PART 27

87 20 0
                                    

"Aku pikir Tuan Evan pantas menuntut keadilan seperti itu. Tidakkah kamu berpikir sama denganku juga?" tanya wanita muda itu kepada seorang wanita paruh baya yang memiliki peran lebih senior sebagai asisten rumah tangga rumah mewah itu.

Setelah menyelesaikan pekerjaan mereka kini keduanya duduk beristirahat sejenak di area halaman belakang.

"Ya, aku juga. Tuan Byung-ho sudah mendoktrinnya dengan beban bisnis keluarga mereka sejak ia kecil."

Wanita muda itu mengangguk mendengar lawan bicaranya membalasnya. "Dia masih sangat muda. Tentu saja dia ingin menikmati hal-hal yang disukainya dan menghabiskan waktu bersama sahabat-sahabatnya. Ia bahkan sebenarnya tidak pernah menolak tuntutan tersebut; hanya butuh waktu untuk menikmati karir musiknya sebelum mendedikasikan dirinya pada kewajibannya nanti," lanjut wanita tua tersebut yang semakin terlena membicarakan topik percakapan mereka.

"Hmm, tapi keluarganya selalu mendesaknya hingga ia frustasi. Padahal yang ia inginkan sekedar dukungan simpel—tanpa desakan, dalam waktu yang ia miliki sekarang. Setelah berbagai ekspektasi yang diberikan sejak ia kecil, aku pikir ia boleh sedikit egois untuk ini," balas wanita muda itu dan disambut anggukan dari si wanita tua.

Mereka terdiam sesaat menikmati angin sore dan suasana tenang halaman yang sangat luas dan asri milik sang tuan rumah—orang tua Evan.

"Terkadang saat Tuan Evan membawa teman-temannya ke rumah untuk bermain basket, aku hanya berpikir dia pasti tidak akan rela jika meninggalkan grupnya. Atau meninggalkan rutinitas karirnya," kata si wanita muda yang beberapa kali melihat Evan dan sahabat satu grupnya nongkrong di lapangan basket rumah dengan penuh tawa canda, menikmati waktu luang bersama. Semua itu biasanya Evan lakukan kalau sang ayah sedang dalam perjalanan bisnis. Sedangkan kakakknya memang memiliki rumah sendiri. Hanya sang ibu yang akrab dengan Evan serta grupnya. Yeon-hwa yang adalah seorang chef ternama dan memiliki bisnis restoran juga kerap memasakkan makanan-makanan enak buat Evan dan sahabat-sahabatnya saat mereka berkunjung.

Wanita muda itu kini mengeluarkan bungkus makanan yang ia miliki karena lapar, belum berniat untuk menghentikan topik percakapan, ia lanjut berkata, "Sewaktu ia jalan keluar dari ruang makan kemarin aku sempat melihatnya," memicingkan matanya sedikit dengan mulut melengkung ke bawah, "Aura yang menguar saat sedang serius atau emosi dan sanggup menciutkan itu sepertinya salah satu poin penting Tuan Byung-ho sangat berkomitmen agar Evan mengambil posisinya suatu saat."

"Ia seorang yang supel tapi saat sedang serius, wah auranya tidak main-main," lanjutnya. Mengingat salah satu temannya yang merupakan penggemar berat Evan tidak jarang menunjukkan betapa idamannya pria itu. Temannya itu mengetahui ia bekerja sebagai ART di perumahan elit namun tidak tahu untuk siapa. Mungkin temannya akan kaget jika tahu ia bekerja untuk keluarga Evan, sang bintang dunia tersebut. Karena tentu semua yang bekerja di rumah keluarga Evan harus menandatangani NDA atau non-disclosure agreements. Hal ini sangat umum untuk menjaga informasi para individual yang terkenal dan berpengaruh.

"Tapi Evan anak yang sangat baik," kata si wanita tua dengan jujur. Ia telah bekerja bersama keluarga itu lama, sejak Evan SMP. Dan ia mengingat Evan tidak pernah sekalipun membuat masalah serius dan selalu memperlakukan para pekerja di rumah dengan sopan dan ramah.

Wanita muda itu mengangguk setuju. Namun mengingat ia baru bekerja sejak awal tahun lalu, masih banyak hal yang membuatnya penasaran. Ia mengernyit lalu berkata, "Bagaimana dengan Lee Hyun-woo? Aku juga bingung kenapa dia sebagai anak pertama malah diberi banyak kelonggaran." Tidak berbeda jauh dengan Evan saat makan malam kemarin, wanita muda itu pun juga membingungkan hal yang sama.

Pandangan wanita tua itu kini berubah penuh kehati-hatian. Ia sejujurnya tidak tahu dengan detail, tapi ada sebuah puzzle dalam pikirannya selama ini terkait hal itu.

"Aku sempat mendengar Tuan Evan menyebutkan tentang kaki Tuan Hyun-woo yang sudah sehat," wanita muda itu semakin mengernyit, "apa ia pernah kecelakaan?" Tatapan bingung itu kemudian beralih pada wanita tua di sampingnya yang sekarang tampak terdiam saja.

Perihal perceraian yang pernah terjadi, wanita tua itu sedikit banyak tahu. Kemudian Won-hee, anak Hyun-woo dari istri yang ia ceraikan. Begitu juga kecelakaan mobil yang pernah Hyun-woo alami sekitar lima tahun lalu. Benar, kehidupan Hyun-woo dapat dikatakan memiliki banyak benturan dan drama jika dibandingkan dengan Evan, adikknya.

"Iya, dia pernah mengalami kecelakaan mobil di tahun 2019. Tidak memakan korban. Kakinya juga sudah sembuh." Walau sepertinya tidak sepenuhnya. Ia beberapa kali melihat Hyun-woo menahan rasa tidak nyaman di bagian kaki kanannya—yang pernah di operasi. Berpikir operasi tersebut sepertinya tidak dapat menyempurnakan kembali kondisi kakinya seperti semula.

"Ahh, begitu," balas wanita muda itu meskipun ia masih penasaran apa penyebab kecelakaan tersebut. Tapi ia tidak ingin menggali lebih jauh, karena ada hal lain yang lebih ingin ia tahu.

"Tapi kalau ia sudah sehat, kenapa sebagai anak pertama ia tidak dituntut apapun?"

Ada sesuatu yang pernah mengganjal pikiran wanita muda itu. Sudah cukup lama kejadiannya—mungkin akhir tahun lalu, dan saat itu Hyun-woo sedang berkunjung ke rumah. Ia tidak tahu pasti apa yang terjadi karena saat itu ia sendiri baru saja selesai membersihkan halaman. Memasuki rumah dan melihat suatu kejadian yang membuatnya kaget. Hyun-woo yang di bopong menuju mobil dan darah banyak menetes di lantai. Pelayan rumah lainnya mengatakan ia hanya sedang kelelahan dan mimisan.

"Apa ia sedang... sakit?"

"..."

"Seperti kemarin, tidakkah kamu merasa raut Tuan Hyun-woo sedikit lesu tidak fit, sepeninggal Tuan Evan. Dia terlihat baik-baik saja tapi raut wajahnya tidak bisa berbohong jika kamu perhatikan baik-baik." Wanita muda itu mengutarakan pendapatnya saat ia tidak sengaja mendapatkan Hyun-woo sedang termenung pasca makan malam kemarin.

"..."

Wanita muda itu kini menatap kembali wanita tua di sampingnya, karena kembali hanya mendapatkan keheningan atas perkataannya.

"Berhentilah menduga-duga yang tidak benar atau yang kita tidak tahu pasti. Aku juga tidak tahu. Pekerjaan kita disini bukan untuk mengurusi itu," jawab wanita tua itu akhirnya, dengan tegas. Mengingatkan rekannya agar tidak terlalu ikut campur urusan keluarga sang tuan rumah.

"Lupakan saja asumsi apapun yang ada dalam pikiranmu jika kamu tidak ingin hal ini menjadi boomerang untuk pekerjaanmu." Wanita tua itu pun akhirnya berdiri, karena mereka sudah harus melakukan hal lain sebab besok Yeon-hwa akan menyambut tamu dan mengadakan sebuah acara di rumahnya.

Menyudahi percakapan terakhir mereka mengenai Hyun-woo. Walaupun wanita tua itu lumayan lebih tau perihal yang teman bicaranya tanyakan, ia tidak akan memusingkan hal itu lebih lanjut.

Dan tentu saja, Evan tidak mengetahui apa yang ia ketahui itu.

Asumsinya mengenai kaki Hyun-woo yang masih membawa ketidaknyamanan dan rasa sakit. Juga asumsinya mengenai penyakit Hyun-woo dan pengobatan yang rutin ia jalani di Jepang.

MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang