20 ' Siapa Dia?

751 85 7
                                    


"Krit kau darimana! " suara orang itu membuat pendengaran Krit terganggu. Baru saja ia sampai di mansion sudah disuguhi oleh omelan seorang pria.

"Kenapa Phi masih disini? Bukankah aku sudah menyuruhmu untuk kembali saja ke rumah mu?" Krit menatap dingin Force yang berdiri di hadapannya.

"Tidak! Aku akan tinggal bersamamu disini!"

Krit membuang nafas kasar. "Phi, aku lelah. Aku ingin istirahat."

"Sayang, aku merindukanmu. Bisakah kita habiskan waktu seperti dulu lagi?" Force mengendus tubuh Krit. Namun tiba-tiba ia mencium parfum lain yang berasal dari tubuh kekasihnya.

"Jangan katakan jika kau bermain jalang lagi? " Force menatap Krit dengan tatapan tajam.

Krit hanya memutar bola matanya malas, "Phi tidak pernah mempermasalahkan ini bukan? Lalu kenapa bertanya?" jawab Krit dengan begitu dingin dan arogan.

"Mau sampai kapan? Kita sudah akan menikah, berhenti bermain-main dengan para jalang, kau punya aku?!" Force menatap Krit penuh dengan kemarahan.

'Tapi aku tidak mau di tusuk lagi!' jerit Krit dalam hatinya.

"Apa kurangnya aku sayang? Aku bisa memberikan apa yang kau butuhkan? Aku bisa memberikan keturunan, berhenti bermain-main dengan para jalang itu!"

"Jaga bicara mu Phi, aku tidak sembarangan tidur dengan siapapun." jawab Krit dingin. "Dan satu lagi, Phi tahu aku seperti apa sedari dulu. Kau juga tidak pernah mempermasalahkan aku tidur dengan siapapun jadi berhenti untuk seolah kau merasa tersakiti!"

"Sayang, tap-"

"Diamlah, aku sedang tidak ingin berdebat."

Tanpa mengatakan sepatah kata lagi, Krit segera meninggalkan Force begitu saja dan menuju kamarnya.

Force mengepalkan tangan kuat-kuat, ia bukan pria bodoh yang tidak tahu apa-apa. Ia membuka ponselnya dan menatap foto di sana dengan penuh amarah.

"Kau hanya milikku Krit!" tegasnya dengan meremas ponsel itu kuat-kuat.

Keesokan harinya.

"Presdir Pakorn, maafkan aku telah membuat mu menunggu." Navel melangkahkan kakinya ke dalam ruang meeting. Sungguh, ia merasa tak enak hati telah menunggu orang itu terlalu lama.

Pagi ini ia bangun telat dan lupa jika paginya memiliki meeting dengan Pakorn.

Pakorn tersenyum hangat pada Navel yang baru saja datang dengan wajah begitu cerah. "Tidak apa, aku pun baru saja datang."

Navel pun membalas senyuman Pakorn dan duduk berseberangan dengannya. "Baiklah presdir, apa bisa kita mulai meeting kita sekarang?"

Korn menganggukkan kepalanya. "Ya, silahkan."

Navel menggerakkan tangannya, meminta Thanin untuk membawakan berkas-berkas yang dia minta. Tak berselang lama, Thanin membawa semua yang tuannya inginkan.

"Presdir Korn, aku sudah dengar jika kau ingin menjalin kerja sama dengan perusahaan ku dalam membangun sebuah Hotel di Seoul dan Beijing?" ujar Navel saat membuka berkas itu.

"Ya, Korea dan China banyak memiliki turis. Aku ingin kita membangun hotel kalangan menengah hingga kelas atas . Agar bisa di jangkau oleh kaum menengah dan atas. " Korn menyenderkan punggungnya ke sofa, ia menatap Navel dengan senyum manis di wajahnya.

Navel menganggukkan kepalanya tak begitu memperhatikan Korn yang sedang menatapnya dengan intens ia fokus pada berkas di meja. "Aku setuju dengan ide anda Presdir, apa anda memiliki ide untuk membangun ini?"

Perfect Match [ PPV- TAMAT✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang