30 ' Serangan

730 82 9
                                    

Sebuah mobil mewah terparkir tak jauh dari apartemen yang saat ini Navel tempati. Seorang pria paruh baya menatap dingin pada mobil Krit yang baru saja meninggalkan area parkir. Sebuah tatapan yang lekat dan tajam.

"Tuan, apakah anda akan menemui tuan Navel hari ini?" tanya Ping seraya menatap Phanit dari kaca spion.

"Tidak. Belum hari ini, aku masih membiarkannya bebas. Tapi besok, aku akan menemuinya dan menghilangnya dari hadapan putraku." jawab Phanit dengan sorot mata penuh kebencian mendalam.

"Baik. Tapi tuan, Navel hanya tinggal di apartemen itu sementara. Dia masih sering pulang ke rumah orang tuanya. Informasi terakhir yang saya dapatkan, dia juga belum berangkat ke perusahaan sampai hari ini dan hanya diam menyendiri di apartemen nya."

"Kau cari tahu lebih banyak tentang siapa Navel. Aku ingin tahu kenapa Krit lebih menyukai pria itu daripada Force."

"Baik tuan."

Phanit menghunus tatapan tajam ke arah gedung apartemen itu. Sebuah tatapan penuh kebencian dan kemarahan yang menelusup ke dalam dirinya. Dia masih ingat bahwa Krit berani melawannya hanya karena dia telah mengenal Navel. Padahal sebelum nya, Krit tidak pernah berani melawan orang tuanya sendiri.

'Aku akan segera membuat mimpi mu untuk bersanding dengan putraku. Jauh, sampai orang tuamu pun mungkin tidak akan bisa menemukan mu.' lirih Phanit dengan mengepalkan tangannya kuat sampai kukunya memutih.

•••

"Vel, apa yang kau pikiran?"

Pertanyaan Nuea membuyarkan lamunan Navel. Kini Navel beralih menatap Nuea yang ternyata sudah duduk di sampingnya.

"Kau sudah pulang?"

"Hari ini pekerjaan ku tidak banyak. Maaf meninggalkan mu sendirian." Nuea meletakkan sebuah jus alpukat kesukaan Navel akhir-akhir ini. Dia mampir membelinya saat hendak pulang.

"Ada yang kau pikirkan? Kau tampak kacau." lanjut Nuea.

Navel terdiam sesaat, wajahnya tampak muram. "Tadi Krit datang menemui ku."

Nuea terkejut. "Pria itu masih berani menemuimu setelah berbohong? Apa yang dia katakan?"

Navel menarik nafas panjang. Dia mulai menceritakan segala yang tadi Krit berusaha jelaskan padanya.

"Sekarang, aku tidak tahu dengan perasaan ku. Rasanya semuanya terasa kacau."

"Boleh aku bertanya Vel?"

"Ya?"

"Apakah setelah Krit menceritakan semua itu, kau masih menaruh hati padanya?"

"Nu, aku akan sangat munafik jika mengatakan aku tidak merindukan nya, tidak mencintainya. Tapi, aku tidak tahu harus bagaiamana Nu. Hati dan jiwa ku berbanding terbalik dengan semua ini. Aku masih mencintai nya tapi aku menolak dia untuk ada di dekatku."

Wajah Navel kembali muram, netranya berkaca-kaca. Nuea merasa bersalah karena menanyakan hal yang tak seharusnya ia ucapkan sehingga membuat suasana hati sahabatnya kembali memburuk.

"Ya sudah, lupakan saja. Bagaimana kalau kita ke kafe? Aku juga ingin makan manis seperti mu. Ada kafe baru di dekat sini, dan mereka menyediakan berbagai jenis cake manis yang pastinya akan membuat hatimu bahagia."

Perfect Match [ PPV- TAMAT✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang