PART 11

133 25 0
                                    

Pertemuan pertama mereka setelah sekian lama sewaktu di Dubai tiga bulan lalu sekarang terasa telah berlalu lama bagi Catherine, mungkin karena kesibukannya.

Ruangan Catherine telah didatangi oleh beberapa orang yang meriasnya dan menyiapkan gaun yang akan ia kenakan nanti. Catherine mengambil ice americano-nya kembali, memastikan dirinya segar dari rasa kantuk yang ia rasakan. Ia pun sangat aktif mengobrol dengan perias wajah dan rambutnya. Apapun untuk mengalihkan pikirannya dari Evan.

"Tidak," dan "Iya," jawab keduanya bersamaan menjawab Yunjin tadi. Evan mengernyit mendengar jawaban Catherine dan menatap wanita itu.

"Err, yang benar adalah?" tanya Yunjin dengan canggung, karena keduanya memberikan jawaban yang berbeda.

"Kami saling mengenal, Yunjin." Yunjin menganggukkan kepalanya pelan mendengar Evan.

"Iya, maksudku," tambah Catherine, "—aku tadi ingin mengatakan iya tapi terpeleset jadi tidak," dan mengedikkan bahunya santai.

"Oh, tidak heran chemistry kalian bagus, kalian ternyata saling mengenal." Fakta yang sekaligus menjawab rasa penasaran Yunjin saat Ji-hoon memberitahu bahwa Evan mengiyakan adegan itu. "Baiklah, kita akan istirahat sebentar dan menunggu hingga kalian selesai bersiap untuk nanti," Yunjin lalu pamit, begitu juga dengan para kru lain.

Catherine dan Evan tidak sempat mengobrol banyak, karena kedua manajer sudah memanggil. "Aku ingin kita mengobrol setelah ini semua selesai. Boleh?" Pertanyaan yang Evan tanyakan sebelum keduanya berpisah. Catherine mengangguk, "Boleh."

Pikiran Catherine kini berkelana mencari alasan untuk mengelak jika Evan menanyakan hal yang tidak ia inginkan. "Wow," Rory memasuki ruangan setelah menerima panggilan telepon di luar. Catherine sudah selesai dengan riasannya, dan seseorang sedang mengaitkan kancing gaun yang ia pakai.

Sebuah gaun floral putih—terbuat dari silk chiffon berkualitas terbaik, sedikit berbentuk mermaid namun tidak ketat bagian pahanya—memberi ruang yang longgar untuk mengayunkan kakinya saat menyelam, dan sangat panjang hingga menyeret di lantai. Gaun itu berlengan panjang dan memiliki tali di bagian tengah dada untuk diikat dan menutupi belahan yang panjang—menonjolkan leher telanjangnya. Catherine terlihat sangat cantik, seakan-akan gaun itu terbuat untuk dirinya. Membalut tubuhnya dengan pas.

Satu set perhiasan mutiara—anting dan kalung—ikut menghiasi Catherine. Rambutnya digerai bergelombang panjang memakai hair extensions, dengan riasan wajah yang berwarna lebih bold dan sentuhan smoky eyes.  Ia terlihat simpel namun mewah.

Semua orang yang membantu Catherine bersiap tadi sudah pamit keluar. "Aku ingin mengatakan kamu terlihat seperti pengantin," Catherine langsung mengerutkan keningnya, "—but for the floral pattern on it, i'd say you're more of a fairy or princess," koreksi Rory.

"That floral and flowy dress is so pretty on you. Ramon literally pulled a Dior archive for this, wow." Catherine menatap Rory lembut, "Thank you."

"Kamu tidak deg-deg an?"

"Buat menyelam?"

"Kamu tahu maksudku, Catherine." Wanita itu memutar matanya, "Biasa aja."

"Benarkah?" Rory mengangkat alisnya, meragukan balasan Catherine dengan senyum jahil. "Aku bahkan berpelukan dan beradegan mesra dengan Minho kemarin saat syuting. Kamu tidak lihat? Ini biasa." Minho adalah aktor pria keturunan Amerika-Korea yang menjadi lawan main Catherine di film rom-comnya. "Yeah, and he's literally gay." Rory memutar matanya kali ini.

"But he's still a man. Same thing." Rory menghela nafas, sudah malas menjawab lagi.

Namun ia kembali berkicau, "Setelah semua editan hot Evan yang dapat ku temukan di Tiktok? Aku tahu kamu selalu membukanya." Pria itu lalu beranjak cepat keluar, menuju toilet. Menghindari Catherine sebelum wanita itu menyemburkan argumennya.

MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang