya, pasti akan sangat canggung,"

"Aku bingung bagaimana dia bisa berpartisipasi dengan aktif di permainan nanti,"

"Pfttt, aku pikir lebih baik dia tidak ikut kalau seperti itu,"

"Kamu tahu, aku dengar dia membuat masalah besar di sekolah lamanya. Makanya dia pindah,"

"Benarkah?"

"Kenapa kepala sekolah kita menerimanya,"

Suara-suara yang tidak ingin Catherine dengar. Namun alunan lagu dari ipod nya sudah tidak bisa membentengi telinganya lagi.

"Hai, Aku Ha-yoon Kim," kata seorang perempuan tanpa diundang yang tiba-tiba datang mengulurkan tangannya untuk menjabat Catherine. Dengan tatapan datar Catherine menjabat uluran tangan itu cepat dan mengalihkan pandangannya kembali ke jendela.

"Kamu tidak akan memperkenalkan dirimu?" Ha-yoon menduduki tempat duduk kosong di samping Catherine dengan santai.

"Catherine Amora Yareli," balas Catherine pelan—setelah terdiam sejenak, sambil menatap Ha-yoon bingung. "Oh, bus kelasku penuh jadi aku secara sukarela menumpang di bus kelas kalian," jelas Ha-yoon, mengerti dengan kebingungan Catherine.

"Anyways, senang berkenalan denganmu. Tapi aku bingung. Kamu orang Korea tapi kenapa namamu tidak ada unsur Korea sama sekali. Ini unik. Karena setidaknya walau ini sekolah internasional, semua murid Korea lainnya di sini punya marga Korea."

"Apa ada alasan?" Ha-yoon sangat penasaran. "Tidak. Tidak ada alasan." Ha-yoon hanya mengangguk mendengarnya, mengerti jika Catherine tidak ingin memberitahunya kenapa.

MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang