36 '

747 83 7
                                    

┈┈┈••✦ Happy Reading ✦••┈┈┈•

Krit memporak-porandakan seluruh isi yang ada di dalam ruangannya. Seluruh barang-barang yang dominan berbahan keramik itu pecah hancur lebur tak terbentuk di lantai. Amarahnya dalam dirinya tak lagi mampu ia tahan. Pemuda itu terus berteriak-teriak, menggeram dan tak segan menganiaya siapa saja yang sengaja atau tanpa sengaja terlihat di depan matanya. Pikirannya terus berputar pada Navel yang tak terbalut apapun dalam pelukan pria lain.

"Sialan! Brengsek!" Krit berteriak. Dia mengambil gucci besar yang ada di sampingnya dan membantingnya sampai terbentur ke dinding.

Hancur sudah, kini ruangan milik Krit kacau balau.

"Tuan Krit?" Kei masuk ke dalam dan tubuhnya membeku melihat ruangan yang sudah kacau balau karena banyak pecahan keramik di sana.

"Ada apa kau ke sini!" seru Krit meninggalkan suaranya.

"Maaf tuan, apa perlu saya menyelidiki siapa orang yang mengirimkan foto-foto itu pada mu?" tanya Kei dengan hati-hati.

"Untuk apa kau menyelidikinya huh? Kau jelas membuang waktu ku Kei! Sudah jelas, jelas dia mengkhianati ku!"

Meskipun takut, Kei masih mencoba memberanikan diri mengungkapkan ke ganjalan dalam hatinya. Ia menggeleng pelan karena tenyata pemikiran tuannya ini sempit sekali ketika sedang marah. "Tuan maaf, tapi menurutku foto-foto itu seperti rekayasa. Saya sudah menyelidiki seluk beluk tuan Navel dan dia bahkan tidak pernah berhubungan dengan pria manapun. Kau tahu tuan, dia bahkan dulunya bukan penyuka sesama jenis."

"Jangan mencoba mengajari ku Kei! Sudah jelas dia sudah tidur denganku, dia sudah menjadi Gay! Dia tidak puas dengan hanya denganku, dia marah padaku lalu dia membalasnya dengan cara berselingkuh di belakangku! Bahkan Phi Force yang berulang kali aku selingkuhi, tapi ia tidak pernah sekalipun mau membalasnya!"

Kei terdiam. Dia sudah tak tahu harus berbicara apalagi jika keadaan Krit tengah seperti ini. Mengajak seseorang yang sedang di selimuti amarah sama saja sedang menyulut api dalam tanah gersang. Lebih baik Kei diam, dan berbicara lain kali saja.

Kei memutuskan untuk pergi dari sana dan meminta para pelayan untuk membersihkan ruangan Krit.

•••

Navel melangkahkan kakinya gontai menuju unit apartemen nya. Wajahnya pucat. Tak bisa di pungkiri, apa yang telah menimpanya waktu lalu sungguh menyayat hatinya. Terutama kala Krit menghinanya. Ia tak akan bisa melupakan semuanya semudah itu.

Hingga detik ini Navel tidak tahu siapa orang yang berniat menjebaknya seolah ia telah tidur bersama dengan Korn. Tapi, Korn sudah berjanji pada Navel bahwa dia akan menyelidiki semuanya termasuk dengan si pelaku utama yaitu tuan Narawit.

"Vel?" Aydin menyapa Navel yang baru saja keluar dari lift. Sejenak kening Aydin berkerut melihat penampilan Navel yang berantakan. Wajah pucat, rambut dan baju yang berantakan.

"Phi? Sejak kapan kau di sini?" Navel bertanya dengan nada terkejut. Namun, kala Navel berusaha mendekat ke arah sangat kakak tubuhnya tiba-tiba tak seimbang, pandangannya buram. Hingga detik berikutnya, pandangan Navel pun menggelap.

"NAVEL!!!" Aydin berlari menangkap tubuh Navel yang bahkan belum sempat sampai di hadapannya. Beruntunglah, Aydin masih mampu menangkap tubuh Navel sebelum ia jatuh ke lantai, Navel terus mengguncang tubuh Navel dan menepuk-nepuk pipinya berulang kali.

Namun, sayangnya Navel tak memberikan respon apapun. Dia segera menggendong sang adik dan membawanya ke rumah sakit.

Aydin terus mondar-mandir di depan ruang UGD raut wajahnya tampak begitu cemas dan panik. Padahal tujuan utama nya datang ke apartemen adiknya untuk menemui Nuea. Tapi dia tak mendapatkan keberadaan Nuea di sana. Beruntung dia belum pulang dari apartemen itu dan bisa membawa sang adik tepat waktu ke rumah sakit.

'Ceklek'

Suara pintu terbuka, Aydin segera berlari menuju dokter yang baru saja keluar dari ruangan itu.

"Bagaimana dengan adikku Dok?" tanya Aydin dengan nada khawatir.

"Tuan, kandungan pasien lemah. Apakah dia mengonsumsi obat tidur dalam dosis tinggi?" kebetulan, Dokter yang menangani Navel adalah dokter yang sama ketika ia memeriksa keadaan Navel pertama kali sehingga dia tau bagaimana keadaan Navel saat ini.

"Apa tadi kau bilang? Kandungan? Kandungan apa maksudmu?" cerca Aydin dengan tatapan tajam.

"Maaf tuan, anda keluarga nya bukan? Apakah anda tidak tahu jika adik tuan sedang hamil? Padahal adik anda satu lagi juga sudah tahu?"

Aydin semakin bingung. "Saya tidak punya adik lagi selain Navel dok? Adik mana yang anda maksud?"

"Adik tuan yang bernama Nuea."

Aydin terdiam. Ia mengira bahwa Nuea dan Navel menyembunyikan ini semua darinya.

"Dok, tapi adikku ini laki-laki?"

Dokter itu menjelaskan semuanya, ia menjelaskan detail demi detail seperti apa yang ia jelaskan saat itu kepada Nuea. Shock, tentu saja. Reaksi yang sama yang di berikan seperti saat Nuea mengetahuinya untuk pertama kali.

"Sekarang, usia kandungannya sudah masuk minggu ke 7. Tapi sepertinya dia meminum obat tidur dalam dosis yang tinggi. Ini sangat berdampak buruk untuk kandungan. Apalagi adik tuan adalah manusia spesial, kandungannya tidak seperti milik wanita pada umumnya. Tapi beruntung kandungan pasien cukup kuat. Saya sarankan pihak keluarga untuk mengawasinya untuk tidak mengkonsumsi obat keras karena itu sangat beresiko pada kandungan termasuk tubuh pasien sendiri."

Aydin bungkam. Lidahnya terasa kelu mendengar adiknya hamil. Mendengar kata hamil saja sudah shock apalagi ia harus di hadapkan dengan kenyataan aneh yang bahkan belum pernah ia dengar sama sekali dalam hidupnya.

Bukan hanya itu, kini Aydin juga memikirkan kira-kira siapa orang yang mampu membuat sang adik hamil.

Tapi tunggu, ingatan Aydin berputar pada satu nama. Ia ingat betul bahwa adiknya itu di kabarkan dekat Krittin Amarin. Waktu itu Aydin hanya berpikir bahwa itu hanyalah gosip murahan.

Tapi apa mungkin.....

•••

Force duduk di meja dengan sudut bibirnya yang terus tersungging. Ia melihat-lihat beberapa foto yang ia letakan secara berjejeran di atas meja. Beberapa kali ia juga tertawa melihat berapa hebat sangat fotografer dalam memotret Navel dan Korn di sana sehingga tampak benar-benar mereka sedang tidur bersama.

Semua yang ia rencanakan berjalan dengan sempurna. Termasuk dengan dirinya yang mengirimkan file foto-foto itu kepada Krit.

"Tuan, apa kau akan memberikan foto ini pada media?" tanya Book.

"Tidak. Jika kita membeberkan ini ke media, pasti akan banyak orang yang mencari siapa pelakunya. Termasuk dengan keluarga Bannasaree dan juga keluarga Passakorn. Tidak perlu, karena hanya dengan seperti ini saja sudah mampu memporak-porandakan hubungan Navel dan Krit." Force meneguk wine yang ada di tangannya sampai tandas.

"Aku sudah melihat CCTV yang di kamar hotel itu. Kerja bagus book, aku sangat puas. Akhirnya mereka mengakhiri hubungan menjijikan mereka." setelah mengatakan itu, Force lagi-lagi tertawa.

Book hanya diam dan memperhatikan betapa senangnya tuannya saat ini.

Tbc.

Perfect Match [ PPV- TAMAT✅ ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang