PART 35

56 21 1
                                    

"Evan, apa lukamu masih sakit?" tanya manajer Ji-hoon, mendekati Evan yang sedang menghapus make-up setelah syuting live performance mereka untuk SNL. 

Tim make-up tadi cukup banyak melapiskan concealer agar luka itu sama sekali tidak terlihat. Ji-hoon melihat pria yang mengatakan ia terluka karena terpeleset di kamar mandi itu dengan prihatin. Reaksi pertamanya tentu sangat kaget. Separah apa ia terjatuh hingga luka seperti itu, pikirnya. Evan belum pernah sekonyol itu sebelumnya.

Ya, itulah informasi yang Ji-hoon ketahui karena Evan tidak memberitahu siapapun apa yang sebenarnya terjadi kecuali Jake dan Young-jae. Setidaknya untuk saat ini. Bisa-bisa kebebasannya di batasi jika pihak agensinya tahu ia baru saja baku hantam dengan tiga pria di lahan pribadi seseorang kemarin malam.

"Hanya sedikit karena memar, besok atau lusa paling sudah tidak sakit lagi. Lagipula ini sudah mengering," jawab Evan enteng.

Seharian ini sangat melelahkan bagi tubuhnya. Ia pun baru bisa tertidur jam 3 pagi dan terbangun pukul 12 siang. Kemudian rangkaian jadwal mereka hari ini berlangsung dari jam 4 sore hingga 7 malam. Ia tetap menunjukkan penampilan bernyanyi dan menari penuh energi walau otot tubuhnya tidak dalam kondisi baik.

Sekembalinya ke hotel Evan langsung mandi dan bersiap diri. Niat Evan yang ingin mengajak Catherine melihat suatu pameran terpaksa ia batalkan karena deadline tugas tambahan yang ia ambil ternyata besok pagi. Maka dari itu, ia merencanakan sesuatu yang lain.

"Probably about two hours," jawab Evan kepada seseorang di seberang telepon.

"Thank you so much, mate," tambahnya sebelum mengakhiri panggilan itu.

Evan mengambil topinya lalu membuka pintu kamarnya dan langsung disambut oleh raut bingung Seong-joon di depan pintu. "감짝이야 {gamjjagiya}," kata Evan pelan. Seong-joon mengernyit melihat penampilan Evan yang tampak keren untuk berpergian. "Mau kemana, Hyung?"

"Aku ada janji."

Seong-joon memicingkan matanya, "Menemui Natsuki mantanmu?"

"Bukan," Evan menghela nafasnya, "Janji dengan teman lama," jawabnya dan Seong-joon mengangguk mengerti. Informasi seadanya namun Evan dan Seong-joon saling paham.

"Ada apa? Kenapa kemari? Ada yang kamu butuhkan?"

Seong-joon menggeleng, "Tidak, tidak ada. Hanya ingin mengajak main game tadi. Tapi pergilah, hyung. Hati-hati di jalan." Ia berjalan kembali ke kamarnya yang terletak di sebelah kiri Evan. "Hyung," panggilnya lagi setelah membuka pintunya.

Evan menatap Seong-joon dan mengangkat alisnya.

"Hyung benar-benar keren. Melawan tiga pria sendirian hingga mereka pingsan semua? Wahh, daebak!" serunya santai dan takjub tanpa menatap Evan, "Sepertinya aku harus berguru bela diri denganmu, jika suatu saat harus melindungi diri atau teman lama-ku," lanjutnya sambil mengecek bisep tangannya dan berjalan masuk kamar, meninggalkan Evan yang hanya berdiri diam mendengarnya.

Tentu saja. Jake sudah memberitahu yang lain.

***

Seorang supir yang membawa Catherine dan Evan dengan Range Rover hitam kini memberhentikan mobil itu di area Midtown Manhattan setelah 15 menit perjalanan.

"It's closed already," kata Catherine memberitahu Evan lagi karena ia bingung mengapa mereka sekarang berada di samping gedung New York Public Library.

"I know. That's why we're here," jawab Evan lalu membuka pintu mobilnya.

"Tunggu, tidakkah ini bahaya?"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: 15 hours ago ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang