"KAMU APA!?"
Raut terperangah di wajah Rory terlihat jelas walau tertutup mosturizing face mask. Ia tidak salah dengar ia baru saja mendengar artisnya itu dikejar tiga orang pria kemarin malam. Catherine telah menceritakan semua yang terjadi. Dan sekarang butuh beberapa saat bagi Rory untuk merasionalkan aksi Catherine itu.
Rory menghela nafasnya dengan pasrah, "Cath, kamu tidak bisa membuat manajermu sering jantungan seperti ini." Terakhir ia ingat—masih sangat jelas, belum sampai dua minggu lalu, wanita itu berlari sekitar 500 meter dalam Prada high heel boots-nya di London karena mengejar pencopet. Padahal yang dicopet pun bukanlah mereka.
"Dan kenapa kamu tidak mencari tempat ramai saja? It'd be safer to get help."
"Tenagaku sudah terkuras melawan mereka dan berlari. That's the farthest hiding spot I could go yesterday okay. Susah menemukan tempat ramai karena kemarin jalanan sepi. Also I just got the Alexandra Ghom's role, I didn't want to affect it if any chaos occurred."
"Lalu, Evan sedang di New York dan dia menolongmu?"
"Iya, dia di sini untuk SNL."
"Kuat juga pria itu melawan tiga pria sendiri," kata Rory takjub.
"I know, aku juga kaget. He's like skinnier than his opponents. He literally hip tossed one of them."
"I mean, their dance moves are always insane and energetic, I guess training and doing it for years really helps build body strength."
"And I beg you don't do that anymore, Cath. It's dangerous. You can help but... not alone like that. Please do think about your life and career," lanjut Rory terakhir dengan serius sebelum ia masuk kamarnya. Ia tidak ingin memperpanjang lagi karena nasi sudah menjadi bubur. Hanya berharap Catherine benar-benar melakukannya.
"Oke," gumam Catherine, sedikit menciut dan merasa bersalah atas pengakuannya pada Rory. Tapi ia tidak menyesali perbuatannya untuk menolong.
Catherine melihat jam tangannya yang sudah menunjukkan pukul 19.32. Ia berjalan menuju cermin besar di ruang tengah apartemen Rory dan melihat penampilannya malam ini.
Wolf haircut pendeknya yang sekarang sudah tumbuh melebih pundak tampak lebih ber-volume karena blowout tadi siang oleh stylist-nya sebelum interview. Catherine merapikan kaos putih dalam sweater hitam cashmere-nya yang ia pasangkan dengan celana corduroy hitam pekat. Pakaian full hitam itu sangat kontras dengan kulit putihnya.
Catherine tidak begitu tahu kemana ia dan Evan akan pergi, pria itu hanya mengatakan ia akan menjemputnya jam 8 malam dan Catherine telah mengirim alamat Rory.
"Cath, aku akan pesan makanan, do you want anything?" tanya Rory melihat wanita itu sudah kembali bersandar nyaman di sofa ruang tengah. Menyadari penampilan Catherine, ia berkata lagi, "Kenapa serba hitam? You're going on a date not to a funeral."
Kening Catherine langsung mengkerut, tidak terima dengan perkataan Rory, "It's not a date, Rory. Just a normal nigh out with. A. Friend. A long lost friend."
Or maybe I am going to a funeral. A funeral of the younger me who once liked him, pikirnya dalam hati.
"And no, I don't want anything. Thank you for asking," jawab Catherine sambil menyelimuti kepalanya dengan syal hitamnya.
"That 'friend' being one of the world's hottest male from best selling group in the world right now. Yeah, okay." Catherine memutar matanya mendengar Rory.
![](https://img.wattpad.com/cover/374406456-288-k798268.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
MORE THAN YESTERDAY | DDEUNGROMI
RomanceCatherine tidak menyangka ia akan bertemu kembali dengan Evan. Kali ini keduanya bukan lah anak SMP lagi. Catherine, seorang aktris yang menjadi sorotan karena kehebatan akting-nya yang sangat menjanjikan dalam dunia per film-an. Evan, seorang binta...